Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

13 September 2016

Fixed Income Notes 13 September 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at, 9 September 2016 cenderung mengalami kenaikan di tengah tekanan terhadap nilai tukar rupiah serta jelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara. Kenaikan imbal hasil berkisar antara 1 - 5 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 2 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah.
 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan yang berkisar antara 2 - 4 bps didorong oleh adanya koreksi harga yang berkisar antara 3 - 15 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 2 - 5 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga yang berkisar antara 10 - 25 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang cenderung mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 3 bps dengan didorong oleh adanya penurunan harga yang berkisar antara 7 - 30 bps.
 
  • Pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami penurunan pada akhir pekan kemarin turut didorong oleh tekanan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika seiring dengan pelemahan yang terjadi terhadap sebagian besar mata uang negara berkembang setelah Bank Sentral Eropa memberikan sinyal tidak akan memperpanjang stimulus moneternya. Selain itu koreksi harga Surat Utang Negara juga didorong oleh aksi jual oleh investor mengantisipasi libur di awal pekan serta menjelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara.
 
  • Secara keseluruhan, koreksi harga Surat Utang Negara pada akhir pekan kemarin telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan sebesar 1 bps untuk tenor 20 tahun di level 7,314% serta sebesar 2 bps untuk masing - masing seri acuan dengan tenor 5 tahun di level 6,626% dan tenor 15 tahun di level 7,22%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan sebesar 3 bps pada level 6,893%.
 
  • Koreksi harga juga terjadi pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, sehingga mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil pada keseluruhan seri, dimana perubahan tingkat imbal hasil yang lebih besar didapati pada tenor panjang. Imbal hasil dari INDO-20 ditutup dengan kenaikan sebesar 2 bps pada level 2,12%. Adapun imbal hasil dari INDO-26 mengalami kenaikan sebesar 5 bps pada level 3,236% setelah mengalami koreksi harga sebesar 40 bps dan imbal hasil dari INDO-46 mengalami kenaikan sebesar 3 bps pada level 4,295% setelah mengalami koreksi harga sebesar 60 bps.
 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan senilai Rp6,72 triliun dari 39 seri Surat Utang Negara yang yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,08 triliun. Obligasi Negara seri FR0056 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp781,77 miliar dari 28 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 110,45% dan tingkat imbal hasilnya sebesar 6,91%. Adapun Project Based Sukuk seri PBS006 menjadi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp530 miliar dari 2 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 105,775% dengan tingkat imbal hasil sebesar 6,59%.
 
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp583 miliar dari 41 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Bank BTN Tahap II Tahun 2015 Seri A (BBTN02ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp140 miliar dari 4 kali transaksi. Obligasi dengan peringkat "idAA+" dan akan jatuh tempo pada 30 Agustus 2019 tersebut diperdagangkan di harga rata - rata 10,00% dengan tingkat imbal hasil sebesar 8,19%.
 
  • Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada akhir pekan ditutup dengan pelemahan sebesar 45,00 pts (0,34%) pada level 13108,00 per dollar Amerika seiring dengan pelemahan nilai tukar mata uang regional terhadap dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 13065,00 hingga 13132,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan. Pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika dipimpin oleh Won Korea Selatan (KRW) serta diikuti oleh Dollar Taiwan (TWD) dan Ringgit Malaysia (MYR).
 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan berpotensi untuk mengalami tekanan seiring dengan tekanan terhadap nilai tukar rupiah di tengah spekulasi terhadap kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika. Pada hari Jum'at waktu setempat, salah satu pejabat Bank Sentral Amerika menyatakan bahwa kondisi ekonomi Amerika akan mengalami overheat apabila Bank Sentral menunggu terlalu lama untuk menaikan suku bunga acuan. Hal tersebut meningkatkan spekulasi terhadap kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika dalam waktu dekat setelah sempat memudar setelah data sektor tenaga kerja di bulan Agustus 2016 yang tumbuh di bawah perkiraan serta data sektor jasa di Amerika yang mengalami pertumbuhan terendahnya dalam beberapa tahun terakhir.
 
  • Spekulasi terhadap kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika (Fed Fund Rata/FFR) mendorong penguatan terhadap mata uang dollar Amerika sehingga di sisi lain, sebagian mata uang negara berkembang mengalami pelemahan. Nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin kembali ditutup melemah pada level 13236,00 per dollar Amerika, mengalami pelemahan sebesar 128,00 pts (0,98%) dibandingkan dengan level penutupan di akhir pekan. Beregrak pada kisaran 13152,00 hingga  13266,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah terlihat mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan. Hal tersebut akan berpeluang mendorong terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini. Selain itu kenaikan imbal hasil surat utang global akan turut menjadi faktor yang mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang Negara baik denominasi rupiah maupun dollar Amerika.
 
  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup pada level 1,666% setelah sempat menyentuh level 1,69%. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama ditutup dengan kenaikan pada level 0,029% dari posisi penutupan sebelumnya di level 0,01%. Sementara itu imbal hasil surat utang Jepang ditutup pada level -0,014% setelah sempat berada di atas level 0,02% pada perdagangan di hari Senin.
 
  • Rekomendasi : Adapun secara teknikal, meskipun indikator masih menunjukkan bahwa harga Surat Utang Negara berada pada tren kenaikan, namun kondisi pasar keuangan global akan mendorong terjadinya koreksi harga pada perdagangan hari ini. Sehingga kami sarankan kepada investor untuk mewaspadai potensi terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi tarding jangka pendek di tengah fluktuasi harga di pasar sekunder. Gejolak yang terjadi di pasar keuangan global kami perkirakan juga akan mempengaruhi pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara yang dilaksanakan pada hari ini, dimana hal tersebut akan tercermin pada jumlah penawaran yang masuk serta tingkat imbal hasil yang diminta oleh investor. Pada lelang hari ini pemerintah menawarkan Obligasi Negara seri FR0061 dan FR0059 yang akan menjadi seri acuan untuk tenor 5 tahun dan 10 tahun pada tahun 2017 menggantikan seri FR0053 dan seri FR0056.
 
  • Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN12170914 (New Issuance), FR0061 (Reopening), FR0059 (Reopening), FR0073 (Reopening) dan FR0067 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 13 September 2016.
 
  • Pada sepekan kedapan terdapat satu surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp13,1 triliun.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group