Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

10 Januari 2017

Fixed Income Notes 10 Januari 2017

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 9 Januari 2017 bergerak bervariasi di tengah beragamnya sentimen dari dalam dan luar negeri. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 8 bps dimana arah pergerakan imbal hasil yang cukup bervariasi di sepanjang tenor Surat Utang Negara.

 

  • Imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) dan menengah (5-7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga 10 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 8 bps dengan adanya perubahan harga yang berkisar antara 5 - 75 bps.

 

  • Perubahan harga Surat Utang Negara yang cukup bervariasi pada perdagagan kemarin turut dipengaruhi oleh beragamnya katalis dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri, meningkatnya cadangan devisa di bulan Desember 2016 menjadi katalis positif di pasar Surat Utang Negara dan juga di pasar valas.

 

  • Bank Indonesia menyampaikan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia akhir Desember 2016 tercatat sebesar US$116,4 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir November 2016 yang sebesar US$111,5 miliar. Peningkatan tersebut dipengaruhi penerimaan cadangan devisa, antara lain berasal dari penerbitan global bonds dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta penerimaan pajak dan devisa migas, yang melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo.

 

  • Hanya saja, faktor eksternal dimana imbal hasil surat utang global yang bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan serta penguatan dollar Amerika terhadap sebagian besar mata uang global membatasi potensi kenaikan harga dan bahkan untuk beberapa seri Surat Utang Negara mengalami koreksi. Investor memanfaatkan momentum tersebut untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking) terhadap beberapa seri Surat Utan Negara yang dalam sepekan terakhir bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan.

 

  • Secara keseluruhan, bervariasinya arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder pada perdagangan kemarin juga berdampak terhadap perubahan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan, dimana untuk tenor 5 tahun dan 15 tahun imbal hasilnya mengalami penurunan masing - masing sebesar 2 bps dan 8 bps di level 7,308% dan 7,714%. Adapun untuk tenor 10 tahun dan 20 tahun imbal hasilnya masing - masing mengalami kenaikan sebesar 1 bps dan 2 bps di level 7,580% dan 8,062%.

 

  • Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika pada perdagangan kemarin terlihat mengalami kenaikan terimbas kenaikan imbal hasil surat utang global pada perdagangan di akhir pekan serta aksi ambil untung oleh investor setelah harga Surat Utang Negara dengan denominsi mata uang dollar Amerika yang mengalami kenaikan dalam beberapa hari berturut - turut. Imbal hasil dari INDO-20 mengalami kenaikan sebesar 5 bps di level 2,670% setelah mengalami koreksi harga sebesar 15 bps. Sedangkan imbal hasil dari INDO-27 dan INDO-47 masing - masing mengalami kenaikan sebesar 10 bps dan 9 bps di level 4,065% dan 5,056% setelah mengalami koreksi harga hingga sebesar 150 bps.

 

  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan di akhir pekan, senilai Rp3,955 triliun dari 39 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp738,75 miliar. Obligasi Negara seri FR0070 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp482,5 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 103,02% dan diikuti oleh perdagangan Sukuk Negara Ritel seri SR006 senilai Rp409,25 miliar dari 17 kali transaksi di harga rata - rata 100,46%.

 

  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp471,42 miliar dari 28 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Astra Sedaya Finance Tahap II Tahun 2016 Seri B (ASDF03BCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp135 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 99,25% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Garuda Indonesia Tahap I Tahun 2013 (GIAA01CN1) senilai Rp50 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 101,08%.

 

  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat terbatas seebsar 9,00 pts (0,07%) pada level 13362,00 per dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 13353,00 hingga 13399,00 per dollar Amerika dengan kecenderungan mengalami pelemahan pada awal hingga pertengahan sesi perdagangan, penguatan nilai tukar rupiah turut didorong oleh data meningkatnya cadangan devisa di akhir tahun 2016 di tengah mata uang regional yang cenderung mengalami pelemahan. Selain rupiah, mata uang regional yang mengalami penguatan adalah Yen Jepang (JPY). Adapun sisianya mengalami pelemahan dengan pelemahan terbesar didapati pada Won Korea Selatan (KRW) yang diikuti oleh pelemahan Dollar Taiwan (TWD) dan Rupee India (INR).

 

  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan berpeluang untuk mengalami kenaikan seiring dengan tren kenaikan harga surat utang global. Kenaikan harga surat utang global pada perdagangan hari Senin, mendorong terjadinya penurunan imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun di level 2,376% dan untuk tenor 30 tahun di level 2,969%.

 

  • Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) juga mengalami penurunan masing - masing di level 0,276% dan 1,336% setelah pemerintah Inggris melakukan pembicaraan dagang dengan Uni Eropa setelah memutuskan keluar dari Uni Eropa (Brexit). Penurunan imbal hasil surat utang global tersebut kami perkirakan juga akan berdampak positif terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika yang sempat mengalami koreksi pada perdagangan kemarin.

 

  • Dari dalam negeri, pelaku pasar akan mencermati pelaksanaan lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara, dimana pemerintah mentargetkan penerbitan SBSN senilai Rp6 triliun dari lima seri SBSN yang ditawarkan kepada investor. Bagai investor yang ingin menempatkan dananya pada instrumen Syariah dapat mengikuti lelang tersebut di tengah terbatasnya likuiditas Surat Berharga Syariah Negara di pasar sekunder.

 

  • Sedangkan secara teknikal, harga Surat Utang Negara berada pada area konsolidasi dengan adanya sinyal tren kenaikan harga pada tenor 1 hingga 10 tahun sehingga membuka peluang terjadinya kenaikan harga dalam jangka pendek untuk tenor - tenor tersebut.

 

  • Rekomendasi : Dengan demikian kami menyarankan kepada investor untuk melakukan strategi trading memanfaatkan momentum kenaikan harga Surat Utang Negara di tengah harga Surat Utang Negara yang kami perkirakan masih akan bergerak berfluktuasi hingga menjelang pelantikan Presiden Donald Trump pada tanggal 20 Januari 2017. Beberapa seri yang cukup menarik untuk diperdagangkan diantaranya adalah seri FR0032, FR0038, FR0069, FR0036, ORI013, FR0070, FR0064, FR0071, FR0073, FR0054, FR0058 dan FR0074.

 

  • Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 11072017 (New Issuance), PBS011 (reopening), PBS012(reopening), PBS013 (reopening), dan PBS0124 (reopening) pada tanggal 10 Januari 2017. Pemerintah akan melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Selasa, tanggal 10 Januari 2017. Seri SBSN yang akan dilelang adalah seri SPN-S (Surat Perbendaharaan Negara - Syariah) dan PBS (Project Based Sukuk) untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2017. Target penerbitan adalah senilai Rp6 triliun.

 

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group