Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

14 November 2016

Fixed Income Notes 14 November 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at 11 November 2016 mengalami lonjakan kenaikan imbal hasil seiring dengan meningkatnya persepsi resiko di tengah kenaikan imbal hasil surat utang global.
  • Kenaikan imbal hasil berkisar antara 3 - 50 bps dimana kenaikan imbal hasil terjadi pada hampir keseluruhan tenor Surat Utang Negara dimana imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-2 tahun) terlihat mengalami penurunan, sementara itu tenor di atas 2 tahun mengalami kenaikan.
  • Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada hari Jum'at kemarin didorong oleh koreksi harga di pasar sekunder yang cukup besar higga mencapai 350 bps untuk Surat Utang Negara dengan tenor penjang di tengah meningkatnya persepsi resiko yang tercermin pada kenaikan angka CDS yang menembus level 175 bps. Kami melihat bahwa koreksi yang terjadi pada pasar Surat Utang Negara di akhir pekan kemarin lebih dipengaruhi oleh sentimen dari eksternal, termasuk diantaranya adalah penguatan mata uang dollar Amerika terhadap mata uang global, termasuk terhadap sebagian besar mata uang negara berkembang (Emerging Market). 
  • Koreksi harga pada perdagangan di akhir pekan terjadi sejak awal perdagangan dimana pada saat yang bersamaan nilai tukar rupiah juga terlihat mengalami pelemahan menembus level 13800 per dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah yang cukup besar dan terjadi secara tiba - tiba tersebut meningkatkan kekhawatiran investor terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara sehingga mendorong investor untuk penjualan Surat Utang Negara yang cukup besar di pasar sekunder, tercermin pada meningkatnya volume perdagangan Surat Utang Negara.
  • Koreksi harga yang cukup besar tersebut mendorong Bank Indonesia untuk melakukan intervensi di pasar Surat Utang Negara dengan melakukan pembelian, dimana dilaporkan bahwa Bank Indonesia melakukan pembelian senilai Rp5,15 triliun. Pada saat yang sama Kementrian Keuangan juga melakukan pembelian secara langsung dengan nilai pembelian kembali sebesar Rp500 miliar. Koreksi yang terjadi di pasar sekunder mulai mereda setelah Bank Indonesia melakukan intervensi dan nilai tukar rupiah mulai menjauh dari posisi terlemahnya pada perdagangan di akhir pekan.
  • Secara keseluruhan, koreksi harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan telah mendorong terjadinya lonjakan kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dimana untuk tenor 5 tahun mengalami kenaikan sebesar 46 bps di level 7,493% dan untuk tenor 10 tahun mengalami kenaikan sebesar 41 bps di level 7,839%. Adapun untuk tenor 15 tahun mengalami kenaikan sebesar 32 bps do level 8,213% dan untuk tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 35 bps di level 8,328%.
  • Kenaikan imbal hasil juga terjadi pada Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika dimana kenaikan imbal hasil yang terjadi higga mencapai 55 bps. Imbal hasil dari INDO-20 mengalami kenaikan sebesar 42 bps di level 2,712% setelah mengalami koreksi harga sebesar 145 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO-26 mengalami kenaikan sebesar 46 bps di level 4,157% setelah mengalami koreksi harga sebesar 360 bps dan imbal hasil dari INDO-46 mengalami kenaikan sebesar 37 bps di level 5,228% setelah mengalami koreksi harga sebesar 622 bps.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan senilai Rp22,25 triliun dari 36 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp11,55 triliun. Obligasi Negara seri FR0073 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai RP4,78 triliun dari 80 kali transaksi diikuti oleh Obligasi Negara seri FR0072 senilai Rp3,78 triliun dari 121 kali transaksi.
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp824,20 miliar dari 22 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II FIF Tahap IV Tahun 2016 Seri B (FIFA02BCN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp240 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,10% dan diikuti oleh transaksi Obligasi Surya Semesta Internusa I Tahun 2012 Seri B (SSIA01B) senilai Rp189 miliar dari 13 kali transaksi di harga rata - rata 100,20%.
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan di akhir pekan ditutup melemah sebesar 245,00 pts (1,86%) pada level 13383,00 per dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 13264,00 hingga 13865,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah terlihat mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan dan bahkan sempat menembus level 13800 per dollar Amerika sebelum Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valas. Pelemahan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan pelemahan mata uang regional dan negara berkembang terhadap dollar Amerika, dimana pada akhir pekan kemarin rupiah memimpin pelemahan mata uang regional serta diikuti oleh Rupee India (INR) dan Dollar Taiwan (TWD).
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utag Negara masih berpotensi untuk megalami penurunan di tengah tren kenaikan imbal hasil surat utang global serta masih besarnya tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

 

  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan di akhir pekan kemarin mengalami kenaikan dimana imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun ditutup pada level 0,322% naik dari posisi penutupan sebelumnya di level 0,272% begitu pula dengan imbal hasil surat utang Inggris yang ditutup naik pada level 1,367% dari posisi sebelumnya di level 1,340%. Adapun pasar surat utang Amerika pada akhir pekan kemarin tutup dalam rangka hari libur nasional.
  • Negara berkembang masih berpeluang mengalami tekanan pada nilai tukar terhadap dollar Amerika, apabila kebijakan ekonomi yang disampaikan oleh presiden terpilih Donald Trump akan direalisasikan. Kebijakan proteksi dagang (protection trade policies) akan menyebabkan mitra dagang Amerika Serikat akan mengalami penurunan nilai ekspor ke Amerika Serikat yang akan berdampak terhadap nilai tukar mata uang terhadap dollar Amerika.
  • Selain itu ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika pada akhir tahun annti juga masih berpotensi memberikan tekanan terhadap mata uang negara berkembang termasuk pada nilai tukar rupiah. Kondisi tersebut kami perkirakan akan mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dimana sebaian besar Surat Utang Negara dimiliki oleh investor asing (38,42%) yang sensitif terhadap stabilitas mata uang rupiah terhadap dollar Amerika.
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara memasuki area jenuh jual (oversold) setelah koreksi harga yang cukup besar di akhir pekan kemarin. Hal tersebut secara teknikal membuka peluang terjadinya kenaikan harga didorong oleh aksi beli investor yang memanfaatkan koreksi harga untuk melakukan akumulasi di tengah tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang cukup tinggi.
  • Rekomendasi : Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Bagi investor dengan horizon investasi jangka pendek kami masih menyarankan strategi trading jangka pendek di tengah fluktuasi harga Surat Utang Negara dengan pilihan untuk menggeser tenor panjang ke tenor pendek. Adapun bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang dapat memanfaatkan koreksi harga yang terjadi untuk melakukan pembelian secara bertahap. TIngkat imbal hasil dari Surat Utang Negara untuk saat ini cukup menarik ditengah penurunan suku bunga deposito perbankan.

 

  • Pemerintah melakukan pembelian kembali Surat Utang Negara secara langsung hari Jum'at tanggal 11 November 2016 senilai Rp500 miliar.
  • Pada sepekan kedepan terdapat tiga surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp751,5 miliar.
  • Bank Indonesia menyampaikan bahwa Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III 2016 mencatat peningkatan surplus yang signifikan, ditopang oleh menurunnya defisit transaksi berjalan dan meningkatnya surplus transaksi modal dan finansial.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group