Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

11 September 2017

Fixed Income Notes 11 September 2017

Perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 1 - 10 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 5 bps dengan penurunan imbal hasil yang cukup besar didapati pada tenor 1 - 10 tahun. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 3 - 6 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 20 bps. Sedangkan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 6 - 9 bps yang didoorong olah adanya kenaikan harga yang berkisar antara 30 - 40 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan hingga sebesar 10 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga yang berkisar antara 10 - 70 bps.

Penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin turut dipengaruhi oleh data cadangan devisa di akhir Agustus 2017. Bank Indonesia menyatakan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia akhir Agustus 2017 tercatat sebesar US$128,8 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Juli 2017 yang sebesar US$127,8 miliar. Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi penerimaan devisa, antara lain berasal dari penerimaan pajak dan devisa hasil ekspor migas bagian pemerintah, serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas. Penerimaan devisa tersebut melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo.

Pelaku pasar merespon positif terhadap data cadangan devisa tersebut, karena dengan posisi cadangan devisa tersebut akan memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Dengan posisi cadangan devisa tersebut, cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Adapun data yang dirilis oleh PricewaterhouseCoopers (PwC) yang menyatakan bahwa Indonesia akan menjadi negara ekonomi terkuat ke-5 pada tahun 2030 mendorong penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika di tengah berlanjutnya pelemahan dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Sehingga faktor-faktor tersebut menjadi katalis positif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder pada akhir pekan lalu.

Secara keseluruhan, penurunan imbal hasil kemarin juga telah mendorong imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun turun sebesar 7 bps di level 6,031% dan tenor 10 tahun turun sebesar 9,5 bps di level 6,433%. Adapun untuk tenor 15 tahun turun sebesar 6 bps di level 6,901% dan untuk tenor 20 tahun turun sebesar 4 bps di level 7,112%.

Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya kembali ditutup dengan mengalami penurunan seiring dengan penurunan imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO-20 ditutup dengan penurunan sebesar 1 bps di level 2,055% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 2 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-27, INDO-37, dan INDO-47 ditutup turun sebesar 4 bps masing - masing di level 3,351%, 4,359%, dan 4,346% setelah mengalami kenaikan harga masing - masing sebesar 30 bps, 60 bps, dan 70 bps.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp22,17 triliun dari 46 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp8,34 triliun. Obligasi Negara seri FR0061 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp4,21 triliun dari 66 kali transaksi di harga rata - rata 104,18% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0059 senilai Rp1,79 triliun dari 167 kali transaksi di harga rata - rata 104,03%.

Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp512,29 miliar dari 32 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Perum Pegadaian Tahap II Tahun 2012 Seri D (PPGD01DCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp95 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,75% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi berkelanjutan I Sarana Multi Infrastruktur Tahap I Tahun 2016 Seri A (SMII01ACN1) senilai Rp70 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 101,23%.

Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup dengan penguatan di level 13185,00 per dollar Amerika setelah menguat sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13174,00 hingga 13297,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut terjadi di tengah mata uang regional yang keseluruhan mata uang bergerak menguat terhadap dollar Amerika di tengah mata uang dollar Amerika yang melanjutkan tren pelemahan terhadap mata uang utama dunia sekaligus menjadikan mata uang Rupiah Indonesia (IDR) memimpin penguatan mata uang regional diikuti oleh mata uang Yen Jepang (JPY) dan Yuan China (CNY)

Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan berpeluang mengalami kenaikan dengan masih didukung oleh kenaikan cadangan devisa serta penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Adapun aksi beli oleh investor kami perkirakan masih akan berlanjut pada perdagangan hari ini terlihat tingginya minat investor terhadap Surat Utang Negara yang tercermin dari volume perdagangan Surat Utang Negara di akhir pekan yang masih cukup tinggi.

Hanya saja, kenaikan harga Surat Utang Negara terlihat akan dibatasi oleh faktor eksternal dimana imbal hasil dari surat utang global yang mengalami kenaikan. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup naik pada level 2,054% dari posisi penutupan sebelumnya di level 2,042% seiring dengan US Treasury dengan tenor 30 tahun yang juga ditutup naik di level 2,671%. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun juga mengalami kenaikan, masing - masing di level 0,309% dan 1,167%.

Sedangkan secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak pada area overbought dengan adanya sinyal tren kenaikan harga, sehingga akan membuka peluang terjadinya kenaikan harga dalam jangka pendek. Hanya saja pelaku pasar juga perlu mewaspadai terjadinya aksi ambil untung oleh investor, dikarenakan seri - seri Surat Utang Negara telah berada area jenuh beli (overbought).

Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan memanfaatkan momentum kenaikan harga untuk melakukan strategi trading dengan pilihan pada seri FR0069, FR0053, ORI013, FR0070, FR0071, FR0065 dan FR0068.

Pada sepekan kedepan terdapat dua surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp1,08 triliun.

Penawaran Umum Obligasi Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap II Tahun 2017 dan Sukuk Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap II Tahun 2017 dengan kupon 11% p.a (ekuivalen) tenor 3 tahun serta memiliki jaminan saham MNCN 125%.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group