Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

05 Januari 2017

Fixed Income Notes 05 Januari 2017

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 4 Januari 2017 mengalami penurunan didukung oleh faktor penguatan nilai tukar rupiah serta membaiknya persepsi resiko. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 13 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 6 bps dimana penurunan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor 1 - 10 tahun.
  • Imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 8 - 13 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 30 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) terlihat mengalami penurunan berkisar antara 9 - 12 bps dengan adanya kenaikan harga yang berkisar antara 40 - 65 bps dan imbal hasil dari Surat Utang Negara bertenor panjang (di atas 7 tahun) yang mengalami penurunan berkisar antara 1 - 11 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 85 bps.
  • Harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin cenderung bergerak terbatas pada awal perdagangan di tengah kekhawatiran pelau pasar bahwa nilai tukar rupiah akan kembali mengalami tekanan seiring dengan penguatan dollar Amerika terhadap mata uang global serta imbal hasil surat utang global yang ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan pada perdagangan di hari Selasa.
  • Namun demikian, pergerakan harga Surat Utang Negara bergerak degan mengalami kenaikan hampir pada keseluruhan seri seiring dengan aksi beli yang dilakukan oleh investor di tengah pergerakan nilai tukar rupiah yang mengalami penguatan terhadap dollar Amerika. Investor cukup aktif melakukan pembelian Surat Utang Negara di pasar sekunder yang tercermin pada peningkatan volume perdagangan.
  • Namun demikian kami melihat bahwa investor masih cenderung untuk menempatkan dananya pada instrumen Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah dimana seri - seri tersebut mendominasi perdagangan Surat Utang Negara. Hal tersebut dikarenakan investor yang masih akan mencermati perkembangan pasar keuangan dalam jangka waktu pendek jelang pelantikan presiden Amerika Serikat.
  • Secara keseluruhan, pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengn tenor 5 tahun sebesar 11 bps di level 7,39% dan seri acuan dengan tenor 10 tahun sebesar 7 bps di level 7,69%. Adapun imbal hasil dari Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun mengalami penurunan sebesar 10 bps di level 7,86% dan untuk tenor 20 tahun imbal hasilnya turun sebesar 6 bps di level 8,06%.
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika pada perdagangan kemarin juga terlihat mengalami penurunan seiring dengan membaiknya persepsi resiko yang tercermin pada penurunan angka CDS. Indikator persepsi resiko terus bergerak dengan tren penurunan setelah sempat mengalami kenaikan sejak berakhirnya pelaksanaan pemilihan umum presiden Amerika Serikat. Imbal hasil dari INDO-20 dan INDO-27 pada perdagangan kemarin ditutup turun masing - masing sebesar 4 bps di level 2,707% dan 4,136% setelah mengalami kenaikan harga hingga 35 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO-47 ditutup turun sebesar 5 bps di level 5,097% setelah mengalami kenaikan sebesar 80 bps.
  • Ekspektasi penguatan dollar Amerika terhadap mata uang rupiah mendorong investor asing lebih memilih untuk menempatkan dananya pada instrumen dengan denominasi mata uang dollar Amerika dibandingkan dengan mata uang rupiah.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp19,43 triliun dari 39 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana volume perdagangan Surat Utang Negara seri acuan yang dilaporkan hanya senilai Rp1,39 triliun. Obligasi Negara seri FR0070 (15 Maret 2024) mendominasi volume perdagangan Surat Utang Negara dengan volume perdagangan yang dilaporkan mencapai Rp10,99 triliun dari 21 kali transaksi di harga rata - rata 103,20% dan diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Negara seri FR0056 (15 September 2026) senilai Rp1,14 triliun dari 37 kali transaksi di harga rata - rata 103,95%.
  • Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp487,8 miliar dari 35 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Medco Energi International III Tahun 2012 (MEDC03) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp99,6 miliar sekaligus yang paling aktif diperdagangkan, sebanyak 18 kali transaksi di harga rata - rata 99,77% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Permata Tahap II Tahun 2012 (BNLI01SBCN2) senilai Rp36 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,05%.
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat sebesar 36,00 pts (0,27%) pada level 13440,00 per dollar Amerika di tengah pergerakan mata uang regional yang bergerak bervariasi terhadap dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 13422,00 hingga 13482,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah sempat mengalami pelemahan di awal perdagangan namun bergerak menguat hingga berakhirnya sesi perdagangan. Mata uang Dollar Singapura (SGD) memimpin penguatan mata uang regional yang diikuti oleh Yuan China (CNY) dan rupiah. Adapun mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional yang diikuti oleh Ringgit Malaysia (MYR) dan Baht Thailand (THB).
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan kembali berpeluang untuk mengalami kenaikan di tengah meredanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Penguatan nilai tukar rupiah akan menjadi katalis positif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami melihat bahwa nilai tukar rupiah kembali berpeluang untuk mengalami penguatan setelah indikator teknikal menunjukkan adanya perubahan tren dari konsolidasi menjadi menguat serta pergeraka indeks dollar Amerika yang bergerak dalam tren penurunan sejak akhir tahun 2016 setelah menyentuh level tertingginya dalam 14 tahun terakhir.
  • Hanya saja kenaikan harga Surat Utang Negara akan dibatasi oleh faktor pergerakan imbal hasil surat utang global yang cenderung mengalami kenaikan. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin mengalami penurunan terbatas di level 2,441% setelah notulen pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes) menunjukkan bahwa keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan di bulan Desember 2016 guna mengantisipasi terhadap kebijakan fiskal yang akan diambil oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.
  • Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) pada perdagangan kemarin ditutup dengan kenaikan, masing - masing di level 0,269% dan 1,338% setelah data inflasi di kawasan Uni Eropa menunjukkan adanya kenaikan.
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih berada pada area konsolidasi meskipun mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin. Diperlukan beberapa konfirmasi sebelum harga Surat Utang Negara memasuki tren kenaikan harga.
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan melakukan strategi trading di tengah masih berfluktuasinya pergerakan harga Surat Utang Negara dalam jangka pendek. Beberapa seri yang cukup menarik untuk diperdagangkan diantaranya adalah FR0032, FR0038, FR0048, FR0069, FR0036, ORI013 dan FR0070.
  • Sepanjang tahun 2016, investor asing mencatatkan pembelian bersih Surat Berharga Negara senilai Rp107,29 triliun. (vs Rp97,17 triliun di tahun 2015)

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group