Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

06 Januari 2017

Fixed Income Notes 06 Januari 2017

Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 5 Januari 2017 kembali bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah berlanjutnya penguatan nilai tukar rupiah seiring dengan melemahnya mata uang dollar Amerika terhadap mata uang global. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 12 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 5 bps dimana penurunan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor 3 - 12 tahun.

 

*     Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 2 - 8 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 25 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 4 - 6 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 20 - 30 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang terlihat bergerak bervariasi dengan kecederungan mengalai penurunan berkisar antara 1 - 12 bps setelah didorong oleh adanya  perubahan harga hingga sebesar 80 bps.

 

*     Pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada sebagian seri Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin didoromg oleh faktor penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika seiring dengan melemahnya mata unag dollar Amerika terhadap sebagian besar mata uang global. Melemahnya mata uang dollar tersebut tidak lepas dari notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes) yang menyatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika (Fed Fund Rate/FFR) akan dilakukan secara bertahap sehingga memberi peluang bagi investor untuk sementara waktu menempatkan dananya pada instrumen investasi yang menawarkan imbal hasil yang tinggi termasuk pada instrumen Surat Utang Negara.

 

*     Selain itu Bank Sentral Amerika juga masih akan mengevaluasi terhadap rencana belanja pemerintah Amerika Serikat, kebijkan pajak serta fiskal yang akan diambil oleh pemerintah di abwah pimpinan Presiden Donald Trump. Hal tersebut setidaknya meredakan kekhawatiran investor terhadap kebijakan Bank Sentral Amerika yang akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali di tahun 2017 sebagimana yang disampaikan pada pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Meeting) di bulan Desember 2016.

 

*     Secara keseluruhan, perubahan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 20 tahun masing - masing sebesar 4 bps di level 7,35% dan 8,02% serta penurunan imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun sebesar 12 bps di level 7,57%. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun terlihat mengalami kenaikan sebesar 4 bps di level 7,708%.

 

*     Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasil juga cenderung mengalami penurunan dimana penurunan imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah dan panjang. Imbal hasil dari INDO-20 ditutup dengan penurunan sebesar 3 bps di level 2,672% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 10 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-27 mengalami penurunan sebesar 14 bps di level 3,996% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 115 bps dan imbal hasil dari INDO-47 yang juga ditutup turun sebesar 11 bps di level 4,982% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 170 bps.

 

*     Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarinterlihat mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp8,86 triliun dari 49 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan sebesar Rp2,17 triliun. Obligasi Negara seri FR0059 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,75 triliun dari 101 kali transaksi dengan harga rata - rata sebesar 96,27% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0073 senilai Rp679,62 miliar dari 16 kali transaksi di harga rata - rata 106,16%. Investor pada perdagangan kemarin lebih banyak melakukan ransaksi pada Surat Utang Negara dengan tenor 10 - 15 tahun serta pada tenor di bawah 1 tahun.

 

*     Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp915,1 miliar dari 44 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Garuda Indonesia Tahap I Tahun 2013 (GIAA01CN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp98 miliar dari 11 kali transaksi di harga rata - rata 100,84% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Permata Tahap II Tahun 2012 (BNLI01SBCN2) senilai Rp80 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 101,77%.

 

*     Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat sebesar 73,00 pts (0,54%) pada level 13367,00 per dollar Amerika. Bergerak menguat sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13296,00 hingga 13385,00 per dollar Amerika, penguatan nilai tukar rupiah terjadi di ditengah penguatan mata uang regional terhadap dollar Amerika. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional yang diikuti  mata uang Dollar Taiwan (TWD) serta Yuan China (CNY).

 

*     Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara kembali berpeluang untuk mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan harga surat utang global di tengah ketidakpastian beberapa kebijakan yng akan diambil oleh pemerintahan Presiden Donald Trump. Harga surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup naik sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil dimana imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 2,348% dan tenor 30 tahun ditutup turun di level 2,942%. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun juga ditutup turun masing - masing di level 0,246% dan 1,308%.

 

*     Kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini juga akan dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah yang kami perkirakan juga akan kembali mengalami penguatan di tengah melemahnya dollar Amerika terhadap mata uang global. Hanya saja kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini akan dipengaruhi oleh pelaku pasar yang akan menantikan data sektor tenaga kerja Amerika yang akan disampaikan pada hari ini waktu setempat. Sektor tenaga kerja menjadi salah satu pertimbangan bagi Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan di tahun 2017.

 

*     Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara telah menunjukkan sinyal adanya perubahan tren dari area konsolidasi menjadi tren kenaikan harga, sehingga hal tersebut akan turut mendukung adanya kenaikan harga Surat Utang Negara dalam jangka pendek.

 

 

 

*     Rekomendasi : Dengan demikian, kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading memanfaatkan momentum kenaikan harga dengan pilihan pada seri FR0066, FR0038, FR0069, FR0036 ORI013 dan FR0070. Adapun bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang dapat melakukan pembelian Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup tinggi dibandingkan dengan deposito perbankan dengan pilihan diantaranya adalah seri FR0064, FR0071, FR0073, FR0058, FR0065, FR0068 dan FR0067.

 

 

 

*     PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat "idBBB" terhadap Obligasi yang diterbitkan oleh PT Bima Multi Finance.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group