Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

11 Oktober 2016

Fixed Income Notes 11 Oktober 2016

 

·  Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 10 Oktober 2016 mengalami kenaikan dengan masih berlanjutnya aksi jual oleh investor asing. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 7 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 2,5 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah.

 

·  Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 3 - 7 bps dengan setelah mengalami koreksi harga yang berkisar antara 5 - 30 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 2 - 5 bps setelah mengalami penurunan harga yang berkisar antara 10 - 25 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 5 bps dengan adanya perubahan harga yang berkisar antara 5 - 50 bps.

 

·  Harga Surat Utang Negara yang mengalami koreksi pada perdagangan kemarin masih didorong oleh aksi jual oleh investor asing. Per tanggal 7 Oktober 2016, kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara mengalami penurunan senilai Rp305 miliar dibandingkan dengan posisi kepemilikan di tanggal 6 Oktober 2016, dengan kepemilikan di Surat Berharga Negara senilai Rp684,67 triliun. Penurunan kepemilikan oleh investor asing tersebut kami perkirakan turut dipengaruhi oleh spekulasi terhadap rencana pengurangan pembelian aset obligasi (tapering off) dari Bank Sentral Eropa sebelum bank sentral tersebut mengakhiri stimulus moneternya di tahun 2017.

 

·  Secara keseluruhan, koreksi harga yang terjadi pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 15 tahun masing - masing sebesar 2 bps di level 6,913% dan 7,315%. Sementara itu imbal hasil seri acuan dengan tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 3 bps di level 7,440% sedangkan untuk seri acuan dengan tenor 10 tahun relatif tidak banyak mengalami perubahan di level 7,073%.

 

·  Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika, imbal hasilnya pada perdagangan kemarin kembali mengalami kenaikan dengan kenaikan imbal hasil yang cukup besar didapati pada tenor pendek. Imbal hasil dari INDO-20 ditutup dengan kenaikan sebesar 4 bps pada level 2,33% setelah mengalami koreksi harga sebesar 15 bps. Smentara itu imbal hasil dari INDO-26 dan INDO-46 ditutup dengan kenaikan imbal hasil terbatas kurang dari 1 bps di masing - masing di level 3,354% dan 4,409%.

 

·  Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp6,37 triliun dari 33 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp1,06 triliun. Obligasi Pemerintah Tahun 2002 Seri VR0031 ( VR0031) menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,32 triliun dari 7 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 99,72%.

 

·  Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,402 triliun dari 65 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II FIF Tahap IV Tahun 2016 Seri A (FIFA02ACN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp624 miliar dari 25 kali transaksi. Obligasi dengan peringkat "idAAA" dan akan jatuh tempo pada 7 Oktober 2017 tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 99,97% dengan tingkat imbal hasil sebesar 7,281%.

 

·  Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat pada level 12977,00 per dollar Amerika, mengalami penguatan sebesar 12,00 pts (0,09%) dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Bergerak pada kisaran 12937,00 hingga 12993,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah mengalami penguatan di tengah bervariasinya arah pergerakan nilai tukar mata uang regional terhadap dollar Amerika.

 

·  Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional dan diikuti oleh Rupee India (INR). Adapun mata uang Yuan China (CNY) ditutup dengan mengalami pelemahan di awal perdagangan pekan ini setelah dibuka kembali pasca libur panjang pada pekan sebelumnya. Cadangan devisa China turun menjadi USS3,17 triliun pada September 2016, yang merupakan tren penurunan sejak pertengahan tahun 2014.

 

·  Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak terbatas di tengah pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara. Pemerintah pada hari ini berencana untuk menerbitkan Surat Utang Negara melalui lelang senilai Rp12 triliun dari lima seri Surat Utang Negara yang ditawarkan kepada investor. Dari pelaksanaan lelang sebelumnya, pemerintah meraup dana senilai Rp14 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp19,73 triliun. Pada kuartal III 2016, pemerintah menerbitkan Surat Berharga Negara melalui lelag senilai Rp118,87 triliun sedangkan pada kuartal IV 2016 pemerintah mentargetkan penerbitan Surat Berharga Negara melalui lelang senilai Rp48,75 triliun.

 

·  Sementara itu dari perdagangan surat utang global, arah pergerakan imbal hasil cukup bervariasi pada perdagangan di awal pekan. Pasar surat utang di Amerika tutup pada hari Senin dalam rangka hari libur nasional, sementara itu imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun kembali ditutup dengan mengalami kenaikan di level 0,053% dari posisi penutupan di akhir pekan yang berada pada level 0,018%.

 

·  Sedangkan secara teknikal, harga Surat Utang Negara berada pada tren penurunan terutama pada tenor 1 - 10 tahun, dimana dalam jangka pendek kami perkirakan masih akan bergerak dalam tren penurunan harga. Sementara itu pada tenor panjang di atas 10 tahun, harga Surat Utang Negara masih bergerak konsolidasi sehingga kami perkirakan pergerakan harganya masih akan terbatas. Namun demikian, mulai timbulnya sinyal tren penurunan harga pada tenor panjang perlu diwaspadai oleh pelaku pasar.

 

·  Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati pergarakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan melakukan strategi trading jangka pendek di tengah kondisi pasar yang masih bergerak berfluktuasi. Bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang serta Industri Keuangan Non Bank (IKNB) yang belum memenuhi persyaratan minimum penempatan di Surat Berharga Negara, adanya koreksi harga dapat dimanfaatkan untuk akumulasi secara bertahap dengan pilihan pada seri FR0070, FR0058, FR0068, FR0045 dan FR0067.

 

·  Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN03170112 (New Issuance), SPN12171012 (New Issuance), FR0061 (Reopening), FR0073 (Reopening) dan FR0072 (Reopening)  pada hari Selasa, tanggal 11 Oktober 2016.

 

·  Penawaran Obligasi Negara Ritel Seri ORI013. Sejak hari Kamis, 29 September 2016, pemerintah mulai  menawarkan Obligasi Negara Ritel seri ORI013 melalui agen penjual yang telah ditunjuk.  Tujuan penerbitan ORI013 adalah untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan APBN 2016 dan mengembangkan pasar Surat Utang Negara domestik melalui diversifikasi instrumen sumber pembiayaan dan perluasan basis investor.

 

·  PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat "idA" terhadap peringkat PT Bank Pembangunan Daerah Sumatra Barat. Prospek dari peringat tersebut adalah stabil.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group