Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

13 Maret 2017

Fixed Income Notes 13 Maret 2017

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at, 10 Maret 2017 kembali mengalami kenaikan di tengah masih berlanjutnya koreksi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder.
  • Perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi pada akhir pekan kemarin berkisar antara 1 - 13 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 3,6 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor 7 - 15 tahun. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) cenderung mengalami kenaikan sebesar berkisar antara 1 - 3 bps setelah mengalami koreksi harga hingga sebesar 10 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 3 - 6 bps setelah mengalami koreksi harga yang berkisar antara 10 - 30 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 13 bps dengan adanya koreksi harga hingga sebesar 90 bps.
  • Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan di akhir pekan kemarin masih didorong oleh adanya koreksi harga Surat Utang Negara di tengah kenaikan imbal hasil surat utang global seiring dengan semakin besarnya peluang kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika di bulan Maret 2017. Pelaku pasar merespon kondisi tersebut dengan melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder, sehingga mendorong terjadinya koreksi harga terutama pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah dan panjang. Selain faktor eksternal, koreksi harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan juga didorong oleh rencana lelang penjualan Surat Utang Negara, dimana menjelang pelaksanaan lelang, harga Surat Utang Negara di pasar sekunder akan cenderung mengalami penurunan dikarenakan investor berharap untuk mendapatkan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi dari lelang penjualan Surat Utang Negara.
  • Meredanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah tidak cukup kuat untuk menahan terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Hanya saja, kami melihat koreksi harga pada perdagangan di akhir pekan kemari tidak diikuti oleh volume perdagangan yang besar, mengindikasikan bahwa pelaku pasar cenderung menahan diri guna melakukan transaksi di pasar sekunder.
  • Dengan adanya koreksi harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin, imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun mengalami kenaikan masing - masing sebesar 3 bps dan 2 bps, adapun untuk tenor 15 tahun dan 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 5 bps. Dengan perubahan imbal hasil tersebut, maka dalam sepekan terakhir pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara bergerak cukup bervariasi dimana untuk tenor pendek masih terlihat mengalami penurunan dibandingkan dengan penutupan di akhir pekan sebelumnya sementara itu untuk tenor 5 - 10 tahun terlihat mengalami kenaikan.
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya masih mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan imbal hasil surat utang global di tengah berlanjutnya aksi jual oleh investor jelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Kenaikan imbal hasil terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara dengan imbal hasil dari INDO-20 mengalami kenaikan sebesar 6 bps di level 2,696% setelah mengalami koreksi harga sebesar 20 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO-27 mengalami kenaikan sebesar 7 bps di level 4,175% setelah mengalami koreksi harga sebesar 60 bps dan imbal hasil dari INDO-47 mengalami kenaikan sebesar 4 bps dilevel 5,10% setelah mengalami koreksi sebesar 60 bps.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan senilai Rp5,88 triliun dari 34 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp1,91 triliun. Obligasi Negara seri FR0073 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senila Rp843,99 miliar dari 40 kali transaksi di harga rata - rata 107,82% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0071 senilai Rp744,77 miliar dari 18 kali transaksi di harga rata - rata 108,57%.
  • Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,35 triliun dari 27 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Indomobil Finance Tahap II Tahun 2015 Seri B (IMFI02BCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp200 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I PNM Tahap II Tahun 2016 Seri A (PNMP01ACN2) senilai Rp172 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,00%.
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat terbatas sebesar 14,00 pts (0,10%) di level 13376,00 per dollar Amerika. Bergerak berfluktuasi pada kisaran 13366,00 hingga 13406,00 per dollar Amerika, penguatan nilai ukar rupiah terjadi di tengah bervariasinya pergerakan mata uang regional terhadap dollar Amerika. Mata uang Ringgit Malaysia (MYR) memimpin penguatan mata uang regional yang diikuti oleh Dollar Singapura (SGD) dan Rupee India (INR). Adapun mata uang Yen Jepang (JPY) memimpin pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika yang diikuti oleh Baht Thailand (THB) dan Dollar Taiwan (TWD). Sedangkan dalam sepekan terakhir, mata uang regional cenderung bergerak mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika seiring dengan menguatnya peluang kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika dengan dipimpin oleh Yen Jepang (1,20%) dan Baht Thailand (0,94%).
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih kembali berpeluang untuk mengalami penurunan setelah data sektor tenaga kerja Amerika di akhir pekan kemarin memperkuat sinyal kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika.
  • Data sektor tenaga kerja Amerika untuk periode Februari 2017 yang disampaikan pada akhir pekan kemarin menunjukkan bahwa terjadi penambahan jumlah tenaga kerja di luar sektor pertanian sebesar 235 ribu tenaga kerja dengan angka pengangguran sebesar 4,7%. Jumlah penambanhan tenaga kerja tersebut di atas rata - rata estimasi analis yang sebesar 200 ribu tenaga kerja, sedangkan angka pengangguran turun dibandingkan dengan periode Januari 2017 yang sebesar 4,8%. Hanya saja kenaikan jumlah tenaga kerja serta penurunan angka pengangguran tersebut sedikit dikecewakan dengan pertumbuhan tingkat upah yang hanya sebesar 2,8%. Meskipun demikian, data sektor tenaga kerja di bulan Februari 2017 tersebut masih akan menjadi pertimbangan bagi Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuannya di pertengahan pekan ini.
  • Imbal hasil dari US Treasury bergerak berfluktuasi sepanjang sesi perdagangan di akhir pekan meskipun akhirnya ditutup dengan sedikit penurunan, dimanan untuk tenor 10 tahun imbal hasilnya berada pada level 2,58% dan untuk tenor 30 tahun turun ke level 3,164%. Sedangkan imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun ditutup naik masing - masing di level 0,483% dan 1,235%.
  • Sementara itu dari dalam negeri, pelaku pasar masih akan menantikan pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara yang akan diadakan pada hari Selasa, 14 Maret 2017 dimana pemerintah mentargetkan penerbitan Surat Utang Negara senilai Rp15 triliun dari lima seri Surat Utang Negara yang ditawarkan kepada investor serta pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang diadakan pada hari Rabu - Kamis tanggal 15 - 16 Maret 2017.
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara kembali memasuki area konsolidasi dengan adanya sinyal perubahan tren dari tren naik menjadi turun, mengindikasikan bahwa harga Surat Utang Negara akan bergerak terbatas dengan peluang adanya koreksi harga dalam jangka pendek.

 

  • Rekomendasi : Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut, maka kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Peluang adanya koreksi harga jelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara serta Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika dapat dimanfaatkan oleh investor dengan horizon investasi jangka panjang untuk melakukan pembelian secara bertahap terhadap Surat Utang Negara dengan tenor panjang seperti seri FR0071, FR0073, FR0054, FR0058, FR0065, FR0068, FR0072, FR0045 dan FR0067.
  • Pada sepekan kedepan terdapat tiga surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp982 miliar.
  • Peringkat PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk naik dari "idA+" menjadi "idAA".

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group