Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

09 November 2016

Fixed Income Notes 09 November 2016

  •   Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 8 November 2016 kembali bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan didorong oleh hasil positif dari pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 8 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 1,8 bps dengan penurunan imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang.
  •   Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 3 bps didorong oleh perubahan harga yang berkisar antara 3 - 5 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 4 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 5 - 15 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) tingkat imbal hasilnya cenderung mengalami penurunan berkisar antara 1 - 8 bps dengan didorong oleh kenaikan harga hingga 95 bps.
  •   Perubahan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin didorong oleh hasil positif dari pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara. Secara tidak terduga, jumlah penawaran yang masuk pada lelang kemarin mencapai Rp22,51 triliun di tengah rendahnya volume perdagangan Surat Utang Negara dalam beberapa hari perdagangan menjelang lelang. Jumlah penawaran yang masuk pada lelang kemarin juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan penawaran lelang sebelumnya yang sebesar Rp15,32 triliun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa minat investor untuk mengikuti lelang masih cukup tinggi di tengah ketidakpastian pasar keuangan global jelang pelaksanaan pemilihan umum Presiden Amerika Serikat. Dari lelang tersebut pemerintah meraup dana senilai Rp12,90 triliun, di atas target penerbitan yang sebesar Rp10 triliun.
  •   Secara keseluruhan, kenaikan harga Surat Utang Negara pasca pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin telah mendorong penurunan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan sebesar 4 bps untuk tenor 5 tahun di level 6,910% dan sebesar 5 bps untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun di level 7,664%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 20 tahun masing - masing sebesar 6 bps di level 7,230% dan 7,764%.
  •   Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denomonasi dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya kembali mengalami penurunan di tengah optimisme pelaku pasar terhadap hasil dari pemilihan umum Presiden Amerika Serikat akan dimenangkan oleh Hillary Clinton. Penurunan imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika juga didukung oleh membaiknya persepsi resiko yang tercermin pada penurunan angka CDS. Imbal hasil dari INDO-20 mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 2,233%. Sedangkan imbal hasil dari INDO-26 dan INDO-46 mengalami penurunan yang cukup ebsar masing - masing sebesar 6 bps dan 7 bps dilevel 3,503% dan 4,603% setelah mengalami kenaikan harga yang sebesar 50 bps dan 124 bps.
  •   Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, senilai Rp13,44 triliun dari 30 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,94 triliun. Obligasi Negara seri FR0061 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp6,07 triliun dari 22 kali transaksi di harga rata - rata 100,18% diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Negara seri FR0059, senilai Rp2,61 triliun dari 89 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 97,65%.
  •   Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp830,15 miliar dari 39 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Indosat Tahap IV Tahun 2016 Seri B (ISAT01BCN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp150 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,05% dan diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan II FIF Tahap IV Tahun 2016 Seri B (FIFA02BCN4), senilai Rp88,5 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,04%.
  •   Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat terbatas sebesar 2,00 pts (0,02%) dilevel 13084,00 di tengah mata uang regional yang juga terlihat cenderung mengalami penguatan terhadap dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 13058,00 hingga 13099,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika bergerak cukup berfluktuasi sepanjang sesi perdagangan. Adapun penguatan mata uang regional dipimpin oleh Won Korea Selatan (KRW) dan Ringgit Malaysia (MYR) dimana penguatan MYR didukung oleh afirmasi peringkat negara Malaysia oleh lembaga pemeringkat S&P pada peringkat "A-" dengan prospek stabil.
  •   Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan berpeluang mengalami kenaikan meskipun akan bergerak dalam rentang perubahan harga yang terbatas di tengah pelaku pasar yang masih menantikan hasil dari pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden Amerika Serikat. Kenaikan harga Surat Utang Negara masih akan didorongoleh hasil positif dari pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara. Hanya saja kenaikan harga masih akan dibatasi oleh faktor pelaku pasar yang masih menahan diri untuk melakukan transaksi menantikan hasil pemilu Presiden Amerika Serikat. Selain itu investor juga akan mencermati data neraca pembayaran kuartal III 2016 yang akan disampaikan oleh Bank Indonesia pada hari Jum'at tanggal 11 November 2016.
  •   Sementara itu dari perdagangan surat utang global, imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun kembali mengalami kenaikan di tengah tren eknaikan pasar saham di Amerika mendorong investor untuk meninggalkan safe haven asset. Imbal hasil US Treasury ditutup naik pada level 1,862% dari posisi penutupan sebelumnya di level 1,827%. Imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama juga terlihat mengalami kenaikan di level 0,185% dan juga imbal hasil surat utang Inggris di level 1,252% setelah pasar saham Eropa melanjutkan tren kenaikan.
  •   Sedangkan secara teknikal, harga Surat Utang Negara dengan tenor panjang masih berada pada tren penurunan namun dengan mulai timbulnya sinyal perubahan arah serta mulai menjauhi area jenuh jual (oversold). Hal tersebut membuka peluang terjadinya kenaikan harga dalam jangka pendek, terutama pada Surat Utang Negara tenor panjang yang telah mengalami koreksi harga yang cukup besar. Adapun pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek, indikator teknikal masih menunjukkan bahwa pergerakan harganya masih berada pada area konsolidasi, sehingga masih akan bergerak dalam kecenderungan perubahan harga yang terbatas dan mendatara (sideways).
  •   Rekomendasi : Dengan kombinasi dari beberapa faktor dari dalam dan luar negeri tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami masih merekomendasikan beli secara bertahap terhadap Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang menawarkan tingkat imbal hasil yang menarik di tengah tren penurunan tingkat suku bunga domestik dengan pilihan pada seri FR0071, FR0058, FR0068 dan FR0045. 
  •   Pemerintah maraup dana senilai Rp12,9 triliun dari lelang penjualan Surat Utang Negara seri SPN03170209 (New Issuance), SPN12171109 (New Issuance), FR0061 (Reopening), FR0059 (Reopening), dan FR0074 (New Issuance) pada hari Selasa, tanggal 8 November 2016.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group