Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

14 Oktober 2016

Fixed Income Notes 14 Oktober 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 13 Oktober 2016 bergerak terbatas dengan kecenderungan mengalami penurunan didorong oleh aksi beli selektif oleh investor setelah harga Surat Utang Negara bergerak dalam tren penurunan dalam sepekan terakhir. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 4 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 1 bps.
 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami perubahan bervariasi yang berkisar antara 2 - 4 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga sebesar 5 - 10 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) cenderung mengalami penurunan terbatas hingga sebesar 1 bps dengan didorong oleh kenaikan harga yang sebesar 5 bps. Adapun untuk imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 3 bps dengan didorong oleh pergerakan harga yang cenderung mengalami kenaikan berkisar antara 10 - 25 bps.
 
  • Harga Surat Utang Negara yang cenderung bergerak menguat pada perdagangan kemarin didorong oleh aksi beli Surat Utang Negara secara selektif oleh investor setelah harga Surat Utang Negara mengalami penurunan dalam sepekan terakhir. Investor kembali melakukan pembelian setelah koreksi harga yang terjadi dalam sepekan terakhir mendorong tingkat imbal hasil Surat Utang Negara menjadi cukup menarik untuk diakumulasi. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor di atas 7 tahun menawarkan imbal hasil di atas 7,00% menjadi incaran investor dimana tingkat imbal hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rata - rata suku bunga deposito perbankan dimana untuk tenor 12 bulan menawarkan bunga sebesar 6,32%.
 
  • Selain itu, kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin juga didorong oleh faktor teknikal, dimana setelah mengalami koreksi harga dalam sepekan terakhir mendorong harga Surat Utang Negara memasuki area jenuh jual (oversold). Hanya saja kenaikan harga yang terjadi relatif terbatas di tengah masih berlangsungnya aksi jual oleh investor asing serta nilai tukar rupiah yang kembali mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika.
 
  • Sehingga secara keseluruhan, kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan masing - masing sebesar 3 bps untuk tenor 10 tahun dan 15 tahun di level 7,035% dan 7,314%. Adapun untuk tenor 20 tahun imbal hasilnya mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 7,479% dan untuk tenor 5 tahun imbal hasilnya mengalami penurunan terbatas kurang dari 1 bps di level 6,911%.
 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika, perubahan imbal hasilnya cukup bervariasi dimana untuk tenor pendek masih bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan sedangkan untuk tenor panjang terlihat mengalami penurunan imbal hasil yang terbatas. Imbal hasil dari INDO-20 ditutup naik terbatas di level 2,41% sedangkan untuk imbal hasil dari IND0-26 ditutup dengan mengalami penurunan terbatas kurang dari 1 bps di level 3,466%. Sedangkan imbal hasil dari INDO-46 megalami penurunan sebesar 1,5 bps di level 4,511% yang didorong oleh adanya kenaikan harga yang sebesar 30 bps. 
 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp10,26 triliun dari 42 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,71 triliun. Surat Perbendaharaan Negara seri SPN12161202 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp800 miliar dari 3 kali transaksi dengan harga rata - rata sebesar 99,19% diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0073 yang sebesar Rp781,28 miliar dari 27 kali transaksi.
 
  • Adapun Sukuk Negara Ritel seri SR006 menjadi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp765,13 miliar dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 100,90% dan diikuti oleh volume perdagangan Sukuk Negara Ritel seri SR007 senilai Rp760,03 miliar dari 21 kali transaksi di harga rata - rata 102,90%.
 
  • Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp516,3 miliar dari 22 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II FIF Dengan Tingkat Bunga Tetap Tahap IV Tahun 2016 Seri A (FIFA02ACN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp160 miliar dari 6 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 100,12%.
 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah sebesar 55,00 pts (0,42%) pada level 13073,00 per dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 13015,00 hingga 13090,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika sepanjang sesi perdagangan seiring dengan tren pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika. Pelemahan mata uang regional dipimpin oleh Won Korea Selatan (KRW) setelah Bank Sentral Korea memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 1,25% serta diikuti oleh pelemahan Rupee India (INR) dan Ringgit Malaysia (MYR).
 
  • Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan cenderung bergerak terbatas dengan masih terbuka peluang untuk mengalami kenaikan harga di tengah tren penurunan imbal hasil surat utang global. Imbal hasil US Treasury pada perdagangan kemarin ditutup turun pada level 1,746% dari posisi penutupan sebelumnya di level 1,770%. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama juga ditutup turun pada level 0,034% dari posisi penutupan sebelumnya di level 0,065%.
 
  • Berdasarkan data kepemilikan Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan per tanggal 12 Oktober 2016, investor asing di bulan Oktober 2016 mencatatkan penjualan bersih (net sell) Surat Berharga Negara senilai Rp3,30 triliun dengan jumlah kepemilikan senilai Rp681,68 triliun atau setara dengan 38,92% dari total outstanding Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan. Terbatasnya kenaikan harga juga akan dipengaruh oleh pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang saat ini secara teknikal bergerak dalam tren pelemahan.
 
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih berada pada tren penurunan, terutama pada Surat Utang Negara dengan tenor 1 - 10 tahun memberikan indikasi bahwa dalam jangka pendek pergerakannya masih akan cenderung mengalami pelemahan.
 
  • Rekomendasi : Dengan pertimbangan beberapa faktor tersebut maka kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading jangka pendek di tengah pergerakan harga yang masih berfluktuasi. Investor dengan horizon investasi jangka panjang dapat memanfaatkan koreksi harga untuk mendapatkan Surat Utang negara dengan tingkat imbal hasil yang cukup menarik di tengah tren penurunan suku bunga acuan di dalam negeri.
 
  • Penawaran Obligasi Negara Ritel Seri ORI013. Pada hari Kamis, 29 September 2016, pemerintah mulai  menawarkan Obligasi Negara Ritel seri ORI013 melalui agen penjual yang telah ditunjuk.  Tujuan penerbitan ORI013 adalah untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan APBN 2016 dan mengembangkan pasar Surat Utang Negara domestik melalui diversifikasi instrumen sumber pembiayaan dan perluasan basis investor.
 
  • Rencana lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara Seri SPN-S 19042017  (new issuance), PBS013 (reopening), PBS014 (reopening) dan PBS012 (reopening) pada hari Selasa, tanggal 18 Oktober 2016.
 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia mempertahankan peringkat "idA" terhadap PT Danareksa (Persero) serta merevisi prospeknya dari stabil menjadi positif.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group