Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

13 Januari 2017

Fixed Income Notes 13 Januari 2017

  • Imbal hasil Surat Utang Negara bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan didorong oleh faktor penguatan nilai tukar rupiah seiring dengan pelemahan dollar Amerika terhadap mata uang global pasca pidato Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 14 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 4 bps dimana penurunan imbal hasil yang cukup besar didapati pada tenor 1 - 14 tahun.

 

  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan sebesar 2 - 14 bps setelah mengalami kenaikan harga hingga sebesar 20 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 4 - 7 tahun dengan didorong oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 20 - 40 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan berkisar antara 1 - 9 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 70 bps.

 

  • Harga Surat Utang Negara yang terlihat mengalami kenaikan sejak awal perdagangan turut didukung oleh faktor penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika seiring dengan melemahnya dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia pasca Pidato Donald Trump yang tidak banyak memberikan petunjuk berkaitan dengan kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh pemerintah Amerika Serikat dibawah pimpinannya.

 

  • Secara keseluruhan, kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya peurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 7 bps di level 7,200% dan seri acuan dengan tenor 10 tahun sebesar 8 bps di level 7,482%. Adapun untuk imbal hasil seri acuan dengan tenor 20 tahun ditutup turun sebesar 3 bps di level 8,021% sementara untuk tenor 15 tahun relatif tidak banyak mengalami perubahan di level 7,706%.

 

  • Penurunan imbal hasil juga terjadi pada Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, dimana pada perdagangan kemarin penurunan imbal hasil terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara dengan perubahan yang berkisar antara 1 hingga 6 bps. Imbal hasil dari INDO-27 dan INDO-47 masing - masing mengalami penurunan sebesar 6 bps di level 4,011% dan 4,959% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 55 bps dan 100 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-20 mengalami penurunan imbal hasil yang kurang dari 1 bps di level 2,642%.

 

  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp11,45 triliun dari 43 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,41 triliun. Obligasi Negara seri FR0053 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,41 triliun dari 36 kali transaksi di harga rata - rata 103,71% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0059 senilai Rp1,17 triliun dari 105 kali transaksi di harga rata - rata 96,57%.

 

  • Dari perdagangan obligasi korporasi, terjadi peningkatan volume perdagangan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,23 triliun dari 35 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Surya Semesta Internusa Tahap I Tahun 2016 Seri A (SSIA01ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp296,4 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,26% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Bank BRI Tahap III Tahun 2016 Seri B (BBRI01BCN3) senilai Rp120 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,05%.

 

  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat sebesar 38,00 pts (0,29%) pada level 13281,00 per dollar Amerika. Bergerak dengan mengalami penguatan terhadap dollar Amerika sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13236,00 hingga  13310,00 per dollar Amerika, penguatan rupiah terjadi di tengah penguatan mata uang regional seiring dengan pelemahan dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Indeks dollar terlihat mengalami pelemahan setelah pidato dari Presiden terpilih Donald Trump tidak banyak memberikan informasi berkaitan dengan kebijakan ekonomi Amerika di bawah kepemimpinannya. Mata uang Yen Jepang (JPY) memimpin penguatan mata uang regional yang diikuti oleh mata uang Won Korea Selatan (KRW) dan Yuan China (CNY).

 

  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan kembali berpeluang untuk mengalami kenaikan didorong oleh faktor kembali turunnya imbal hasil surat utang global di tengah melemahnya mata uang dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia.

 

  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 2,361% begitu pula dengan tenor 30 tahun yang ditutup turun pada level 2,924% di tengah pelemahan dollar Amerika. Dollar Amerika mengalami penguatan yang cukup besar sejak terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat di bulan November 2016, seiring dengan ekspektasi pelaku pasar terhadap kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh Donald Trump. Hanya saja belum jelasnya kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh Presiden Donald Trump sebagaimana yang disampaikan pada pidatonya kemarin menjadikan dollar Amerika berisiko untuk mengalami pelemahan.

 

  • Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) juga ditutup dengan penurunan masing - masing di level 0,315% dan 1,30%.

 

  • Hanya saja kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini akan dibatasi jelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara yang akan diadakan pada pekan depan. Pada hari Selasa, 17 Januari 2017, pemerintah berencana untuk mengadakan lelang penjualan Surat Utang Negara dengan target penerbitan senilai Rp15 triliun dari lima seri Surat Utang Negara yang ditawarkan kepada investor. Menjelang lelang, harga Surat Utang Negara cenderung mengalami pelemahan dikarenakan inestor berharap untuk mendapatkan imbal hasil yang cukup tinggi dari pelaksanaan lelang.

 

  • Rekomendasi : Secara teknikal, harga Surat Utang Negara dengan tenor 1 - 10 tahun masih berada pada tren kenaikan, sehingga masih terbuka peluang terjadi kenaikan harga dalam jangka pendek. Dengan kondisi tersebut kami menyarankan kepada investor untuk melakukan strategi trading memanfaatkan momentum kenaikan harga dengan pilihan pada beberapa seri Surat Utang Negara, diantaranya adalah FR0066, FR0069, ORI013, FR0053 dan FR0070. Sedangkan untuk tenor di atas 10 tahun secara teknikal masih berada pada area konsolidasi seiring dengan pelaku pasar yang belum cukup aktif melakukan transaksi pada tenor tersebut. Sehingga kami menyarankan kepada investor untuk melakukan pembelian secara bertahap terhadap beberapa seri Surat Utang Negara yang masih menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup menarik seperti seri FR0064, FR0071, FR0058, FR0065 dan FR0067.

 

  • Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN03170418 (New Issuance), SPN12180104 (Reopening), FR0059 (Reopening), FR0074 (Reopening), dan FR0072 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 17 Januari 2017. Pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang Rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2017. Target penerbitan senilai Rp15.000.000.000.000,00 (lima belas triliun rupiah).

 

  • PT Pemeringkat Efek Indonesia mengafirmasi peringkat PT Siantar Top Tbk pada peringkat "idA"

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group