Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

12 November 2018

Fixed Income Notes 12 November 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at, 9 November 2018 bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan jelang disampaikannya data Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal III Tahun 2018.
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 2 - 13 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 6 bps dimana kenaikan imbal hasil terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan yang berkisar antara 5 bps hingga 1 bps dengan didorong oleh adanya penurunan harga yang mencapai 20 bps. Sementara itu imbal hasil dari tenor menengah mengalami kenaikan yang berkisar antara 2 bps hingga 8 bps setelah mengalami koreksi harga hingga sebesar 35 bps. Sedangkan untuk tenor panjang, adanya penurunan harga Surat Utang Negara hingga sebesar 110 bps telah mendorong terjadiya kenaikan tingkat imbal hasilnya hingga mencapai 12 bps. Adanya koreksi harga pada perdagangan di akhir pekan kemarin juga berdampak terhadap kenaikan imbal hasil Surat Utang negara seri acuan, masing - masing 6 bps dan 8 bps untuk tenor 5 tahun dan 10 tahun di level 7,910% dan 8,087%. Adapun seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun mengalami kenaikan imbal hasil masing - masing sebesar 5 bps dan 12 bps di level 8,359% dan 8,523%. Namun demikian, meskipun mengalami kenaikan di akhir pekan, dalam sepekan terakhir imbal hasil Surat Utang Negara terlihat mengalami penurunan tingkat imbal hasil dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 21 bps.
  • Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan di akhir pekan kemarin didorong oleh adanya koreksi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder jelang disampaikannya data Neraca Pembayaran Kuartal III Tahun 2018 oleh Bank Indonesia. Estimasi defisit neraca  berjalan (Current Account Deficit) yang lebih besar dibandingkan dengan periode kuartal II tahun 2018 menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika  dimana pada saat yang sama Dollar Amerika Serikat menunjukkan penguatan terhadap mata uang utama dunia seiring dengan hasil pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Meeting) yang masih memberikan sinyal masih berlanjutnya tren kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika dalam periode mendatang. Kondisi tersebut mendorong pelaku pasar untuk melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder sehingga menyebabkan terjadinya koreksi harga. Pelaku pasar memanfaatkan momentum tersebut untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah harga Surat Utang Negara mengalami kenaikan harga yang cukup besar sejak awal pekan kemarin. 
  • Bank Indonesia menyampaikan bahwa defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III 2018 meningkat sejalan dengan menguatnya permintaan domestik. Defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2018 tercatat sebesar US$8,8 miliar (3,37% PDB), lebih tinggi dibandingkan dengan defisit triwulan sebelumnya sebesar US$8,0 miliar (3,02% PDB). Dengan perkembangan tersebut, secara kumulatif defisit neraca transaksi berjalan hingga triwulan III 2018 tercatat 2,86%. Peningkatan defisit neraca transaksi berjalan dipengaruhi oleh penurunan kinerja neraca perdagangan barang dan meningkatnya defisit neraca jasa. Penurunan kinerja neraca perdagangan barang terutama dipengaruhi oleh meningkatnya defisit neraca perdagangan migas, sementara peningkatan surplus neraca perdagangan barang nonmigas relatif terbatas akibat tingginya impor karena kuatnya permintaan domestik. Peningkatan defisit neraca perdagangan migas terjadi seiring dengan meningkatnya impor minyak di tengah naiknya harga minyak dunia. Defisit neraca transaksi berjalan yang meningkat juga bersumber dari naiknya defisit neraca jasa, khususnya jasa transportasi, sejalan dengan peningkatan impor barang dan pelaksanaan kegiatan ibadah haji.
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, pergerakan tingkat imbal hasilnya pada perdagangan di akhir pekan kemarin relatif terbatas dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah kembali meningkatnya persepsi yang tercermin pada kenaikan angka Credit Default Swap (CDS). Namun demikian, di saat yang sama imbal hasil surat utang global yang bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan mambatasi terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika. Imbal hasil dari INDO28 mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 4,769% setelah mengalami penurunan harga yang terbatas kurang dari 10 bps. Adapun imbal hasil dari INDO23 dan INDO43 realtif tidak banyak mengalami perubahan masing - masing di level 4,336% dan 5,424%. Namun demikian, imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika dalam sepekan kemarin bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan seiring dengan membaiknya persepsi risiko yang didukung oleh faktor menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya mengindikasikan pelaku pasar yang menahan diri melakukan transaksi jelang disampaikannya data Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal III 2018. Volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp9,36 triliun dari 35 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp3,03 triliun. Obligasi Negara seri FR0064 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,71 triliun dari 35 kali transaksi di harga rata - rata 87,58% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp1,04 triliun dari 33 kali transaksi di harga rata - rata 100,43%. Sementara itu Sukuk Negara Ritel seri SR008 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp525,02 miliar dari 17 kali transaksi di harga rata - rata 100,62% dan diikuti oleh perdagangan Surat Perbendaharaan Negara seri SPNS11012019 senilai Rp150,0 miliar dari 1 kali transaksi di harga 99,08%.
  • Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp618,66 miliar dari 32 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Medco Energi Internasional Tahap II Tahun 2018 Seri A (MEDC03ACN2) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp158,0 miliar dari 1 kali transaksi di harga 101,18% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi I Marga Lingkar Jakarta Tahun 2017 Seri E (MLJK01E) senilai Rp56,0 miliar dari 12 kali transaksi di harga rata - rata 93,98%.
  • Sementara itu nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika ditutup dengan mengalami pelemahan sebesar 138,50 pts (0,95%) di level 14677,50 per Dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14607,50 hingga 14694,00 per Dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar Rupiah tersebut terjadi seiring dengan pelemahan mata uang regional terhadap Dollar Amerika setelah hasil dari Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika menunjukkan bahwa Bank Sentral Amerika memberikan sinyal masih akan berlanjutnya kebijakan kenaikan suku bunga acuan. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional terhadap Dollar Amerika, sebesar 1,02% yang diikuti oleh mata uang Rupiah dan Peso Philippin (PHP) sebesar 0,75%. Sedangkan dalam sepekan terakhir, mata uang Rupiah menunjukkan penguatan terhadap mata uang Dollar Amerika, sebesar 1,89% yang diikuti oleh penguatan mata uang Peso Philippina sebesar 1,09% di saat mata uang regional lainnya bergerak dengan kecenderungan mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika. Dengan demikian, di sepanjang bulan November 2018, nilai tukar Rupiah mencatatkan penguatan sebesar 3,58% terhadap Dollar Amerika yang merupakan kinerja terbaiknya di tahun 2018. 
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan di akhir pekan bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan yang dipimpin oleh penurunan imbal hasil surat utang Jerman. Imbal hasil surat utang Jerman dengan tenor 10 tahun pada perdagangan di akhir pekan kemarin ditutup dengan mengalami penurunan di level 0,408% begitu pula imbal hasil surat utang Inggris yang ditutup turun di level 1,493%. Sedangkan imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan mengalami penurunan masing - masing di level 3,186% dan 3,388%. Sementara itu dalam sepekan terakhir imbal hasil surat utang global terlihat bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan termasuk pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara baik  dengan denominasi mata uang Rupiah maupun Dollar Amerika.
  • Secara teknikal, koreksi harga yang terjadi pada akhir pekan kemarin didukung oleh faktor teknikal, dimana harga Surat Utang Negara yang telah berada pada area jenuh beli (overbought). Dengan adanya koreksi harga tersebut, maka indikator teknikal menunjukkan bahwa harga Surat Utang Negara mulai meninggalkan area jenuh belinya. Selain itu, meskipun mengalami koreksi harga, tren pergerakan harga Surat Utang Negara masih bergerak pada tren kenaikan harga. 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi dimana arah pergerakan harga akan kembali dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Mata uang Dollar Amerika berpeluang melanjutkan penguatannya pada perdagangan hari ini didukung oleh estimasi berlanjutnya kebijakan kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika. Pada pekan ini, Badan Pusat Statistik akan menyampaikan data neraca perdagangan bulan Oktober 2018 yang akan disampaikan pada hari Kamis, 15 November 2018. Pelaku pasar akan mencermati apakah surplus neraca perdagangan akan kembali terjadi di bulan Oktober 2018 sebagaimana yang didapati pada bulan September 2018. Adapun dari faktor eksternal, pelaku pasar akan mencermati disampaikannya data inflasi Amerika pada hari Rabu 14 November 2018 dimana diperkirakan angka inflasi menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan inflasi sebelumnya, sehingga mendukung keputusan Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan. Selain itu, pada hari Kamis, 15 November 2018 waktu setempat akan disampaikan data penjualan ritel di bulan Oktober 2018. 
  • Pada sepekan kedepan, terdapat lima seri surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp7,83 triliun.
  • Pencatatan Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap III Tahun 2018 dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan Indonesia Eximbank I Tahap II Tahun 2018.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group