Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

04 Oktober 2016

Fixed Income Notes 04 Oktober 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 3 Oktober 2016 bergerak terbatas dengan arah perubahan yang bervariasi di tengah minimnya volume perdagangan. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 4 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 1 bps dimana penurunan imbal hasil didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor 1 hingga 10 tahun.
 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) ditutup dengan penurunan berkisar antara 1 - 3 bps didorong oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 2 - 5 bps. Sementara itu untuk Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) tingkat imbal hasilnya mengalami penurunan berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong oleh kenaikan harga yang berkisar antara 3 - 10 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun), tingkat imbal hasilnya mengalami perubahan berkisar antara 1 - 4 bps dengan adanya perubahan harga yang berkisar antara 3 - 40 bps.
 
  • Mengawali perdagangan di hari Senin, yang sekaligus merupakan perdagangan pertama di kuartal IV 2016, harga Surat Utang Negara cenderung bergerak terbatas. Bahkan untuk beberapa seri Surat Utang Negara bertenor pendek dan menengah sempat mengalami penurunan jelang pengumuman data inflasi September 2016. Setelah Badan Pusat Statistik menyampaikan data inflasi September 2016 dimana pada bulan September 2016 terjadi inflasi sebesar 0,22% (MoM) dan 3,07% (YoY), harga Surat Utang Negara terlihat mengalami kenaikan. Hal tersebut dikarenakan inflasi di bulan September 2016 masih terkendali serta  sesuai dengan perkiraan analis, sehingga masih terbuka peluang bagi Bank Indonesia untuk menurunkn suku bunga acuannya.
 
  • Selain faktor inflasi, kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin juga didukung oleh faktor penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Hanya saja volume perdagangan yang tidak begitu besar mencerminkan pelaku pasar yang cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi di pasar sekunder.
 
  • Secara keseluruhan, kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan masing - masing sebesar 2 bps untuk tenor 5 tahun di posisi 6,783% dan tenor 20 tahun di posisi 7,356% serta sebesar 3 bps untuk tenor 10 tahun di posisi 6,898%. Adapun untuk tenor 15 tahun imbal hasilnya mengalami penurunan kurang dari 1 bps di posisi 7,258%.
 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika, tingkat imbal hasil juga terlihat bergerak terbatas dengan arah perubahan yang cukup bervariasi bervariasi. Imbal hasil dari INDO-20 ditutup naik sebesar 1 bps pada level 2,267%. Sedangkan imbal hasil dari INDO-26 dan INDO-46 mengalami kenaikan kurang dari 1 bps masing -masing di level 3,238% dan 4,320%. Adapun beberapa seri yang mengalami penurunan imbal hasil yang kurang dari 1 bps diantaranya adalah INDO-21, INDO-37 dan INDO-43.
 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp5,73 triliun dari 37 seri Surat Utang Negara yang dilaporkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp1,81 triliun. Obligasi Negara seri FR0070 masih menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,09 triliun dari 16 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 108,33% dengan tingkat imbal hasil sebesar 6,92%. Sedangkan Sukuk Negara Ritel seri SR006 menjadi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp230,6 miliar dari 9 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 101,10%.
 
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp507,15 miliar dari 26 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Antam Tahap I Tahun 2011 Seri B (ANTM01BCN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp100 miliar dari 1 kali transaksi di harga 100,00% dengan tingkat imbal hasil sebesar 9,04% diikuti oleh Obligasi Surya Semesta Internusa I Tahun 2012 Seri B (SSIA01B) senilai Rp75 miliar dari 7 kali transaksi.
 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 59,00 pts (0,46%) pada level 12983,00 per dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 12941,00 hingga 13035,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah terlihat mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan di tengah mata uang regional yang juga mengalami penguatan seperti Peso Philippina (PHP) dan Rupee India (INR).
 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak terbatas dengan arah perubahan yang masih akan bervariasi di tengah pelaku pasar yang cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi. Investor global masih menantikan perkembangan penyelesaian denda Deutsche Bank terhadap kepada pengadilan Amerika Serikat serta data ekonomi global yang akan disampaikan dalam sepekan kedepan.
 
  • Sementara itu imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami kenaikan, berpeluang untuk memberikan tekanan terhadap harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik pada level 1,633% dari posisi penutupan sebelumnya di level 1,595% di tengah koreksi harga saham yang terjadi di Bursa Saham Amerika. Sementara itu imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama juga ditutup dengan kenaikan pada level -0,096% dari posisi penutupan di akhir pekan yang berada pada level -0,122%. Imbal hasil surat utang Jepang juga terlihat mengalami kenaikan di level -0,073% di tengah indikasi bahwa Bank Sentral Jepang (BOJ) akan mengurangi jumlah pembelian terhadap Surat Utang Negara Jepang yang memiliki tenor panjang.
 
  • Rekomendasi : Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih berada pada area konsolidasi dengan adanya sinyal tren penurunan harga untuk Surat Utang Negara bertenor pendek dimana kami perkirakan hal tersebut akan berdampak pada terbatasnya arah pergerakan harga Surat Utang Negara dalam jangka pendek. Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading jangka pendek di tengah kondisi pasar yang masih bergerak berfluktuasi. Kami masih menyarankan beli bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang di tengah masih berpeluangnya penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia serta terbatasnya pasokan Surat Utang Negara di pasar perdana seiring dengan hampir tercapainya target penerbitan di tahun 2016. Bagi investor yang berencana menempatkan dananya di Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dapat mengikuti lelang penjualan yang diadakan oleh pemerintah pada hari ini.
 
  • Rencana lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara Seri SPN-S 21032017 (reopening), PBS013 (New Issuance), PBS014 (New Issuance) dan PBS012 (reopening) pada hari Selasa, tanggal 4 Oktober 2016.
 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group