Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

11 Januari 2018

Fixed Income Notes 11 Januari 2018

  • Aksi ambil untung dari investor di tengah Bank Of Japan mengurangi stimulus moneter mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 10 Januari 2018.
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 9 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 4,8 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor panjang. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 3 - 8 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 30 bps. Sementara itu imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 3 - 6 bps dengan adanya koreksi harga yang berkisar antara 20 - 35 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 9 bps setelah mengalami perubahan harga hingga sebesar 100 bps. 
  • Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin didorong oleh adanya aksi ambil untung oleh investor di tengah Bank Of Japan mulai mengurangi stimulus moneter. Bank of Japan memangkas pembelian obligasi negara sekitar ¥ 10 miliar untuk tenor antara 10-25 tahun dan ¥ 10 miliar untuk tenor lebih panjang daripada 25 tahun. BOJ mengumumkan rencana ini pada hari Selasa, dan langsung menuai reaksi dari pasar. Nilai tukar yen langsung menguat terhadap dollar dan imbal hasil obligasi negara Jepang bertenor 10 tahun mengalami penurunan dari level 0,16% menjadi 0,074%, pelaku pasar merespon kebijakan tersebut dengan melakukan aksi ambil untung di pasar Surat Utang Negara sehingga mendorong terjadiya koreksi harga di pasar sekunder. 
  • Sehingga secara keseluruhan, kombinasi dari beberapa faktor tersebut mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan masing - masing sebesar 6 bps untuk tenor 5 tahun di level 5,640%, sebesar 5 bps untuk tenor 10 tahun di level 6,120%, sebesar 4,5 bps untuk tenor 15 tahun di level 6,617% dan sebesar 8,5 bps untuk tenor 20 tahun di level 6,927%. 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, imbal hasilnya mengalami kenaikan yang terjadi pada keseluruhan tenor, dimana kenaikan imbal hasil yang terjadi berkisar antara 1 - 5 bps dengan tenor panjang mengalami kenaikan imbal hasil yang lebih besar dibandingkan dengan yang didapati pada tenor pendek. Imbal hasil dari INDO-23 ditutup dengan kenaikan sebesar 1,5 bps di level 3,058%. Sedangkan imbal hasil dari INDO-28 dan INDO-48 mengalami kenaikan sebesar 5 bps masing - masing di level 3,537% dan 4,315% setelah mengalami koreksi harga sebesar 45 bps dan 90 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-38 yang mengalami kenaikan sebesar 3.5 bps di level 4,394% setelah mangalami koreksi harga sebesar 55 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin masih cukup besar, senilai Rp14,56 triliun dari 38 seri Surat Utang Negara yang dilaporkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp5,95 triliun. Obligasi Negara seri FR0075 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,49 triliun dari 217 kali transaksi di harga rata - rata 107,28% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0064 senilai Rp1,65 triliun dari 118 kali transaksi di harga rata - rata 100,46%. 
  • Adapun Volume perdagangan Project Based Sukuk yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp1,07 triliun dari 6 seri Project Based Sukuk yang diperdagangkan. Project Based Sukuk seri PBS004 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp485 miliar dari 49 kali transaksi di harga rata - rata 88,94% diikuti oleh Project Based Sukuk seri PBS009, senilai Rp177 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,12%. 
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp503,6 miliar dari 37 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi III Bank BTPN Tahap II Tahun 2017 Seri B (BTPN03BCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp75 miliar dari 1 kali transaksi di harga rata - rata 101,00% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Pegadaian Tahap I Tahun 2017 Seri B (PPGD03BCN1) senilai Rp50 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 101,08%. 
  • Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat sebesar 13,00 pts (0,09%) pada level 13425,00 per dollar Amerika. Bergerak melemah sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13419,00 hingga 13458,00 per dollar Amerika, pelemahan nilai tukar rupiah terjadi di tengah mata uang regional yang cenderung mengalami pelemahan seiring dengan melemahnya dollar Amerika di tengah kebijakan BOJ yang mengurangi stimulus. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika yang diikuti oleh Dollar Taiwan (TWD) dan Peso Philippina (PHP). 
  • Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berpotensi mengalami tekanan di tengah kenaikan imbal hasil surat utang global jelang BOJ yang mengurangi pembelian obligasi. 
  • Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik pada level 2,559% dari posisi penutupan sebelumnya di level 2,480%. Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama juga ditutup naik masing - masing di level 0,475% dan 1,288% di tengah keputusan Bank Of Japan (BOJ) untuk memangkas pembelian obligasi negara sekitar ¥10 miliar untuk tenor antara 10-25 tahun dan ¥10 miliar untuk tenor di atas 25 tahun. Kenaikan imbal hasil surat utang global tersebut kami perkirakan akan memberikan tekanan terhadap harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika. 
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara mulai menjauhi area jenuh belinya (overbought) namun dengan  adanya sinyal perubahan tren pergerakan harga dari tren kenaikan menjadi penurunan. Hal tersebut kami perkirakan akan mendorong harga Surat Utang Negara bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan, terutama pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah dan panjang. Adapun pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek, secara teknikal, pergerakan harganya masih berada pada area konsolidasi, sehingga masih akan cendeurng bergerak mendatar (sideways). 
  • Rekomendasi : Dengan kombinasi dari beberapa faktor dari dalam dan luar negeri tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Dengan peluang adanya koreksi, kami menyarankan kepada investor untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking) terhadap portofolio yang telah memberikan keuntungan dan kembali masuk setelah tekanan jual mereda yang kami perkirakan akan terjadi setelah pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika pada pekan depan. Adapun pilihan seri Surat Utang Negara yang cukup menarik diperdagangkan adalah seri FR0069, FR0053, FR0061, ORI013, FR0073, FR0058, dan FR0068. 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menegaskan peringkat obligasi PT Bank OCBC NISP Tbk yang akan jatuh tempo ditegaskan di “idAAA”. 
  • Peringkat MTN PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia yang akan jatuh tempo ditegaskan di “idAAA” oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group