Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

07 Februari 2017

Fixed Income Notes 07 Februari 2017

  • Data ekonomi tahun 2016 yang tumbuh lebih baik dibandingkan dengan tahun 2015 mendorong penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 6 Februari 2017.
  • Perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 1 - 4 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 1,5 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami perubahan yang relatif terbatas berkisar antara 1 - 2 bps didorong oleh adanya adanya perubahan harga hingga sebesar 5 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 4 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 5 - 20 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan yang berkisar antara 1 - 4 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 35 bps.
  • Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa ekonomi Indonesia tahun 2016 tumbuh 5,02 persen lebih tinggi dibanding capaian tahun 2015 sebesar 4,88 persen. Pertumbuhan tersebut sesuai dengan perkiraan analis yang juga memperkirakan adanya pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02%. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 8,90%. Adapun dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah tangga sebesar 6,62%. Hanya saja, bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q), ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2016 mengalami kontraksi sebesar 1,77%. Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang mengalami kontraksi 21,24%. Adapun dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan Ekspor neto.
  • Selain data ekonomi domestik yang masih tumbuh sesuai dengan perkiraan dan lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pergerakan harga Surat Utang Negara yang mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin juga didorong oleh faktor pergerakan harga surat utang global yang juga mengalami kenaikan sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasilnya. Dari regional, sebagian besar Surat Utang Negara mengalami kenaikan, kecuali surat utang China dan Jepang.
  • Secara keseluruhan, kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor 5 tahun dan 15 tahun masing - masing sebesar 4 bps di level 7,190% dan 7,906%. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor 10 tahun dan 20 tahun masing - masing ditutup dengan penurunan imbal hasil sebesar 3 bps di level 7,535% dan 8,103%.
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya juga mengalami penurunan yang cukup besar dimana penurunan tersebut terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara. Imbal hasil dari INDO-20 ditutup turun sebesar 5 bps di level 2,506% didorong oleh adanya kenaikan harga sebesar 15 bps. Sementara itu imbal hasil dar INDO-27 ditutup dengan penurunan sebesar 11 bps di level 3,968% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 90 bps dan imbal hasil dari INDO-47 ditutup turun sebesar 9 bps di level 4,905% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 135 bps.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami kenaikan dibandingkan dengan perdagangan di akhir pekan, senilai Rp12,13 triliun dari 29 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp3,207 triliun. Obligasi Negara seri FR0069 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,65 triliun dari 20 kali transaksi di harga rata - rata 101,67% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR59 senilai Rp2,20 triliun dari 96 kali transaksi di harga rata - rata 96,17%.
  • Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp597 miliar dari 27 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I PNM Tahap II Tahun 2016 Seri A (PNMP01ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp120 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,29% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Protelindo Tahap I Tahun 2016 Seri A (PRTL01ACN1) senilai Rp88 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,22%.
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika kembali ditutup menguat sebesar 23,00 pts (0,17%) di level 13320,00 per dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13308,00 hingga 13344,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika terjadi di tengah pergerakan mata uang regional yang juga cenderung mengalami penguatan terhadap dollar Amerika. Penguatan mata uang regional dipimpin oleh Won Korea Selatan (KRW) dan diikuti oleh Dollar Taiwan (TWD). Adapun mata uang Dollar Singapura (SGD) menjadi mata uang regional yang mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika.
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan berpeluang untuk mengalami kenaikan didorong oleh pergerakan harga surat utang global yang mengalami kenaikan serta pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang kembali berpeluang untuk mengalami penguatan. Kenaikan harga surat utang global pada perdagangan kemarin akan menjadi katalis positif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini.
  • Kenaikan harga tersebut mendorong imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun turun di level 2,41% di tengah investor yang masih menantikan kebijakan yang akan diambil oleh pemerintahan Donald Trump. Sementara itu, kenaikan harga juga telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) di level 0,371% dan surat utang Inggris (Gilt) di level 1,31% setelah investor memburu aset yang lebih aman (safe haven asset) di tengah ketidakpastian politik di negara Perancis jelang agenda pemilihan umum.
  • Adapun dari dalam negeri, pemerintah pada hari ini kembali mengadakan lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan target penerbitan senilai Rp6 triliun dari lima ser SBSN yang ditawarkan kepada investor. Jumlah penawaran yang masuk pada lelang hari ini kami perkirakan masih akan cukup besara sebagiaman pada dua kali lelang sebelumnya.
  • Sementara itu secara teknikal, harga Surat Utang Negara di pasar sekunder telah menunjukkan adanya sinyal perubahan arah tren pergerakan harga dari tern turun menjadi naik sehingga kami perkirakan akan membuka peluang terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara dalam jangka pendek.
  • Rekomendasi : Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut, maka kami sarankan kepada inestor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading memanfaatkan momentum kenaikan harga bagi investor dengan horizon investasi jangka pendek. Adapun bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang serta membutuhkan penempatan dana di instrumen Syariah, dapat mengikuti lelang hari ini dimana untuk seri PBS011 dan PBS012 menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup menarik.
  • Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 08082017 (New Issuance), PBS011 (reopening), PBS012 (reopening), PBS013 (reopening), dan PBS014 (reopening) pada hari Selasa tanggal 7 Februari 2017.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group