Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

11 April 2017

Fixed Income Notes 11 April 2017

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 10 April 2017 bergerak bervariasi di tengah penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.

 

  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 10 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 1 bps dimana penurunan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor pendek. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) cenderung mengalami penurunan berkisar antara 2 - 10 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 10 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami perubahan hingga sebesar 1 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga yang terbatas hingga sebesar 7 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) bergerak cukup bervariasi berkisar antara 1 - 3 bps dengan adanya perubahan harga hingga sebesar 30 bps.

 

  • Cukup bervariasinya arah pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang menjadi katalis positif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Namun demikian, meningkatnya persepsi resiko yang tercermin pada kenaikan CDS 5 tahun menjadi faktor yang membatasi kenaikan harga Surat Utang Negara, bahkan untuk beberapa seri Surat Utang Negara terjadi koreksi harga sehingga mendorong kenaikan imbal hasilnya.

 

  • Namun demikian, pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin lebih cenderung untuk mengalami penurunan dimana untuk seri acuan dengan tenor 5 tahun, 10 tahun dan 15 tahun masing - masing mengalami penurunan hingga sebesar 1 bps di level 6,824%, 7,084% dan 7,458%. Adapun imbal hasil dari seri acuan dengan tenor 20 tahun mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 7,692%.

 

  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya cenderung mengalami kenaikan mengikuti kenaikan imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO-27 dan INDO-47 masing - masing ditutup dengan kenaikan sebesar 2 bps di level 3,940% dan 4,866% setelah mengalami koreksi harga masing - masing sebesar 15 bps dan 35 bps.

 

  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp8,45 triliun dari 40 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp1,15 triliun. Sukuk Negara Ritel seri SR009 menjadi Surat Berharga Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,32 triliun dari 837 kali transaksi di harga rata - rata 100,02% seiring dengan mulai dapat diperdagangkannya SR009 di pasar sekunder setelah masa holding periode 1 kali pembayaran bagi hasil. Sementara itu Obligasi Negara seri FR0072 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp690,80 miliar dari 54 kali transaksi di harga rata - rata 105,07%.

 

  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp776,40 miliar dari 33 seri obligasi korporasi yang dapat diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II SAN Finance Tahap II Tahun 2017 Seri A (SANF02ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp267 miliar dari 23 kali transaksi di harga rata - rata 100,03% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Subordinasi I Bank CIMB Niaga Tahun 2010 (BNGA01SB) senilai Rp72 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 101,15%.

 

  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup dengan mengalami penguatan sebesar 35,00 pts (0,26%) di level 13286,00 per dollar Amerika. Bergerak dengan menglami penguatan sejak awal perdagangan pada kisaran 13237,00 hingga 13333,00 per dollar Amerika, penguatan nilai tukar rupiah terjadi di tengah cenderung melemahnya mata uang regional terhadap dollar Amerika.

 

  • Penguatan nilai tukar tersebut didukung oleh meningkatnya angka cadangan devisa di bulan Maret 2017 sebagaimana yang disampaikan oleh Bank Indonesia pada akhir pekan lalu. Bank Indonesia menyatakan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia akhir Maret 2017 tercatat sebesar US$121,8 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2017 yang sebesar US$119,9 miliar yang dipengaruhi oleh penerimaan devisa, antara lain berasal dari penerimaan pajak dan devisa ekspor migas bagian pemerintah, penerbitan sukuk global pemerintah, serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas.

 

  • Adapun mata uang regional yang memimpin pelemahan terhadap dollar Amerika adalah Won Korea Selatan (KRW), diikuti oleh Rupee India (INR) dan Yen Jepang (JPY).

 

  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan cenderung bergerak terbatas di awal perdagangan dimana pelaku pasar masih akan mencermati pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara yang diadakan oleh pemerintah. Pada hari ini pemerintah berencana untuk menerbitkan Surat Utang Negara senilai Rp15 triliun dari lima seri Surat Utang Negara yang ditawarkan kepada investor. Pada kuartal II 2017, pemerintah mentargetkan penerbitan Surat Berharga Negara melalui lelang senilai Rp138 triliun. Hasil dari pelaksanaan lelang akan menentukan arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder.

 

  • Sementara itu dari perdagangan surat utang global, imbal hasil surat utang global cenderung mengalami penurunan di tengah pelaku pasar yang melakukan pembelian aset yang lebih aman (safe haven asset) sebagai antisipasi terhadap gejolak politik global setelah pemerintah Amerika memutuskan untuk melakukan penyerangan kepada negara Syria. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 2,354%  dan untuk tenor 30 tahun ditutup pada level 2,988%. Adapun imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 0,207% dan imbal hasil surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama ditutup pada level 1,076%. Kecenderungan penurunan imbal hasil dari surat utang global tersebut kami perkirakan akan berdampak positif terhadap pasar surat utang domestik asalkan didukung dengan membaiknya persepsi resiko yang tercermin pada penurunan angka CDS.

 

  • Sedengkan secara teknikal, pergerakan harga Surat Utang Negara telah berada pada tren penurunan yang terjadi sejak akhir pekan lalu, sehingga kami perkirakan akan kembali membuka peluang terjadinya penurunan harga dalam jangka pendek.

 

  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Guna mengantisipasi tren penurunan harga Surat Utang Negara dalam jangka pendek, maka kami menyarankan kepada investor untuk melakukan pergerseran portofolio dari tenor panjang ke tenor menengah atau pendek. Adapun bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang, momentum koreksi harga dapat digunakan untuk melalukan akumulasi secara bertahap terhadap Surat Utang Negara dengan tenor panjang. 

 

  • Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN03170712  (New Issuance), SPN12180412 (New Issuance), FR0061 (Reopening), FR0059 (Reopening) dan FR0074 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 11 April 2017. Pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang Rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2017. Target penerbitan senilai Rp15.000.000.000.000,00 (lima belas triliun rupiah).

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group