Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

07 Juni 2017

Fixed Income Notes 07 Juni 2017

  • Hasil positif dari lelang penjualan Surat Utang Negara mendorong penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 6 Juni 2017. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 2 bps dengan rata - rata mengalami penurunan imbal hasil sebesar 1 bps dimana penurunan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor pendek. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 2 bps yang didorong oleh perubahan harga yang relatif terbatas yaitu sebesar 2 bps. Adapun imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor menegah (5-7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 2 bps dengan adanya perubahan harga hingga sebesar 5 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) cenderung mengalami penurunan imbal hasil yang berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 30 bps. 
  • Penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan di hari Selasa kemarin didorong oleh hasil positif dari pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara. Sempat bergerak terbatas di awal perdagangan, harga Surat Utang Negara mengalami kenaikan setelah hasil dari pelaksanaan lelang menunjukkan tingginya minat investor yang masuk pada lelang penjualan Surat Utang Negara yang tercermin pada jumlah penawaran yang masuk. Total penawaran yang masuk senilai Rp33,59 triliun dari lima seri Surat Utang Negara yang dilelang. Namun jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan penawaran lelang dua pekan sebelumnya yang senilai Rp43,87 triliun dimana pada saat itu Indonesia baru saja mendapatkan kenaikan peringkat utang Indonesia oleh lembaga S&P yang berdampak positifnya hasil pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara pada tanggal 23 Mei 2017. 
  • Dari hasil lelang tersebut pemerintah meraup dana senilai Rp14,00 triliun dari keseluruhan seri Surat Utang Negara yang dilelang. Jumlah tersebut di atas target penerbitan yang sebesar Rp12,0 triliun namun hasil lelang kemarin sama dengan yang didapat dari lelang sebelumnya yang senilai Rp14,00 triliun seiring dengan cukup kompetitifnya imbal hasil yang diminta oleh investor. Hasil dari lelang tersebut menjadi katalis positif di pasar sekunder, dimana harga Surat Utang Negara setelah pelaksanaan lelang mengalami kenaikan sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasilnya. Namun demikian, penurunan imbal hasil yang terjadi masih terbatas menjelang data cadangan devisa yang akan dirilis oleh Bank Indonesia pada tanggal 8 Juni 2017. 
  • Secara keseluruhan, pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan di hari Selasa kemarin telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan bertenor 5 tahun, 10 tahun dan 20 tahun masing - masing sebesar 1 bps di level 6,661%, 6,915% dan 7,571%. Adapun untuk tenor 15 tahun imbal hasilnya mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 7,368%. 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya juga mengalami penurunan seiring dengan penurunan yang terjadi pada imbal hasil US Treasury. Imbal hasil dari INDO-37 dan INDO-47 mengalami penurunan sebesar 1 bps masing - masing di level 4,638% dan 4,593% didorong oleh adanya kenaikan harga sebesar 5 bps dan 20 bps. Adapun imbal hasil INDO-27 mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 3,623% dengan didorong kenaikan harga sebesar 20 bps. Sedangkan imbal hasil INDO-20 mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 2,326%. 
  • Volume perdagangan yang dilaporkan pada perdagangan di hari Selasa senilai Rp10,88 triliun dari 35 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan pada hari Senin. Peningkatan volume perdagangan didorong oleh pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara. Adapun volume perdagangan Surat Utang Negara seri acuan yang dilaporkan mencapai Rp7,17 triliun. Obligasi Negara seri FR0061 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,65 triliun dari 55 kali transaksi di harga rata - rata 101,35% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0074 senilai Rp2,17 triliun dari 136 kali transaksi di harga rata - rata 101,77%. 
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp578 miliar dari 30 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Indosat Tahap I Tahun 2017 Seri A (ISAT02ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp100 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Hutama Karya Tahap II Tahun 2017 (PTHK01CN2) senilai Rp70 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,14%. 
  • Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah sebesar 18,00 pts pada level 13297,00 per dollar Amerika. Bergerak melemah sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13278,00 hingga 13299,00 per dollar Amerika, pelemahan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan pelemahan mata uang regional yang dipimpin oleh Peso Philippina (PHP) dan Rupee India (INR) di tengah melemahnya mata uang dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia setelah data data yang dirilis oleh Bank Sentral Amerika tidak cukup memuaskan pelaku pasar. 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan cenderung bergerak terbatas dengan adanya peluang untuk mengalami kenaikan didukung oleh hasil positif dari pelaksanaan lelang pada hari Selasa serta penurunan imbal hasil dari surat utang global. Hanya seja kenaikan harga akan semakin terbatas di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. 
  • Berdasarkan data kepemilikan Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan per tanggal 5 Juni 2017, investor asing mencatatkan peningkatan kepemilikan di Surat Berharga Negara senilai Rp74 miliar dibandingkan dengan posisi di akhir bulan Mei 2017. Sementara itu dari perdagangan surat utang global, imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 2,14% dan imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 30 tahun ditutup turun pada level 2,81%. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Bund) ditutup turun pada level 0,25% dan 0,98%. Dengan pergerakan imbal hasil surat utang global yang cenderung mengalami penurunan, kami perkirakan akan turut mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika. 
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak pada tren kenaikan harga khususnya pada tenor panjang. Kenaikan harga secara teknikal akan didorong oleh faktor pergerakan harga yang keseluruhan seri - seri Surat Utang Negara benchmark sudah mulai menjauhi area jenuh beli (overbought) sehingga membuka peluang untuk kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini. 
  • Rekomendasi, Dengan kondisi tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Di tengah mulai terbatasnya pegerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder, maka kami menyarankan kepada investor untuk melakukan strategi trading dengan pilihan pada beberapa seri yang kami lihat memiliki tingkat imbal hasil yang relatif lebih menarik dibandingkan dengan seri lain yang memiliki tenor mendekati sama serta didukung oleh likuiditas yang cukup, diantaranya adalah seri FR0066, FR0048, FR0069, ORI013, FR0045, FR0050, FR0057 dan FR0062.
  • Pemerintah meraup dana senilai Rp14,00 triliun dari lelang penjualan Surat Utang Negara seri SPN03170907 (New Issuance), SPN12180607 (New Issuance), FR0059 (Reopening), FR0061 (Reopening) dan FR0074 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 6 Juni 2017.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group