Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

09 September 2016

Fixed Income Notes 09 September 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 8 September 2016 kembali bergerak terbatas di tengah minimnya katalis serta pelaku pasar yang masih menantikan rilis data ekonomi menjelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 3 bps dimana perubahan tingkat imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek.
 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami penurunan berkisar antara 1 - 3 bps dengan didoromg oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 2 - 3 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) cenderung mengalami perubahan yang terbatas hingga 1 bps dengan adanya perubahan harga yang berkisar antara 3 - 7 bps. Adapun untuk imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami perubahan berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong oleh perubahan harga yang berkisar antara 4 - 15 bps.
 
  • Terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin turut dipengaruhi oleh minimnya katalis dari dalam dan luar negeri. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh sebagian investor untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking) sementara beberapa diantaranya masih melakukan akumulasi pembelian di tengah keterbatasan pasokan Surat Utang Negara hingga akhir tahun 2016.
 
  • Sehingga secara keseluruhan, terbatasnya perubahan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin turut menyebabkan terbatasnya perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan, dimana untuk seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 15 tahun terlihat mengalami kenaikan sebesar 1 bps masing - masing pada level 6,86% dan 7,21%. Adapun untuk tenor 5 tahun dn tenor 20 tahun terlihat mengalami kenaikan namun kurang dari 1 bps pada level 6,60% dan 7,30%.
 
  • Sedangkan imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika pada perdagangan kemarin kembali ditutup dengan mengalami penurunan meskipun perubahan imbal hasil yang terjadi tidak sebesar yang didapati pada perdagangan di hari Rabu. Imbal hasil dari INDO-26 dan INDO-46 masing - masing mengalami penurunan sebesar 4 bps pada level 3,194% dan 4,268% setelah mengalami kenaikan harga yang sebesar 35 bps dan 70 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-20 meskipun juga mengalami penurunan, penurunan imbal hasil yang terjadi kurang dari 1 bps pada level 2,115%. Penurunan imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh kembali turunnya angka CDS Indonesia dimana untuk CDS 5 tahun pada perdagangan kemarin ditutup di level 134,97 turun dari posisi di hari Rabu yang berada di level 138,32.
 
  • Sementara itu volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin terlihat mengalami peningkatan didorong oleh kenaikan volume perdagangan Surat Utang Negara selain seri acuan. Total volume perdagangan Surat Utang Negara senilai Rp20,46 triliun dari 33 seri Surat Utang Negara yang dilaporkan dimana untuk seri acuan volume perdagangannya hanya senilai Rp4,19 triliun. Obligasi Negara seri FR0062 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp11,06 triliun dari 11 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 87,72% dengan tingkat imbal hasil sebesar 7,45%. Adapun Obligasi Negara seri FR0072 menjadi Surat Utang Negara yang paling aktif diperdagangkan, sebanyak 63 kali transaksi dengan volume perdagangan senilai Rp1,29 triliun.
 
  • Sedangkan dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,43 triliun dari 49 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Waskita Karya Tahap I Tahun 2016 (WSKT02CN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp300 miliar dari 8 kali transaksi. Obligasi dengan peringkat "idA-" dan akan jatuh tempo pada 10 Juni 2016 tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 100,51% dengan tingkat imbal hasil sebesar 9,03%.
 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 22,00 pts (0,17%) pada level 13063,00 per dollar Amerika setelah sempat dibuka melemah di awal perdagangan. Bergerak pada kisaran 13040,00 hingga 13120,00 per dollar Amerika, sepanjang sesi perdagangan nilai tukar rupiah cenderung mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika, meskipun akhirnya ditutup dengan mengalami penguatan. Mata uang regional perdagangan kemarin juga terlihat bergerak bervariasi dimana selain  mata uang rupiah, mata uang Ringgit Malaysia (MYR) juga terlihat menguat terhadap dollar Amerika setelah Bank Sentral Malaysia memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuannya. Sedangkan mata uang regional yang mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika diantaranya adalah Peso Philippina (PHP), Dollar Taiwan (TWD) dan Baht Thailand (THB).
 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak terbatas menjelang libur awal pekan depan serta pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara. Pelaku pasar kami perkirakan akan cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi pada perdagangan hari ini guna mengantisipasi libur pada awal pekan depan serta pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara dimana pemerintah berencana untuk menerbitkan Surat Utang Negara senilai Rp12 triliun dari lima seri Surat Utang Negara yang ditawarkan kepada investor. Pada lelang tersebut pemerintah menawarkan dua seri Obligasi Negara yang akan menjadi seri acuan tahun 2017 yaitu FR0061 (7,00%; 15 Mei 2022) yang akan menggantikan seri FR0053 untuk seri acuan dengan tenor 5 tahun dan seri FR0059 (7,00%; 15 Mei 2027) yang akan menggantikan seri FR0056 untuk seri acuan dengan tenor 10 tahun.
 
  • Sementara itu dari perdagangan surat utang global, imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan setelah Bank Sentral Eropa (ECB) memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 0,00% serta mempertahankan stimulus moneter yang akan berkhir pada Maret 2017 dimana sebelumnya pelaku pasar berspekulasi bahwa ECB akan memperpanjang waktu pelaksanaan stimulus moneter guna mendorong pemulihan ekonomi Uni Eropa. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik pada level 1,601% dari posisi penutupan sebelumnya di level 1,54%. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama juga ditutup naik pada level -0,055% dari posisi penutupan sebelumnya di level -0,118% begitu pula pada surat utang Jepang yang ditutup naik pada level -0,040%. Hal tersebut kami perkirakan juga akan berdampak terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika.
 
  • Rekomendasi : Sedangkan secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih berada pada tren kenaikan, sehingga masih berpeluang untuk mengalami kenaikan dalam jangka pendek. Namun demikian, mejelang pelaksanaan lelang serta antisipasi terhadap libur pada awal pekan depan, kami perkirakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini akan cenderung bergerak terbatas. Dengan demikian kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Bagi investor yang ingin mengikuti lelang, pilihan yang cukup menarik pada lelang pekan depan adalah seri FR0059 dan seri FR0067. Adpaun di pasar sekunder, kami masih menyarankan beli untuk seri FR0071, FR0073, FR0058, FR0068, FR0072 dan FR0067.
 
  • Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN12170914 (New Issuance), FR0061 (Reopening), FR0059 (Reopening), FR0073 (Reopening) dan FR0067 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 13 September 2016. Pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang Rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2016. Target penerbitan senilai Rp12.000.000.000.000,00 (dua belas triliun rupiah) dengan jumlah penerbitan maksimal senilai Rp18.000.000.000.000,00 (delapan belas triliun rupiah).
 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia merevisi prospek dari PT Summarecon Agung Tbk dari stabil menjadi negatif. Revisi atas prospek perseroan sebagai antisipasi terhadap proses pemulihan kinerja keuangan perseroan yang lebih lambat dari perkiraan sebagai dampak dari rendahnya tingkat pendapatan dari pengembangan properti. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh melemahnya kondisi pasar properti sehingga turut mendorong turunnya permintaan atas properti.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group