Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

08 Agustus 2017

Fixed Income Notes 08 Agustus 2017

  • Data ekonomi domestik dukung terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 7 Agustus 2017. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 1 - 3 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 1 bps dengan penurunan imbal hasil yang cukup besar didapati pada tenor 1 - 4 tahun. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 3 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 5 bps. Sedangkan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan terbatas kurang dari 1 bps yang didorong olah adanya kenaikan harga yang berkisar antara 1 - 5 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan hingga sebesar 2 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga yang berkisar antara 1 - 20 bps. 
  • Penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin turut dipengaruhi oleh data cadangan devisa di akhir Juli 2017. Bank Indonesia menyatakan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia akhir Juli 2017 tercatat sebesar US$127,76 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2017 yang sebesar US$123,09 miliar. Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi penerimaan devisa, antara lain berasal dari penerbitan global bonds pemerintah, penerimaan pajak, dan devisa ekspor migas bagian pemerintah, serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas. Penerimaan devisa tersebut melampaui kebutuhan devisa terutama untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo. 
  • Pelaku pasar merespon positif terhadap data cadangan devisa tersebut, karena dengan posisi cadangan devisa tersebut akan memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk mendukung ketahanan sektor eksternal dan mejaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depan. Dengan posisi cadangan devisa tersebut, cukup untuk membiayai 9,0 bulan impor atau 8,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. 
  • Adapun Pada kuartal II 2017 ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5.01% dibandingkan kuartal II 2016 (YoY) dan sebesar 4.00% dibandingkan dengan kuartal I 2017 (QoQ). Meskipun pertumbuhan ekonomi kuartal II 2017 sedikit di bawah  estimasi analis yang sebesar 5.08% (YoY) dan 4.07% (QoQ) namun pertumbuhan tersebut masih dapat terjaga di atas 5.00% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017 di tengah belum pulihnya pertumbuhan ekonomi global. 
  • Secara keseluruhan, penurunan imbal hasil kemarin juga telah mendorong imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun turun sebesar 1 bps di level 6,658% sedangkan untuk tenor 10 tahun, 15 tahun dan 20 tahun turun terbatas kurang dari 1 bps masing - masing di level 6,878%, 7,332%, dan 7,585%. 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya kembali ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah penurunan imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO-20 mengalami penurunan kurang dari 1 bps di level 2,116% dengan didorong kenaikan harga terbatas kurang dari 1 bps. Sedangakan INDO-27 ditutup dengan kenaikan terbatas kurang dari 1 bps di level 3,622% setelah mengalami koreksi harga sebesar 2 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-47 ditutup naik sebesar 2 bps di level 4,568% setelah mengalami koreksi harga sebesar 35 bps.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp5,11 triliun dari 32 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp1,68 triliun. Obligasi Negara seri FR0054 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp790 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 118,1% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0061 senilai Rp620 miliar dari 15 kali transaksi di harga rata - rata 101,35%. 
  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp981,35 miliar dari 40 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Sumber Alfaria Trijaya Tahap I Tahun 2017 (AMRT02CN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, dengan volume transaksi sebesar Rp375 miliar dari 6 kali transaksi dengan harga rata - rata sebesar 100,36% diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan I Summarecon Agung Tahap I Tahun 2013 (SMRA01CN1) dengan volume transaksi senilai Rp60 miliar dari 2 kali transaksi dengan harga rata - rata sebesar 101,53%. 
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup dengan tidak banyak mengalami perubahan yaitu di level 13321,00 per dollar Amerika setelah bergerak terbatas pada kisaran 13312,00 hingga 13324,00 per dollar Amerika. Terbatasnya pergerakan nilai tukar rupiah tersebut terjadi di tengah mata uang regional yang bergerak dengan kecenderungan mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika. Mata uang Peso Philippina (PHP) memimpin pelemahan mata uang regional, diikuti oleh mata uang Rupee India (INR) dan Won Korea Selatan (KRW). 
  • Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan berpeluang mengalami kenaikan dengan masih didukung oleh kenaikan cadangan devisa serta pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II yang masih terjaga di atas 5,00%. Kenaikan cadangan devisa di bulan Juli 2017 serta data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2017 masih akan menjadi katalis positif bagi perdagangan Surat Utang Negara di pasar sekunder jelang pelaksanaan lelang Surat Utang Negara pada hari ini. 
  • Adapun dari faktor eksternal, kenaikan harga Surat Utang Negara juga akan di dukung oleh penurunan imbal hasil surat global. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan di level 2,257% seiring dengan penurunan imbal hasil US Treasury untuk tenor 30 tahun di level 2,837%. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun juga terlihat mengalami penurunan, masing - masing di level 0,461% dan 1,147%. 
  • Namun peluang terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar dalam negeri akan dibatasi oleh pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara yang akan diadakan pada hari Selasa, 8 Agustus 2017 dimana pemerintah mentargetken penerbitan senilai Rp15 triliun dari lima seri Surat Utang Negara yang ditawarkan kepada investor. Menjelang lelang, harga Surat Utang Negara akan cenderung mengalami penurunan terutama pada seri - seri yang akan dilelang dikarenakan investor berharap untuk mendapatkan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi dari pelaksanaan lelang. 
  • Sedangkan secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak pada area konsolidasi, sehingga harga Surat Utang Negara masiih akan bergerak terbatas dalam jangka pendek. 
  • Rekomendasi, Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan memanfaatkan momentum kenaikan harga untuk melakukan strategi trading dengan pilihan pada seri FR0069, FR0053, ORI013, FR0070, FR0068, dan FR0056. Adapun bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang dapat mengikuti lelang untuk mendapatkan Surat Utang Negara dengan tenor panjang, dimana pemerintah pada lelang tersebut akan menawarkan seri FR0061 (2022), FR0074 (2032) dan FR0075 (2038).
  • Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN12171109 (Reopening), SPN12180809 (New Issuance), FR0061 (Reopening), FR0074 (Reopening) dan FR0075 (New Issuance) pada hari Selasa, tanggal 8 Agustus 2017.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group