Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

09 Januari 2018

Fixed Income Notes 09 Januari 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 8 Januari 2018 mengalami penurunan didorong oleh kenaikan cadangan devisa. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 1 - 10 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 4 bps dengan penurunan imbal hasil yang cukup besar didapati pada tenor menengah dan panjang. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 6 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 20 bps. Sedangkan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 2 - 6 bps yang didorong olah adanya kenaikan harga yang berkisar antara 10 - 40 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan hingga sebesar 10 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga yang berkisar antara 2 - 95 bps. 
  • Penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin turut dipengaruhi oleh data cadangan devisa di akhir Desember 2017. Bank Indonesia menyatakan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia akhir Desember 2017 tercatat sebesar US$130,2 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir November 2017 yang sebesar US$125,97 miliar.  Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa, antara lain berasal dari penerbitan global bonds pemerintah serta penerimaan pajak dan devisa ekspor migas bagian pemerintah. Penerimaan devisa tersebut melampaui kebutuhan devisa terutama untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas jatuh tempo. 
  • Pelaku pasar merespon positif terhadap data cadangan devisa tersebut, karena dengan posisi cadangan devisa tersebut akan memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Bank Indonesia akan terus menjaga kecukupan cadangan devisa guna mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Dengan posisi cadangan devisa tersebut, cukup untuk membiayai 8,6 bulan impor atau 8,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. 
  • Secara keseluruhan, penurunan imbal hasil kemarin juga telah mendorong imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun turun sebesar 1,5 bps di level 5,520% dan tenor 10 tahun turun sebesar 3 bps di level 6,030%. Adapun untuk tenor 15 tahun turun sebesar 4 bps di level 6,546% dan untuk tenor 20 tahun turun sebesar 5 bps di level 7,806%. 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya kembali ditutup dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah kenaikan imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO-23, INDO-38, dan INDO-48 ditutup dengan penurunan terbatas kurang dari 1 bps masing - masing di level 3,045%, 4,359% dan 4,247% setelah mengalami kenaikan harga berkisar antara 3 - 7 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-28 ditutup turun sebesar 3 bps di level 3,467% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 20 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp20,22 triliun dari 42 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp4,54 triliun. Obligasi Negara seri FR0075 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,35 triliun dari 455 kali transaksi di harga rata - rata 102,04% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0072 senilai Rp1,64 triliun dari 164 kali transaksi di harga rata - rata 113,86%. 
  • Adapun Volume perdagangan Project Based Sukuk yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp986 miliar dari 4 seri Project Based Sukuk yang diperdagangkan. Project Based Sukuk seri PBS009 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp867 miliar dari 12 kali transaksi di harga rata - rata 100,15% diikuti oleh Project Based Sukuk seri PBS014, senilai Rp90 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 101,71%. 
  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp294,20 miliar dari 31 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap I Tahun 2017 Seri A (BMTR01ACN1) dan Obligasi Berkelanjutan I Maybank Finance Tahap III Tahun 2016 Seri A (BIIF01ACN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, dimana keduanya ditransaksikan dengan volume transaksi senilai Rp165 miliar dari 12 kali transaksi dengan harga rata - rata sebesar 100,69% untuk BMTR01ACN1 dan volume transaksi senilai Rp90 miliar dari 9 kali transaksi dengan harga rata - rata sebesar 101,7% untuk BIIF01ACN3. 
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup di level 13429,00 per dollar Amerika setelah bergerak melemah sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13381,00 hingga 13479,00 per dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut terjadi seiring dengan mata uang regional yang bergerak mengalami pelemahan terhadap terhadap dollar Amerika. Mata uang Peso Philippina (PHP) memimpin pelemahan mata uang regional diikuti oleh Dollar Singapura (SGD) dan Won Korea Selatan (KRW), sedangkan hanya mata uang Baht Thailand (THB) yang mengalami penguatan mata uang regional terhadap dollar Amerika. 
  • Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan berpeluang mengalami kenaikan dengan masih didukung oleh kenaikan cadangan devisa serta stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Kenaikan cadangan devisa di bulan Desember 2017 masih akan menjadi katalis positif bagi perdagangan Surat Utang Negara di pasar sekunder. 
  • Hanya saja, kenaikan harga Surat Utang Negara masih akan dibatasi oleh faktor eksternal dimana imbal hasil dari US Treasury yang kembali mengalami kenaikan. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup naik pada level 2,48% dari posisi penutupan sebelumnya di level 2,476%. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama justru mengalami penurunan, masing - masing di level 0,430% dan 1,238%. 
  • Sedangkan secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak pada area jenuh beli (overbought) dengan masih adanya tren kenaikan harga pada seri acuan, sehingga akan membuka peluang terjadinya kenaikan harga dalam jangka pendek. Hanya saja pelaku pasar juga perlu mewaspadai terjadinya aksi ambil untung oleh investor, dikarenakan beberapa  seri Surat Utang Negara telah mendekati area jenuh beli (overbought). 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan memanfaatkan momentum kenaikan harga untuk melakukan strategi trading dengan pilihan pada seri FR0069, FR0053, ORI013, FR0061, FR0073, dan FR0068. 
  • Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 10072018 (new issuance), PBS002 (reopening), PBS004 (reopening), PBS012 (reopening), PBS016 (reopening), dan PBS017 (new issuance) pada hari Selasa tanggal 9 Januari 2018.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group