Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

10 Juli 2017

Fixed Income Notes 10 Juli 2017

  • Pelemahan nilai tukar rupiah serta menurunnya angka cadangan devisa menjadi katalis negatif yang mendorong berlanjutnya tren kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan di hari Jum’at, 7 Juli 2017. 
  • Kenaikan tingkat imbal hasil berkisar antara 2 - 20 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 10 bps dimana kenaikan imbal hasil terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan berkisar antara 3 - 18 bps dengan didorong oleh adanya penurunan harga hingga sebesar 50 bps. Sementara itu imbal hasil Suat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yang berkisar antara 7 - 16 bps dengan didorong oleh adanya penurunan harga yang berkisar antara 30 - 70 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) terlihat mengalami kenaikan sebesar 2 - 20 bps dengan didorong oleh adanya penurunan harga hingga sebesar 300 bps. 
  • Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin masih disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika di tengah bervariasinya mata uang regional seiring dengan penguatan dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut tidak lepas dari data cadangan devisa di bulan Juni 2017 yang senilai US$123,09 miliar mengalami penurunan sebesar US$1,86 miliar dibandingkan dengan posisi di akhir Mei 2017. kami perkirakan penurunan cadangan devisa tersebut akan memberikan dampak terhadap pemelahan nilai tukar rupiah di tengah keluarnya modal investor asing di pasar Surat Utang Negara maupun di pasar saham. 
  • Selain itu, imbal hasil surat utang global yang masih berada pada tren kenaikan serta kebijakan rancangan APBN-P 2017 yang diperkirakan akan mengalami defisit yang lebi hbesar menjadi 2,92% akan berdampak terhadap peningkatan pasokan Surat Berharga Negara. Hal tersebut direspon oleh pelaku pasar dengan melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder sehingga mendorong terhadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan di akhir pekan kemarin.  
  • Secara keseluruhan, aksi jual oleh investor pada perdagangan kemarin telah mendorong kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan sebesar 16,5 bps untuk tenor 5 tahun, 22,5 bps untuk tenor 10 tahun, 21 bps untuk tenor 15 tahun, dan 27 bps untuk tenor 20 tahun. 
  • Semenatra itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya masih ditutup dengan mengalami kenaikan yang terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara di tengah masih berlanjutnya tren kenaikan imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO-20 mengalami kenaikan sebesar 2,5 bps di level 2,288% setelah mengalami koreksi harga sebesar 7 bps. Sedangkan imbal hasil INDO-27 dan INDO-47 masing - masing mengalami kenaikan sebesar 9 bps di level 3,882% dan 4,769%. Adapun imbal hasil dari INDO-37 mengalami kenaikan sebesar 6 bps di level 4,772% setelah mengalami koreksi harga sebesar 86,5 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangn sebelumnya, yaitu senilai Rp14,32 triliun dari 33 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Adapun volume perdagangan Surat Utang Negara seri acuan yang dilaporkan senilai Rp8,91 triliun. Obligasi Negara seri FR0072 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,34 triliun dari 237 kali transaksi di harga rata - rata 103,43% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0074 senilai Rp3,30 triliun dari 335 kali transaksi di harga rata - rata 99,41%.
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp800,85 miliar dari 39 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.  Obligasi Berkelanjutan III Mandiri Tunas Finance Tahap II Tahun 2017 Seri A (TUFI03ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp491 miliar dari 8 kali transaksi di harga 100,53% dan diikuti oleh perdagangan  Obligasi Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap I Tahun 2017 Seri A (BMTR01ACN1) senilai Rp180,1 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 99,75%. 
  • Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup pada level 13399,00 per dollar Amerika, mengalami pelemahan terbatas dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya setelah berfluktuasi selam perdagangan dengan kecenderungan mengalami pelemahan pada kisaran 13381,00 hingga 13421,00 per dollar Amerika. Nilai tukar rupiah bergerak pelemah di tengah bervariasinya pergerakan mata uang regional terhadap dollar Amerika, dimana pada perdagangan kemarin, mata uang  Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional yang diikuti oleh Rupee India (INR) dan Peso Philippina (PHP). Adapun mata uang Yen Jepang (JPY) memimpin pelemahan mata uang regional yang diikuti oleh Rupiah Indonesia (IDR) 
  • Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berpeluang mengalami penurunan yang akan dibayangi oleh adanya aksi ambil untung oleh investor. Kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini masih akan dipengaruhi terhadap berlanjutnya tren pelemahan nilai tukar rupiah yang didukung oleh menurunnanya angka cadangan devisa serta penurunan harga tersebut akan didukung oleh faktor eksternal dimana imbal hasil dari surat utang global yang ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan. 
  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik pada level 2,39% sebagai respon pelaku pasar atas positifnya beberapa data yang dirilis pada akhir pekan kemarin, memberikan sinyal akan cukup baiknya data sektor tenaga kerja Amerika Serikat yang disampaikan pada hari Jum'at kemarin. Data sektor tenaga kerja menjadi salah satu katalis positif pada perdagangan US Treasury, sejalan dengan kenaikan US Treasury untuk tenor 10 tahun, imbal hasil US Treasury 30 tahun juga mengalami kenaikan sebesar 3 bps di level 2,93%. Adapun imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 0,57% sedangkan imbal hasil Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun terlihat mengalami penurunan, di level 1,30%. Pergerakan imbal hasil surat utang global yang cenderung mengalami kenaikan tersebut kami perkirakan akan masih memberikan tekanan terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika. 
  • Sedangkan secara teknikal, harga Surat Utang Negara telah memasuki tren konsolidasi yang terlihat pada keseluruhn tenor, sehingga akan membuka peluang berlanjutnya penurunan harga dalam jangka pendek. Namun demikian, penurunan harga akan dibatasi oleh menjauhnya seri - seri Surat Utang Negara pada area jenuh beli (overbought). 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan melakukan strategi trading memanfaatkan momentum kenaikan harga Surat Utang Negara. Selain itu, rencana lelang penjualan Surat Utang Negara pada perdagangan besok akan turut mendorong penurunan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini. Kami merekomendasikan beberapa seri Surat Utang Negara yang masih cukup menarik untuk diperdagangkan seperti FR0066, FR0048, FR0072, FR0050, FR0057, FR0062, dan FR0067 serta ORI013. 
  •  Pada sepekan kedepan terdapat lima surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp3,60 triliun. 
  • Pencatatan Obligasi Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap I tahun 2017 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap I Tahun 2017 pada 10 Juli 2017.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group