Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

05 September 2018

Fixed Income Notes 05 September 2018

  • Pelemahan nilai tukar rupiah masih menjadi faktor pendorong kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 4 September 2018.
  • Kenaikan imbal hasil pada perdagangan kemarin berkisar antara 3 hingga 45 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 14 bps dimana kenaikan imbal hasil terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan berkisar antara 5 - 40 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga yang berkisar antara 10 - 95 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan berkisar antara 5 - 45 bps yang didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 200 bps. Adapun Surat Utang Negara dengan tenor panjang terlihat mengalami kenaikan hingga sebesar 40 bps dengan adanya koreksi harga hingga sebesar 350 bps. Berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika menjadi faktor utama yang mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara di pasar sekunder di tengah terkendalinya laju inflasi di bulan Agustus 2018. Nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin mengalami pelemahan terbesar dibandingkan dengan mata uang regional yang juga bergerak melemah terhadap Dollar Amerika, yaitu mengalami pelemahan sebesar 120 pts (0,81%) pada level 14935,00 per Dollar Amerika. Kekhawatiran investor terhadap potensi berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah, mendorong investor untuk melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder. Adapun dari pelaksanaan lelang Sukuk Negara, pemerintah meraup dana senilai Rp4,80 triliun dari jumlah penawaran yang masuk senilai Rp10,48 triliun.
  • Dengan koreksi harga yang terjadi pada perdagangan kemarin, imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 9 bps masing - masing di level 8,34% dan 8,90%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 15 tahun mengalami kenaikan sebesar 8 bps masing - masing di level 8,14% dan 8,51%.
  •  
  • Adapun dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pada perdagangan juga terlihat mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan imbal hasil surat utang global. Kenaikan imbal hasil yang terjadi cukup besar, dimana untuk imbal hasil INDO22 mengalami kenaikan sebesar 7 bps di level 3,90% setelah mengalami koreksi sebesar 23 bps. Sementara itu imbal hasi dari INDO24 terlihat mengalami kenaikan sebesar 13 bps di level 4,29% setelah mengalami koreksi harga sebesar 68 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp17,38 triliun dari 40 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan, dengan volume  perdagangan seri acuan senilai Rp6,17 triliun. Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,67 triliun dari 47 kali transaksi di harga rata - rata 90,30% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Pemerintah seri VR0031 senilai Rp1,98 triliun dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 100,00%.  Sementara itu, Project Based Sukuk seri PBS016, menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp372,87 miliar dari 21 kali transaksi di harga rata - rata 97,66% dan diikuti oleh perdagangan PBS013 senilai Rp136 miliar dari 9 kali transaksi di harga rata - rata 99,31%. 
  • Dari perdagangan obligasi korporasi, sebanyak 37 seri obligasi korporasi diperdagangkan dengan volume perdagangan mencapai Rp620,71 miliar. Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap I Tahun 2018 Seri A (BEXI04ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp130 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 98,18% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Sinar Mas Multifinance Tahap I Tahun 2018 Seri B (SMMF01BCN1) senilai Rp100 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,01%.
  • Nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin ditutup pada level 14935,00 per Dollar Amerika, mengalami pelemahan sebesar 120 pts (0,81%) dibandingkan dengan posisi penutupan sebelumnya. Bergerak dengan mengalami pelemahan sejak awal sesi perdagangan, pergerakan nilai tukar rupiah terus melanjutkan pelemahan hingga berakhirnya sesi perdagangan dengan diperdagangkan pada kisaran 14780,00 hingga 14938,00 per Dollar Amerika. Pelemahan yang terjadi kemarin telah mendorong nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar 10,18% di tahun 2018. Mata uang regional pada perdagangan kemarin juga terlihat mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika. Dipimpin oleh pelemahan nilai tukar Rupiah, mata uang Won Korea Selatan (KRW) mengalami pelemahan sebesar 0,42% dan diikuti oleh mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,37%. Pelemahan mata uang regional tersebut tidak lepas dari dampak perang dagang antara Amerika Serikat dengan China dan Kanada. Selain itu, pelemahan mata uang dari negara - negara berkembang yang dipimpin oleh pelemahan mata uang Peso Argentina (ARS) dan Lira Turki (LRY) juga turut berdampak terhadap mata uang regional, terlebih dengan kebijakan moneter ketat yang diberlakukan oleh Bank Sentral Amerika mendorong investor global untuk melakukan penjualan aset dari negara dengan kondisi ekonomi yang kurang baik.
  • Dari perdagangan surat utang global, pergerakan imbal hasilnya juga terlihat mengalami kenaikan setelah kembali dibukanya pasar keuangan Amerika Serikat. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik di level 2,90% sementara itu untuk tenor 30 tahun ditutup pada level 3,066%. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) juga ditutup dengan kenaikan di level 0,355% begitu pula imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) yang ditutup naik di level 1,431%. Imbal hasil surat utang Jepang pada perdagangan kemarin melanjutkan tren kenaikannya, ditutup pada level 0,116%. 
  • Adapun secara teknikal, sinyal tren penurunan harga semakin kuat setelah terjadinya koreksi harga pada perdagangan kemarin. Indikator teknikal menunjukkan bahwa keseluruhan tenor Surat Utang Negara berada pada tren penurunan harga, sehingga dalam jangka pendek pergerakan harga Surat Utang Negara masih berpeluang mengalami penurunan. Kondisi tersebut juga didukung oleh masih berpeluang terjadinya pelemahan lanjutan terhadap nilai tukar rupiah. Koreksi harga yang terjadi dalam beberapa hari terakhir juga telah mendorong harga Surat Utang Negara masuk pada area jenuh jual (oversold). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan berpotensi untuk mengalami pelemahan dengan masih dipengaruhi oleh faktor pergerakan nilai tukar rupiah. Mata uang negara berkembang masih akan berpotensi mengalami pelemahan seiring dengan menguatnya mata uang Dollar Amerika di tengah meningkatnya permintaan terhadap Dollar Amerika sebagai akibat dari kekhawatiran investor terhadap meluasnya konflik perang dagang antara pemerintah Amerika Serikat dengan China. 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi masih berpeluangnya koreksi harga tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk memanfaatkan koreksi harga di pasar sekunder guna melakukan pembelian Surat Berharga Negara dengan tenor pendek dan menengah dimana kami melihatnya telah menawarkan tingkat imbal hasil yang menarik. Didukung oleh faktor teknikal, dimana harga Surat Utang Negara telah berada di area jenuh jual (oversold) serta data inflasi domestik yang terkendali, maka kami melihat bahwa Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah masih memberikan tingkat imbal hasil yang menarik bagi investor dengan profil resiko yang masih terukur. Beberapa pilihan diantaranya adalah ORI009, SR008, FR0069, FR0036, FR0043, FR0063, FR0070, FR0056 dan FR0059. 
  • Pemerintah meraup dana senilai Rp4,805 triliun dari lelang penjualan Sukuk Negara seri SPN-S 05032019 (new issuance), SPN-S 05062019 (new issuance), PBS016 (reopening), PBS002 (reopening), PBS012 (reopening) dan PBS015 (reopening) pada hari Selasa tanggal 4 September 2018. 
  • Kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara pada awal bulan September 2018 mengalami penurunan.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group