Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

11 Juli 2017

Fixed Income Notes 11 Juli 2017

  •          Kenaikan imbal hasil masih dipengaruhi oleh faktor perkiraan melebarnya defisit APBN 2017 serta jelang lelang penjualan  Surat Utang Negara pada perdagangan di hari Senin, 10 Juli 2017. 
  •          Perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 3 - 40 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 8,5 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor 17 - 24 tahun. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) cenderung mengalami kenaikan sebesar berkisar antara 7 - 9 bps setelah mengalami koreksi harga hingga sebesar 30 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 10 - 13 bps setelah mengalami koreksi harga yang berkisar antara 50 - 60 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan berkisar antara 3 - 40 bps dengan adanya koreksi harga hingga sebesar 460 bps. 
  •          Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin masih didorong oleh adanya koreksi harga Surat Utang Negara di tengah kenaikan imbal hasil surat utang global. Pelaku pasar merespon kondisi tersebut dengan melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder, sehingga mendorong terjadinya koreksi harga terutama pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah dan panjang. 
  •          Selain faktor eksternal, koreksi harga yang terjadi pada perdagangan kemarin  juga didorong oleh rencana lelang penjualan Surat Utang Negara, dimana menjelang pelaksanaan lelang serta semakin besarnya peluang kenaikan defisit APBN 2017 sebesar 2,92%, harga Surat Utang Negara di pasar sekunder akan cenderung mengalami penurunan dikarenakan investor berharap untuk mendapatkan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi dari lelang penjualan Surat Utang Negara. 
  •          Meredanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah tidak cukup kuat untuk menahan terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Hanya saja, kami melihat koreksi harga pada perdagangan kemarin tidak diikuti oleh volume perdagangan yang besar, mengindikasikan bahwa pelaku pasar cenderung menahan diri guna melakukan transaksi di pasar sekunder dan lebih berharap pada lelang penjualan Surat Utang Negara pada hari ini. 
  •          Dengan adanya koreksi harga yang terjadi pada perdagangan kemarin, imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 20 tahun mengalami penurunan masing - masing sebesar 1 bps, adapun untuk tenor 15 tahun mengalami penurunan sebesar 3 bps sedangkan 10 tahun mengalami kenaikan sebesar 3 bps. 
  •          Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya masih mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan imbal hasil surat utang global di tengah berlanjutnya aksi jual oleh investor. Kenaikan imbal hasil terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara dengan imbal hasil dari INDO-20 mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 2,282% setelah mengalami koreksi harga sebesar 2 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO-27 mengalami penurunan sebesar 4 bps di level 3,847% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 30 bps dan imbal hasil dari INDO-47 mengalami penurunan sebesar 1,5 bps dilevel 4,753% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 30 bps. 
  •          Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan senilai Rp6,65 triliun dari 26 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,71 triliun. Obligasi Negara seri FR0074 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,22 triliun dari 213 kali transaksi di harga rata - rata 99,63% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0072 senilai Rp950,7 miliar dari 55 kali transaksi di harga rata - rata 104,01%. 
  •          Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp963,9 miliar dari 34 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi I Oto Multiartha Tahun 2017 Seri B (OTMA01B) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp224 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 100,07% dan diikuti oleh perdagangan  Obligasi I Angkasa Pura I Tahun 2016 Seri C (APAI01C) senilai Rp100 miliar dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 102,67%. 
  •          Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat terbatas sebesar 1,00 pts di level 13398,00 per dollar Amerika. Bergerak berfluktuasi pada kisaran 13388,00 hingga 13415,00 per dollar Amerika, penguatan nilai ukar rupiah terjadi di tengah bervariasinya pergerakan mata uang regional terhadap dollar Amerika. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional yang diikuti oleh Rupee India (INR) dan Dollar Taiwan (TWD). Adapun mata uang Yen Jepang (JPY) memimpin pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika yang diikuti oleh Peso Philippina (PHP) dan Dollar Singapura (SGD). Sedangkan dalam sepekan terakhir, mata uang regional cenderung bergerak mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika seiring dengan menguatnya peluang kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika dengan dipimpin oleh Yen Jepang (0,74%) dan Dollar Taiwan (0,53%). 
  •          Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih kembali berpeluang untuk mengalami penurunan jelang lelang penjualan Surat Utang negara ditengah masih dipengaruhi oleh perkiraan melebarnya defisit APBN 2017. Imbal hasil dari US Treasury bergerak berfluktuasi sepanjang sesi perdagangan kemarin meskipun akhirnya ditutup dengan sedikit penurunan, dimanan untuk tenor 10 tahun imbal hasilnya berada pada level 2,38% dan untuk tenor 30 tahun turun ke level 2,93% dan diperkirakan pada hari ini akan kembali mengalami penurunan setelah laporan dari JOLTS yang menyatakan adanya peningkatan jumlah lapangan pekerjaan menjadikan katalis positif untuk pasar utang di Amerika. Sedangkan imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun ditutup turun masing - masing di level 0,54% dan 1,27%. 
  •          Sementara itu dari dalam negeri, pelaku pasar masih akan menantikan pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara yang akan diadakan pada hari Selasa, 11 Juli 2017 dimana pemerintah mentargetkan penerbitan Surat Utang Negara senilai Rp15 triliun dari lima seri Surat Utang Negara yang ditawarkan kepada investor. Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara kembali memasuki area konsolidasi dengan adanya sinyal perubahan tren dari tren naik menjadi turun, mengindikasikan bahwa harga Surat Utang Negara akan bergerak terbatas dengan peluang adanya koreksi harga dalam jangka pendek. 
  •          Rekomendasi : Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut, maka kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Peluang adanya koreksi harga jelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara dapat dimanfaatkan oleh investor dengan horizon investasi jangka panjang untuk melakukan pembelian secara bertahap terhadap Surat Utang Negara dengan tenor panjang seperti seri FR0072, FR0050, FR0057, FR0062, FR0067, dan ORI013. 
  •          Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN12171012  (Reopening), SPN12180712 (New Issuance), FR0059 (Reopening), FR0061 (Reopening) dan FR0072 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 11 Juli 2017.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group