Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

10 Oktober 2016

Fixed Income Notes 10 Oktober 2016

·  Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at, 7 Oktober 2016 kembali mengalami kenaikan jelang pengumuman data sektor tenaga kerja Amerika. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 2 - 7 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 3 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor menengah dan panjang.

 

·  Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 3 - 4 bps setelah mengalami koreksi harga sebesar4 - 15 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5 - 7 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 3 - 7 bps dengan didorong oleh adanya penurunan harga yang berkisar antara 15 - 30 bps serta imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang mengalami perubahan berkisar antara 2 - 6 bps dengan adanya perubahan harga yang berkisar antara 20 - 45 bps.

 

·  Harga Surat Utang Negara yang kembali mengalami koreksi pada perdagangan di akhir pekan kemarin terjadi siring dengan kecenderungan koreksi harga surat utang global pada perdagangan di hari Kamis, seiring dengan spekulasi atas akan dikuranginya pembelian aset obligasi (tapering off) oleh Bank Sentral Eropa (ECB) sebelum berakhirnya stimulus moneter serta semakin menguatnya peluang kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika (Fed Fund Rate/FFR) seiring dengan membaiknya indikator perekonomian Amerika Serikat.

 

·  Posisi cadangan devisa Indonesia akhir September 2016 tercatat sebesar US$115,7 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Agustus 2016 yang sebesar US$113,5 miliar. Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh penerimaan cadangan devisa, antara lain berasal dari penerimaan pajak dan devisa migas, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, dan hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas, serta airan modal asing yang masuk di pasar keuangan dalam negeri melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo. Dengan posisi cadangan devisa per akhir September 2016 tersebut cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

 

·  Secara keseluruhan, koreksi harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan sebesar 7 bps untuk tenor 5 tahun di level 6,889%; sebesar 6 bps di level 7,074% untuk seri acuan dengan tenor 10 tahun, sebesar 4 bps di level 7,299% untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun dan sebesar 3 bps di level 7,407% untuk seri acuan dengan tenor 20 tahun.

 

·  Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang asing, koreksi harga kembali terjadi meskipun tidak sebesar perdagangan di hari Kamis sehingga kembali mendorong terjadinya kenaikan imbal hasilnya. Imbal hasil dari INDO-20 ditutup dengan kenaikan sebesar 3 bps di level 2,276% setelah mengalami koreksi harga sebesar 10 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO-26 dan INDO-46 masing - masing ditutup naik sebesar 2 bps di level 3,298% dan 4,362% setelah mengalami koreksi harga sebesar 18 bps dan 35 bps.

 

·  Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan hari Jum'at senilai Rp5,03 triliun dari 34 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp1,44 triliun. Volume perdagangan yang tidak begitu besar di saat terjadinya koreksi harga mengindikasikan bahwa pelaku pasar cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi. Obligasi Negara seri FR0059 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp740,63 miliar dari 72 kali transaksi menjadikannya Surat Utang Negara yang paling aktif diperdagangkan diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Negara seri FR0053, yaitu senilai Rp695,28 miliar dari 9 kali transaksi.

 

·  Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp390,9 miliar dari 16 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II FIF Tahap IV Tahun 2016 Seri A (FIFA02ACN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp103 miliar dari 3 kali transaksi. Obligasi berperingkat "idAAA" dan akan jatuh tempo pada 7 Oktober 2017 tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata di level 100,02% dan tingkat imbal hasilnya sebesar 7,22%.

 

·  Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan di akhir pekan ditutup pada level 12989,00 mengalami pelemahan terbatas sebesar 3,00 pts (0,02%) dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Bergerak pada kisaran 12983,00 hingga 13025,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika bergerak dengan kecenderungan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan seiring dengan pelemahan yang terjadi pada sebagian besar mata uang regional dimana pelemahan mata uang regional dipimpin oleh Won Korea Selatan (KRW) dan Ringgit Malaysia (MYR).

 

·  Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan berpeluang untuk mengalami kenaikan setelah pada sepekan sebelumnya bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan. Kenaikan harga akan didukung oleh data sekor tenaga kerja Amerika di bulan September 2016 yang tumbuh dibawah perkiraan.

 

·  Pada hari Jum'at waktu setempat, Badan Statistik Amerika menyatakan bahwa di bulan September terjadi peningkatan angka pengangguran (unemployment rate) dari 4,90% di bulan Agustus menjadi 5,0% dimana analis memperkirakan masih akan berada di level 4,9%. Selain itu data penambahan tenaga kerja di luar sektor pertanian (Nonfarm Payrolls) untuk periode September 2016 tumbuh sebesar 156 ribu tenaga kerja, dibawah estimasi yang sebesar 168 ribu tenaga kerja serta di bawah pertumbuhan pada periode sebelumnya yang sebesar 167 ribu tenaga kerja. Data sektor tenaga kerja yang tumbuh di bawah estimasi tersebut kami perkirakan akan menjadi katalis bagi perdagangan Surat Utang Negara dalam jangka pendek.

 

·  Imbal hasil surat utang global pada perdagangan di akhir pekan ditutup bervariasi dimana imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun terbatas pada level 1,723% dari posisi penutupan sebelumnya di level 1,738% bergerak cukup berfluktuasi merespon data sektor tenaga kerja Amerika. Sementara itu imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama ditutup dengan mengalami kenaikan pada level 0,014% dari posisi penutupan sebelumnya di level -0,020% di tengah spekulasi akan dikuranginya jumlah pembelian aset oleh Bank Sentral Eropa, mendorong imbal hasil surat utang Jerman kembali pada teritori positif setelah cukup lama berada pada teritori negatif (negative yield). Adapun imbal hasil dari Surat Utang Jepang ditutup pada level -0,064% mengalami penurunan terbatas dari posisi penutupan sebelumnya di level -0,063%.

 

·  Sementara itu faktor domestik yang akan mejadi katalis positif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara adalah meningkatnya cadangan devisa di buan September 2016 serta adanya kesepakatan perpanjangan kerjasama bilateral swap arrangement (BSA) antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang senilai US$22,76 miliar. Kerjasama ini juga merupakan komitmen kedua otoritas bank sentral untuk menjaga stabilitas keuangan regional di tengah masih terus berlangsungnya ketidakpastian di pasar keuangan global.

 

·  Sedangkan secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih berada pada area konsolidasi dengana danya sinyal penurunan harga untuk beberapa seri Surat Utang Negara dengan tenor di bawah 10 tahun. Kami perkirakan pasar Surat Utang Negara akan berpeluang mengalami kenaikan namun dengan volume tidak bagitu besar di tengah pelaku pasar yang masih akan menantikan pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara yang akan diadakan pada hari Selasa, 11 Oktober 2016.

 

·  Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading jangka pendek di tengah kondisi pasar Surat Utang Negara yang masih beregrak berfluktuasi.

 

·  Pada sepekan kedepan terdapat empat surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp21,81 triliun.

 

·  Pencatatan Obligasi Berkelanjutan III Mandiri Tunas Finance Tahap I Tahun 2016 PT Mandiri Tunas Finance.

 

·  PT Pemeringkat Efek Indonesia merevisi prospek dari PT Wika Realty dari stabil menjadi positif.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group