Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

10 November 2016

Fixed Income Notes 10 November 2016

  •   Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 9 November 2016 mengalami kenaikan di tengah meningkatnya persepsi resiko sebagai respon atas hasil dari pemilihan umum Presiden Amerika Serikat. Kenaikan imbal hasil berkisar antara 2 - 16 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 6,7 bps dengan kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang.
  •   Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 3 - 10 bps setelah mengalami koreksi harga yang berkisar antara 5 - 25 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 5 - 6 bps dengan adanya koreksi harga yang berkisar antara 20 - 30 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami kenaikan berkisar antara 2 - 16 bps setelah mengalami koreksi harga yang berkisar antara 5 - 145 bps.
  •   Harga Surat Utang Negara sempat mengalami penguatan di awal perdagangan didorong oleh hasil positif dari pelaksanaan lelang di hari Selasa, dimana pada lelang tersebut pemerintah meraup dana senilai Rp12,9 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp22,51 triliun. Namun demikian, harga Surat Utang Negara mengalami koreksi harga yang cukup besar setelah hasil dari pemilihan umum Presiden Amerika Serikat diluar perkiraan pelaku pasar sebelumnya, dimana presiden terpilih Donald Trump mengalahkan calon presiden Hillary Clinton. Pasar keuangan regional bereaksi negatif terhadap hasil pemilihan umum tersebut yang tercermin pada koreksi indeks saham regional dan juga terhadap pasar Surat Utang Negara. Kekhawatiran investor terhadap perubahan kebijakan yang akan diambil oleh presiden terpilih mendorong meningkatnya persepsi resiko yang tercermin pada kenaikan CDS. Selain itu pergerakan nilai tukar rupiah yang melemah hingga sempat menembus level di atas 13200 per dollar Amerika juga menjadi faktor yang mendorong koreksi harga Surat Utang Negara.
  •   Sehingga secara keseluruhan kombinasi dari beberapa faktor tersebut mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 5 bps di level 6,964% dan tenor 10 tahun sebesar 9 bps di level 7,308%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun imbal hasilnya mengalami kenaikan sebesar 16 bps di level 7,814% dan seri acuan dengan tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 10 bps di level 7,861%.
  •   Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, kenaikan imbal hasil juga terjadi pada keseluruhan tenor dengan perubahan berkisar antara 2 - 13 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor di atas 10 tahun. Imbal hasil dari INDO-20 mengalami kenaikan sebesar 6 bps di level 2,228% setelah mengalami koreksi harga sebesar 20 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO-26 mengalami kenaikan sebesar 10 bps di level 3,600% setelah mengalami koreksi sebesar 85 bps dan imbal hasil dari INDO-46 yang mengalami kenaikan sebesar 13 bps di level 4,728% setelah mengalami koreksi sebesar 230 bps.
  •   Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp11,48 triliun dari 33 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume yang diperdagangkan senilai Rp3,50 triliun. Obligasi Negara seri FR0059 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,68 triliun dari 111 kali transaksi di harga rata - rata 97,69% dan diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Negara seri FR0053, senilai Rp1,75 triliun dari 28 kali transaksi di harga rata - rata 105,19%.
  •   Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp713,67 miliar dari 31 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Surya Semesta Internusa Tahap I Tahun 2016 Seri A (SSIA01ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp255miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,08%, diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Maybank Finance Tahap II Tahun 2016 Seri A (BIIF01ACN2) senilai Rp50 miliar dari 1 kali transaksi di harga 101,75%.
  •   Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah sebesar 43,00 pts (0,33%) pada level 13127,00 per dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 13052,00 hingga 13259,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah sempat mengalami penguatan di awal perdagangan namun cenderung mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan di tengah menguatnya dollar Amerika merespon hasil dari pemilihan umum Presiden Amerika Serikat. Mata uang regional bergerak bervariasi merespon hasil dari pemilihan umum presiden Amerika Serikat, dimana Yen Jepang (JPY) memimpin penguatan mata uang regional terhadap dollar Amerika diikuti oleh Rupee India (INR) dan Dollar Taiwan (TWD). Sementara itu mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional diikuti oleh Ringgit Malaysia (MYR) dan Dollar Singapura (SGD).
  •   Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan berpeluang untuk mengalami kenaikan didorong oleh kenaikan imbal hasil surat utang global sebagai respon atas hasil dari pelaksanaan pemilihan umum Presiden Amerika Serikat.

 

  •   Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin cenderung mengalami kenaikan dimana imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik pada level 2,052% dari posisi penutupan sebelumnya di level 1,856% yang merupakan posisi tertingginya sejak 28 Januari 2016. Kenaikan tersebut didorong oleh ekspektasi kenaikan inflasi di Amerika didorong oleh kebijakan yang akan diambil oleh presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump, dimana kebijakan tersebut diantaranya adalah membangun kembali infrastruktur di Amerika. Hal tersebut diharapkan akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi yang juga akan berimbas pada kenaikan laju inflasi namun akan berdampak terhadap meningkatnya hutang pemerintah Amerika Serikat dimana pada saat yang sama berencana untuk menurunkan pajak bagi pengusaha dan individu. Tingginya pasokan US Treasury akan mendorong kenaikan tingkat imbal hasil yang diminta oleh investor dan akan berdampak terhadap imbal hasil surat utang global.
  •   Sementara itu imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dan surat utang Inggris dengan tenor yang sama juga mengalami kenaikan masing - masing di level 0,211% dan 1,263%. Menguatnya dollar Amerika terhadap mata uang global kami perkirakan juga akan berdampak terhadap perdagangan Surat Utang Negara pada hari ini.
  •   Sedangkan secara teknikal, koreksi harga yang terjadi pada perdagangan kemarin kembali mendorong harga Surat Utang Negara dengan tenor panjang masuk ke dalam tren penurunan sehingga hal tersebut berpeluang untuk kembali mendorong terjadinya koreksi harga dalam jangka pendek. Namun demikian, harga Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang kembali memasuki area jenuh jual (Oversold) akan cukup menarik untuk diakumulasi di tengah tren penurunan suku bunga domestik.
  •   Rekomendasi : Dengan kombinasi beberapa faktor di atas kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami masih merekomendasikan beli secara bertahap terhadap Surat Utang Negara dengan tenor panjang bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang di tangah kebijakan suku bunga rendah di dalam negeri. Adapun bagi investor dengan horizon investasi jangka pendek, kami masih menyarankan untuk melakukan pergerseran portofolio dari tenor panjang ke tenor pendek guna mengurangi resiko akibat dari fluktuasi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder.
  •   Kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara kembali mengalami penurunan.
  •   PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat "idA-" terhadap PT Impack Pratama Industri Tbk beserta Obligasi yang akan diterbitkan.

 

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group