Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

05 Desember 2016

Fixed Income Notes 05 Desember 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at, 2 Desember 2016 bergerak terbatas dengan kecenderungan mengalami penurunan didukung oleh faktor penguatan nilai tukar rupiah di tengah imbal hasil surat utang global yang cenderung mengalami kenaikan. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 5 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 1 bps dimana Surat Utang Negara dengan tenor pendek terlihat mengalami penurunan imbal hasil yang cukup besar.
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 5 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga sebesar 2 - 10 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 3 bps dengan adanya perubahan harga berkisar antara 2 - 15 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga yang berkisar antara 3 - 20 bps.
  • Terbatasnya pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan di akhir pekan kemarin dikarenakan cukup bervariasinya katalis yang mempengaruhi pergerakan harga. Dari dalam negari, katalis positif datang dari data inflasi November 2016 yang masih terkendali meskipun sedikit di atas estimasi analis. Dengan tingkat inflasi hingga akhir tahun 2016 yang diperkirakan masih berada pada target inflasi pemerintah, maka investor yang menempatkan dananya di instrumen surat utang masih akan mendapatkan tingkat imbal hasil yang cukup menarik.
  • Selain itu katalis di akhir pekan kemarin juga berasal dari meredanya tekanan terhadap nilai tukar rupia, dimana pada perdagangan di akhir pekan nilai tukar rupiah terlihat mengalami penguatan. Aliran modal asing yang kembali masuk ke pasar Surat Utang Negara juga menjadi faktor pendorong kenaikan harga.
  • Hanya saja kenaikan harga Surat Utang Negara masih terbatas dikarenakan imbal hasil surat utang global yang justru kembali mengalami kenaikan jelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Meeting) serta ekspektasi terhadap data sektor tenaga kerja Amerika yang lebh baik dari perkiraan. Namun demikian, perdagangan Surat Utang Negara pada akhir pekan kemarin tidak didukung dengan volume perdagangan yang besar, mengindikasikan bahwa pelaku pasar yang cenderung menahan diri untuk melakkan transaksi mengantisipasi data ekonomi Amerika yang akan dirilis di hari Jum'at waktu setempat.
  • Sehingga secara keseluruhan, perubahan harga yang terjadi di akhir pekan mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 3 bps di level 7,834% dan tenor 10 tahun sebesar 2 bps di level 8,016%. Adapun untuk tenor 15 tahun dan 20 tahun masing - masing mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 8,163% dan 8,205%.
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya kembali ditutup dengan mengalami kenaikan di tengah kenaikan imbal hasil surat utang global. Imbal hasil dari INDO-26 ditutup naik sebesar 7 bps di level 4,352% setelah mengalami koreksi harga sebesar 55 bps dan imbal hasil dari INDO-46 mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 8 bps setelah mengalami koreksi harga sebesar 130 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-20 ditutup dengan mengalami sedikit penurunan, sebesar 1 bps di level 2,947%.
  • Adapun dari pelaksanaan penawaran Global Bond, pemeritah memutuskan untuk menetapkan kupon Obligasi Global yang akan jatuh tempo pada 8 Januari 2022 sebesar 3,70% di harga 99,767% senilai US$0,75 miliar dan yang akan jatuh tempo 8 Januari 2027 sebesar 4,35% di harga 99,592% senilai US$1,25 miliar. Sedangkan terhadap Global Bond yang akan jatuh tempo pada 8 Januari 2047 kupon ditetapkan sebesar 5,25% di harga 99,246% senilai US$1,50 miliar.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di hari Jum'at senilai Rp5,36 triliun dari 30 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,39 triliun. Obligasi Negara seri FR0056 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,65 triliun dari 33 kali transaksi di harga rata - rata 102,40% dan diikuti oleh perdagangan seri FR0070 senilai Rp688,64 miliar dari 19 kali transaksi di harga rata - rata 101,48%.
  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp170,50 miliar dari 12 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Bank UOB Indonesia Tahap I Tahun 2016 Seri A (BBIA01ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp49 miliar dari 1 kali transaksi di harga 100,00% diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan II Adira Finance Tahap I Tahun 2013 Seri D (ADMF02DCN1) senilai Rp46 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 98,99%.
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat sebesar 53,00 pts (0,39%) pada level 13512,00  per dollar Amerika setelah bergerak menguat sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13459,00 hingga 13539,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika terjadi di tengah mata uang regional yang juga cenderung mengalami penguatan, diantaranya adalah Ringgit Malaysia (MYR), Dollar Singapura (SGD) dan Yen Jepang (JPY). Dalam sepekan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika relatif bergerak mendatar dimana pada kahir pekan lalu ditutup pada level 13525,00 per dollar Amerika.
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara berpeluang utnuk mengalami kenaikan didorong oleh katalis positif dari kembali turunnya imbal hasil surat utang global.
  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan di akhir pekan ditutup turun pada level 2,354% dari posisi penutupan sebelumnya di level 2,449% setelah data sektor tenaga kerja Amerika mencatatkan angka pengangguran di bulan November 2016 sebesar 4,60% dengan penambahan jumlah tenaga kerja di luar sektor pertanian (Nonfarm Payrolls) sebesar 178 ribu tenaga kerja. Hanya saja penurunan pengangguran juga diikuti oleh turunnya tingkat partisipasi (Paticipation Rate) yang turun menjadi 62,7% dan tingkat upah per jam yang turun sebesar 0,1%.
  • Sementara itu tingkat imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) juga ditutup turun masing - masing di level 0,278% dan 1,381% jelang pelaksanaan referndum di Italia mendorong investor untuk menempatkan dananya pada aset yang lebih aman (safe haven asset). Hal tersebut kami perkirkakan akan berdampak positif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika yang sempat mengalami koreksi dalam beberapa hari terakhir.
  • Sedangkan dari dalam negeri, pelaku pasar akan mencermati agenda lelang penjualan Surat Utang Negara pada hari Selasa, 6 Desember 2016 yang merupakan lelang terakhir di tahun 2016. Dari lelang tersebut pemerintah mentargetkan penerbitan Surat Utang Negara senilai Rp6,2 triliun dari lima seri Surat Utang Negara yang ditawarkan kepada investor.
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara berada pada tren kenaikan sehingga terbuka peluang kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini. Hanya saja kenaikan harga akan dibatasi oleh pelaku pasar yang masih akan mencermati pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika yang akan diadakan pada pertengahan pekan depan.
  • Rekomendasi : Dengan demikian, kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading memanfaatkan peluang tren kenaikan harga Surat Utang Negara dengan pilihan pada seri - seri FR0048, FR0069, FR0071, FR0058, FR0068 dan FR0067.
  • Pada sepekan kedepan terdapat tujuh surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp6,02 triliun.
  • Pada hari Jum'at tanggal 2 Desember 2016, Obligasi Berkelanjutan II Bank BRI Tahap I Tahun 2016 yang diterbitkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan Obligasi Berkelanjutan II JPFA Tahap I Tahun 2016 yang diterbitkan oleh PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. mulai dicatatkan di Bursa Efek Indonesia.
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menerapkan peringkat "idAAA(cg)" terhadap peringkat Medium Term Note II Tahun 2016 senilai Rp300 miliar yang diterbitkan oleh PT Mitsubishi UFJ Lease & Finance Indonesia.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group