Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

05 September 2017

Fixed Income Notes 05 September 2017

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 4 September 2017 mengalami penurunan didorong oleh pelaku pasar yang melakukan aksi beli merespon data inflasi Agustus 2017. 
  • Penurunan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 14 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 5 bps didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 15 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 2 - 6 bps dengan didorong olah adanya kenaikan harga sebesar 30 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) juga ditutup dengan penurunan yang berkisar antara 1 - 14 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 180 bps. 
  • Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa pada bulan Agustus 2017 terjadi deflasi sebesar 0,07%. Deflasi di bulan Agustus 2017 terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,67 persen dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,60 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks adalah: kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,26 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,10 persen; kelompok sandang sebesar 0,32 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,20 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,89 persen. Dengan demikian, inflasi tahun kalender (YTD) di tahun 2017 sebesar 2,53% dan tingkat inflasi tahun ke tahun (YoY) sebesar 3,82%. Pelaku pasar merespon data inflasi tersebut dengan melakukan aksi beli yang tercermin dari cukup besarnya volume perdagangan pada perdagangan kemarin, adapun data inflasi lebih rendah dengan yang diperkirakan oleh pelaku pasar dimana untuk inflasi bulanan diperkirakan sebesar 0,06% dan inflasi tahunan sebesar 3,82%. 
  • Sehingga secara keseluruhan, beberapa indikator pada perdagangan kemarin mendorong kenaikan harga Surat Utang Negara yang juga berdampak terhadap penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin. Imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan pada perdagangan kemarin ditutup mengalami penurunan imbal hasil yang kurang dari 1 bps di level 6,659% untuk tenor 10 tahun, serta turun sebesar 2 bps di level 6,217% untuk tenor 5 tahun, turun sebesar 3,5 bps di level 7,085% untuk tenor 15 tahun dan ditutup turun sebesar 5,5 bps di level 7,214% untuk tenor 20 tahun. 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya untuk keseluruhan tenor ditutup tidak mengalami perubahan dibandingkan pada perdagangan di akhir pekan lalu didukung oleh US Treasury yang juga tidak mengalami perubahan dibandingkan perdagangan di akhir pekan lalu. Imbal hasil dari INDO-27, INDO-37 dan INDO-47 ditutup tidak mengalami perubahan masing - masing di level 3,504%, 4,444% dan 4,431%. Sedangkan INDO-20 terlihat mengalami penurunan imbal hasil yang terbatas kurang dari 1 bps di level 2,080%.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin masih cukup besar, senilai Rp8,83 triliun dari 37 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp4,58 triliun. Obligasi Negara seri FR0074 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,88 triliun dari 117 kali transaksi di harga rata - rata 103,48% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0059 senilai Rp1,65 triliun dari 66 kali transaksi di harga rata - rata 102,13%.
  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp3,50 triliun dari 40 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Bank OCBC NISP Tahap II Tahun 2017 Seri A (NISP02ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,25 triliun dari 37 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Bank CIMB Niaga Tahap II Tahun 2017 Seri A (BNGA02ACN2) senilai Rp740 miliar dari 37 kali transaksi di harga rata - rata 99,99%. 
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah sebesar 21,00 pts (0,15%) pada level 13339,00 per dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13333,00 hingga 13346,00 per dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut di tengah penguatan mata uang regional terhadap mata uang dollar Amerika. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional yang diikuti oleh Rupee India (INR) dan Baht Thailand (THB). Adapun Yen Jepang (JPY) memimpin penguatan mata uang regional diikuti oleh Yuan China (CNY), dan Dollar Taiwan (TWD). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan mengalami kenaikan didorong oleh data inflasi Agustus 2017 yang masih terjaga yang akan mendorong berlanjutanya aksi beli oleh pelaku pasar. Adapun pelaksanaan lelang pada hari ini kami perkirakan akan berpengaruh positif terhadap perdagangan Surat Utang Negara. 
  • Adapun dari imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup tidak mengalami perubahan pada level 2,166% dari posisi penutupan sebelumnya sejalan dengan US Treasury dengan tenor 30 tahun yang juga tidak mengalami perubahan dibandingkan posisi penutupan sebelumnya di level 2,775%. Sedangkan imbal hasil pada surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) yang masing - masing ditutup turun pada level 0,385% dan 1,056% dari posisi penutupan sebelumnya di level 0,385% dan 1,056%. Imbal hasil surat utang regional juga cenderung mengalami penurunan dimana penurunan imbal hasil terjadi pada sebagian besar surat utang regional kecuali surat utang Korea Selatan, Jepang, dan India yang justru mengalami kenaikan meskipun terbatas. Hal tersebut kami perkirakan akan berdampak terhadap perdagangan Surat Utang Negara baik yang berdenominasi mata uang rupiah maupun dollar Amerika. 
  • Adapun dari dalam negeri, pelaku pasar akan menantikan data cadangan devisa di akhir Agustus 2017 yang akan disampaikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 8 September 2017. Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak pada tren kenaikan harga sehingga masih membuka peluang terjadi kenaikan harga dalam jangka pendek. 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang, peluang adanya kenaikan harga dapat dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi secara bertahap maupun trading terhadap Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang masih menawarkan tingkat imbal hasil yang menarik seperti seri FR0069, FR0053, FR0070, FR0056, FR0071, FR0065, dan FR0068. 
  • Penawaran Umum Obligasi Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap II Tahun 2017 dan Sukuk Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap II Tahun 2017 dengan kupon 11% p.a (ekuivalen). 
  • Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN12171207 (Reopening), SPN12180906 (New Issuance), FR0059 (Reopening), FR0061 (Reopening) dan FR0074 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 5 September 2017. 

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group