Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

14 Januari 2019

Fixed Income Notes 14 Januari 2019

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jumat, 11 Januari bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah aksi ambil untung (profit taking) dari para pelaku pasar seiring dengan pergerakan pelemahan nilai tukar rupiah di awal perdagangan
  • Perubahan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan lalu hingga mencapai 40 bps yang didorong oleh penurunan harga sebesar 2 bps. Adapun Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami perubahan harga hingga sebesar 10 bps yang mendorong terjadinya kenaikan tingkat imbal hasil hingga sebesar 3 bps. Sementara itu harga Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami penurunan hingga sebesar 24 bps yang menyebabkan terjadinya kenaikan imbal hasilnya hingga sebesar 4 bps. Sedangkan perubahan harga hingga sebesar 42 bps terjadi pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkat imbal hasilnya hingga sebesar 7 bps. Perubahan harga juga didapati pada semua seri acuan, dimana tenor 5 tahun dan 10 tahun mengalami penurunan harga masing-masing sebesar 16 bps dan 33 bps yang mendorong kenaikan imbal hasilnya berturut-turut sebesar 4 bps dan 5 bps di level 7,852% dan 7,946%. Sementara itu penurunan harga sebesar 17 bps dan 33 bps didapati pada Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor masing-masing 15 tahun dan 20 tahun yang telah mendorong kenaikan imbal hasil berturut-turut sebesar 2 bps dan 4 bps. Dalam sepekan terakhir, harga Surat Utang Negara cenderung mengalami penurunan yang menyebabkan terjadinya kenaikan imbal hasil rata-rata sebesar 2 bps ditengah faktor pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
  • Pergerakan harga Surat Utang Negara cenderung mengalami penurunan pada perdagangan di akhir pekan kemarin didorong oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika. Selain itu, beberapa pelaku pasar cenderung melakukan aksi ambil untung (profit taking) pada awal perdagangan kemarin.  Bervariasinya pergerakan nilai tukar kemarin disebabkan pula tarik menarik baik dari faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor eksternal disebabkan oleh kondisi Dollar Amerika yang cenderung menguat di tengah perdagangan sedangkan yang menjadi faktor internal adalah pernyataan dari Nanang Hendarsah selaku Kepala Departemen  Pengelolaan Moneter yang mengungkapkan bahwa rupiah akan tetap stabil dengan asumsi bila The Fed kurang agrasif dalam menaikan suku bunga.
  • Perubahan tingkat imbal hasil yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin didorong oleh meningkatnya persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan angka Credit Deafult Swap (CDS) di tengah kekhawatiran investor global terhadap potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang akan juga berdampak terhadap ekonomi negara - negara berkembang. Pergerakan imbal hasil US Treasury menunjukkan penurunan,namun imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika menunjukkan kenaikan yang terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara. Imbal hasil dari INDO24 mengalami kenaikan sebesar 2 bps di level 4,103% didorong oleh adanya penurunan harga hingga 10 bps. Adapun imbal hasil dari INDO29 dan INDO44 pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami kenaikan masing - masing berada pada level 4,400% dan 5,110%.
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp13,063 triliun dari 39 seri Surat Berharga Negara. Obligasi Negara seri FR0056 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,663 triliun dari 19 transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0064 senilai Rp2,614 triliun dari 28 kali transaksi. Adapun Project Based Sukuk seri PBS019 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp350,0 miliar dari 6 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Negara Retail seri SR008 senilai Rp91,86 miliar dari 18 kali transaksi.
  • Adapun volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan senilai Rp314,87 miliar dari 21 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Sarana Multi Infrastruktur Tahap II Tahun 2017 Seri B  (SMII01BCN2) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp150,0 miliar dari 3 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Indomobil Finance Tahap III Tahun 2018 Seri A (IMFI03ACN3) senilai Rp35,0 miliar dari 1 kali transaksi. Obligasi Berkelanjutan I Hutama Karya Tahap III Tahun 2017 Seri A (PTHK01ACN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan ketiga terbesar senilai Rp71,0 miliar dari 7 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Bank BRI Tahap III Tahun 2016 Seri B (BBRI01BCN3) senilai Rp30,0 miliar dari 2 kali transaksi. 
  • Sementara itu nilai tukar Rupiah ditutup menguat terbatas sebesar -5,00 pts (-0,04%) di level 14047,50 per Dollar Amerika. Sempat mengalami pelemahan di awal perdagangan, pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin bergerak berfluktuasi dan mengalami pelemahan pada pertengahan perdagangan yang kemudian ditutup dengan mengalami penguatan menjelang berakhirnya sesi perdagangan pada kisaran 14029,00 hingga 14084,00 per Dollar Amerika. Penguatan nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin terjadi di tengah bervariasinya arah perubahan nilai tukar mata uang regional. Mata uang Yuan China (CNH) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,81% diikuti oleh penguatan mata uang Won Korea Selatan (KRW) dan Peso Filipina (THB) masing-masing sebesar 0,19% dan 0,16%. Adapun mata uang Rupee India (INR) memimpin pelemahan mata uang regional, sebesar 0,18% yang diikuti oleh Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,06% dan mata uang Hongkong Dollar (HKD) sebesar 0,03%.
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin menunjukkan penurunan. Hal ini terlihat dari Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup dengan penurunan di level 2,69% seiring dengan melemahnya pasar saham Amerika, dimana indeks saham utamanya mengalami penurunan hingga sebesar 0,21% (NASDAQ). Adapun imbal hasil surat utang Inggris dan Jerman juga terlihat mengalami penurunan, masing - masing di level 1,286% dan 0,18% setelah pasar saham di kawasan Eropa juga mengalami penurunan. Bahkan imbal hasil dari surat utang Jepang juga menunjukkan penurunan hingga ke level 0,008%.
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi. Pergerakan nilai tukar rupiah masih akan mempengaruhi arah pergerakan harga Surat utang Negara di pasar sekunder.  
  • Rekomendasi: Dengan masih terbukanya peluang terjadinya koreksi harga, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara dengan fokus pada seri Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah. Beberapa seri yang cukup menarik untuk dicermati diantaranya adalah sebagai berikut ini : FR0053, FR0061, FR0035, FR0063, FR0070 dan FR0056. 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group