Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

08 Januari 2018

Fixed Income Notes 08 Januari 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at, 5 Januari 2018 kembali mengalami penurunan di tengah  menguatnya nilai tukar rupiah serta penurunan imbal hasil surat utang regional. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 9 bps dengan rata - rata mengalami penurunan imbal hasil sebesar 3 bps dimana imbal hasil Surat Utang Negara dengan keseluiruhan tenor kecenderungan mengalami penurunan. 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 2 - 4 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 6 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan yang berkisar antara 2 - 9 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 40 bps. Adapun Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) tingkat imbal hasilnya ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan berkisar antara 1 - 7 bps yang didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 60 bps. 
  • Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang masih bergerak dengan mengalami penurunan pada perdagangan di akhir pekan kemarin kembali didorong oleh faktor pergerakan nilai tukar rupiah yang mengalami penguatan terhadap dollar Amerika serta pergerakan surat utang regional yang cenderung bergerak mengalami penurunan di tengah kenaikan imbal hasil surat utang global. Kondisi tersebut mendorong investor untuk melanjutkan aksi beli terhadap Surat Utang Negara terutama pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang masih menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup tinggi. 
  • Sehingga dengan adanya aksi pembelian oleh investor tersebut, harga Surat Utang Negara mengalami kenaikan dan mendorong terjadinya penurunan imbal hasil, dimana untuk Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun  mengalami penurunan sebesar 9 bps di level 5,538%. Adapun imbal hasil untuk tenor 10 mengalami penurunan sebesar 3 bps di level 6,059%. Sementara itu seri acuan dengan tenor 15 tahun mengalami penurunan sebesar 2,5 bps di level 6,589%. Adapun untuk tenor 20 tahun imbal hasilnya mengalami penurunan sebesar 5 bps di level 7,867%. 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya cenderung mengalami penurunan, dimana untuk tenor panjang mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan tenor pendek pada perdagangan di akhir pekan kemarin. Imbal hasil dari INDO-28 dan INDO-38 ditutup turun sebesar 2 bps masing - masing di level 3,496% dan 4,366% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 20 bps dan 30 bps. Adapaun imbal hasil dari INDO-48 ditutup dengan penurunan sebesar 1 bps pada level 4,252% setelah didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 20 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-23 yang ditutup turun kurang dari 1 bps pada level 3,052%. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan kemarin senilai Rp19,66 triliun dari 40 seri Surta Utang Negara, dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp7,73 triliun. Obligasi Negara seri FR0075 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp4,00 triliun dari 539 kali transaksi di harga rata - rata 106,58% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0064 senilai Rp2,32 triliun dari 91 kali transaksi di harga rata - rata 100,26%.
  • Adapun Volume perdagangan Project Based Sukuk yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan kemarin senilai Rp439 miliar dari 3 seri Project Based Sukuk yang diperdagangkan. Project Based Sukuk seri PBS013 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp385 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 101,20% diikuti oleh Project Based Sukuk seri PBS014, senilai Rp34 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 101,37%. 
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp676,18 miliar dari 32 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III FIF Tahap I Tahun 2017 Seri A (FIFA03ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp130 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,56% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Timah Tahap I Tahun 2017 Seri B (TINS01BCN1) senilai Rp75 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 102,45%. 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika kembali ditutup menguat, namun terbatas sebesar 6,00 pts (0,04%) pada level 13416,00 per dollar Amerika setelah bergerak berfluktuasi dengan mengalami penguatan pada kisaran 13389,00 hingga 13436,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut sejalan dengan kecenderungan penguatan nilai tukar mata uang regional terhadap dollar Amerika di tengah menguatnya mata uang dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Mata uang Ringgit Malaysia (MYR) memimpin penguatan mata uang regional yang dikuti oleh mata uang Dollar Taiwan (TWD) dan Yuan China (CNY). Dengan penguatan di akhir pekan tersebut, maka pergerakan mata uang regional di sepanjang pekan kemarin cenderung mengalami penguatan terhadap dollar Amerika dengan mata uang Ringgit Malaysia mengalami penguatan terbesar (1,23%) dan diikuti oleh mata uang Rupiah Indoensia (1,03%). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan kembali berpeluang untuk mengalami kenaikan namun terbatas didorong oleh katalis dari kenaikan imbal hasil surat utang global serta nilai tukar rupiah yang terlihat menguat terbatas. 
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan di akhir pekan kemarin ditutup dengan mengalami kenaikan, dimana imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 2,476% dari posisi penutupan sebelumnya di level 2,353%. Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama juga ditutup dengan mengalami kenaikan di level 0,441%, begitu pula dengan imbal hasil surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama ditutup turun pada level 1,248% dari posisi penutupan sebelumnya di level 1,240%. Hal tersebut kami perkirakan akan menjadi katalis negatif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini terutama pada Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang rupiah maupun dollar Amerika. 
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak pada area jenuh beli (overbought), sehingga arah pergerakan dalam jangka pendek kami perkirakan akan cenderung terbatas dengan keseluruhan tenor Surat Utang Negara masih terlihat mengalami tren kenaikan. 
  • Rekomendasi : Dengan beberapa kombinasi faktor tersebut kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan melakukan strategi trading memanfaatkan momentum kenaikan harga yang terjadi dalam beberapa hari terakhir dengan pilihan pada Surat Utang Negara seri FR0069, FR0053, FR0061, ORI013, FR0071, FR0073, FR0058, FR0074, FR0068, dan FR0072.
  • Pada sepekan kedepan terdapat tiga surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp1,645 triliun. 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat surat utang Bank BJB yang akan jatuh tempo tetap di “idAA-”.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group