Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

05 Juni 2017

Fixed Income Notes 05 Juni 2017

  •   Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum’at, 2 Juni 2017 bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan merespon data inflasi Mei 2017. 
  •   Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 3 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor 17 - 27 tahun. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 3 bps didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 5 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong olah adanya perubahan harga sebesar 10 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) juga ditutup dengan perubahan yang bervariasi berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 20 bps. 
  •   Adapun kenaikan harga dipengaruhi faktor nilai tukar rupiah yang mengalami penguatan di tengah menguatnya mata uang dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia sebagai respon atas membaiknya angka pengangguran di Amerika namun dibatasi oleh berkurangnya penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian pada bulan Mei dibandingkan periode bulan April sebesar 211 ribu tenaga kerja menjadi 138 ribu tenaga kerja, namun angka ini masih tergolong sehat serta terjadi defisit neraca perdagangan sebesar US$4,3. 
  •   Sementara itu dari data ekonomi domestik, Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa pada bulan Mei 2017 terjadi inflasi sebesar 0,39%. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,86%; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,38%; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,35%; kelompok sandang sebesar 0,23%; kelompok kesehatan sebesar 0,37%; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,03%; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,23%. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,31%. Dengan demikian, inflasi tahun kalender (YTD) di tahun 2017 sebesar 1,33% dan tingkat inflasi tahun ke tahun (YoY) sebesar 3,20%. Pelaku pasar tidak banyak terpengaruh oleh data inflasi tersebut dikarenakan data inflasi masih sejalan dengan yang diperkirakan oleh pelaku pasar dimana untuk inflasi bulanan diperkirakan sebesar 0,38% dan inflasi tahunan sebesar 3,30%. 
  •   Sehingga secara keseluruhan, kombinasi dari faktor dalam dan luar negeri tersebut menyebabkan terbatasnya perubahan harga yang juga berdampak terhadap terbatasnya perubahan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan akhir pekan kemarin. Imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan pada perdagangan kemarin ditutup bervariasi dengan perubahan imbal hasil yang kurang dari 1 bps masing - masing di level 6,669% untuk tenor 5 tahun, di level 6,929% untuk tenor 10 tahun, di level 7,366% untuk tenor 15 tahun dan di level 7,587% untuk tenor 20 tahun. 
  •   Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya ditutup dengan mengalami penurunan pada keseluruhan seri di tengah penurunan tingkat imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO-20, INDO27 dan INDO-47 mengalami penurunan berkisar antara 2 - 3 bps masing - masing di level 2,349%, 3,671% dan 4,623% setelah mengalami kenaikan harga hingga yang berkisar antara 2 - 50 bps.
  •   Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin masih cukup besar, senilai Rp7,26 triliun dari 34 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp2,83 triliun. Surat Pembendaharaan Negara seri SPN03170811 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,20 triliun dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 99,131% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0061 senilai Rp1,15 triliun dari 24 kali transaksi di harga rata - rata 101,66%. 
  •   Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,92 triliun dari 37 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank III Tahap III Tahun 2016 Seri B (BEXI03BCN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp375 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,06% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank III Tahao IV Tahun 2017 Seri A (BEXI03ACN4) senilai Rp300 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,06%. 
  •   Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat sebesar 8,00 pts pada level 13315,00 per dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13296,00 hingga 13323,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut di tengah bervariasinya pergerakan mata uang regional terhadap mata uang dollar Amerika. Mata uang Peso Philippina (PHP) memimpin penguatan mata uang regional yang diikuti oleh Rupiah Indonesia (IDR) dan Ringgit Malaysia (MYR). sedangkan mata uang Yuan China (CNY) memimpin pelemahan mata uang regional yang diikuti oleh Yen Jepang (JPY) dan Baht Thailand (THB). 
  •   Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak bervariasi dengan peluang terjadinya kenaikan harga seiring dengan masih terkendalinya nilai Inflasi pada bulan Mei 2017. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup turun pada level 2,15% dari posisi penutupan sebelumnya di level 2,21%. Penurunan imbal hasil juga terjadi pada surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) yang masing - masing ditutup turun pada level 0,27% dan 1,04% dari posisi penutupan sebelumnya di level 0,30% dan 1,08%. Imbal hasil surat utang regional juga mengalami penurunan dimana penurunan imbal hasil terjadi pada sebagian besar surat utang regional kecuali surat utang Jepang dan Singapura yang justru mengalami kenaikan meskipun terbatas. Hal tersebut kami perkirakan akan berdampak terhadap perdagangan Surat Utang Negara baik yang berdenominasi mata uang rupiah maupun dollar Amerika. 
  •   Adapun dari dalam negeri, pelaku pasar akan menantikan data cadangan devisa di akhir Mei 2017 yang akan disampaikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 8 Juni 2017. Sedangkan secara teknikal, harga Surat Utang Negara tenor panjanga masih bergerak pada tren kenaikan harga. Terlihat seri - seri Surat Utang Negara mulai menjauhi area jenuh beli (overbought) sehingga dalam jangka pendek membuka peluang untuk kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini. 
  •   Rekomendasi, Dengan kondisi tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Bagi investor dengan horizon investasi jangka pendek, peluang adanya koreksi harga dapat dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi secara bertahap terhadap Surat Utang Negara yang masih menawarkan tingkat imbal hasil yang menarik seperti seri FR0066, FR0048, FR0069, FR0036, FR0045, FR0050, FR0031 dan FR0057. Adapun dibandingkan dengan FR0036, Obligasi Ritel seri ORI013 lebih menarik dengan tenor yang sama. 
  •   Pada sepekan kedepan terdapat enam surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp2,95 triliun.
  •   Pencatatan Obligasi Berkelanjutan II Indosat Tahap I Tahun 2017 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan II Indosat Tahap I Tahun 2017 pada tanggal 2 Juni 2017.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group