Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

04 April 2017

Fixed Income Notes 04 April 2017

  • Data inflasi yang terkendali serta stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mendorong kembali turunnya imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 3 April 2017.
  • Perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 1 - 5 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 2 bps dimana penurunan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor 4 - 12 tahun. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 5 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 20 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 2 - 5 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 10 - 20 bps. Adapun Surat Utang Negara dengan tenor oanjang (di atas 7 tahun) mengalami penurunan imbal hasil yang berkisar antara 1 - 4 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 40 bps.
  • Pergerakan harga Surat Utang Negara yang masih mengalami kenaikan sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin diukung oleh faktor inflasi yang terkendali serta stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika di tengah kembali menguatnya mata uang dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Badan Pusat Statistik menyampaikan bahwa pada bulan Maret 2017 terjadi deflasi sebesar 0,02% dengan inflasi tahunan (YoY) sebesar 3,61% dan inflasi tahun berjalan (YTD) sebesar 1,19%. Data inflasi tersebut di bawah estimasi analis yang memperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,20% dengan inflasi tahunan sebesar 3,61%. Dengan inflasi tersebut masih memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75% di tengah ancaman kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika. Hal tersebut direspon positif oleh pelaku pasar yang tercermin pada penurunan imbal hasilnya di pasar sekunder. Selain data inflasi, stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika juga menjadi katalis positif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder di tengah kembali menguatnya dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia.
  • Kombinasi dari kedua faktor tersebut telah mendorong imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 20 tahun ditutup di level 7,00% dan 7,644% mengalami penurunan masing - masing sebesar 2 bps dan 1 bps dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Sementara itu imbal hasil dari seri acuan dengan tenor 5 tahun ditutup turun sebesar 5 bps di level 6,757% dan untuk tenor 15 tahun imbal hasilnya tidak banyak mengalami perubahan di level 7,392%.
  • Penurunan imbal hasil juga terjadi pada Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, dimana pada perdagangan kemarin penurunan imbal hasil terjadi pada hampir keseluruhan seri dengan penurunan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor pendek. Imbal hasil dari INDO-20 ditutup dengan penurunan sebesar 3 bps di level 2,507% setelah mengalami kenaikan harga hingga sebesar 10 bps. Sedangkan imbal hasil dari INDO-27 dan INDO-47 masing - masing mengalami penurunan kurang dari 1 bps di level 3,872% dan 4,767% di tengah terbatasnya pergerakan harganya di pasar sekunder.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp8,62 triliun dari 36 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp1,31 triliun. Obligasi Negara seri FR0053 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,83 triliun dari 39 kali transaksi di harga rata - rata 105,24% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0070 senilai Rp967,62 miliar dari 18 kali transaksi di harga rata - rata 107,50%. Sedangkan Obligasi Negara seri FR0059 dan FR0072 menjadi Surat Utang Negara yang paling sering diperdagangkan, masing - masing sebanyak 65 kali dan 64 kali transaksi.
  • Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,36 triliun dari 24 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Adira Finance Tahap V Tahun 2017 Seri A (ADMF03ACN5) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp534 miliar dari 30 kali transaksi di harga rata - rata 99,97% dan diikuti oleh perdagangan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Adira Finance Tahap III Tahun 2017 Seri A (SMADMF02ACN3) senilai Rp243 miliar dari 20 kali transaksi di harga rata - rata 99,99%.
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melamah terbatas sebesar 3,00 pts (0,02%) di level 13325,00 per dollar Amerika di tengah kembali menguatnya mata uang dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Beregrak terbatas pada kisaran 13314,00 hingga 13329,00 per dollar Amerika, melemahnya nilai tukar rupiah terjadi di tengah bervariasinya arah pergerakan mata uang regional terhadap dollar Amerika. Mata uang Rupee India (INR) memimpin pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika yang diikuti oleh mata uang Ringgit Malaysia (MYR). Adapun mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional dengan diikuti oleh Peso Philippina (PHP).
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara kembali berpeluang untuk mengalami penurunan seiring dengan pergerakan imbal hasil surat utang global yang juga mengalami penurunan.
  • Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup turun pada level 2,346% dan untuk tenor 30 tahun ditutup turun pada level 2,978% di tengah pelaku pasar yang masih menantikan beberapa data ekonomi yang akan disampaikan pada pekan ini. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun ditutup dengan penurunan masing - masing di level 0,278% dan 1,064% di tengah pelaku pasar yang melakukan pembelian aset yang lebih aman (safe haven asset) setelah terjadi ledakan stasiun kereta api di kota St Petersburg, Rusia dimana dikabarkan setidaknya 9 orang meninggal dalam kejadian tersebut. Penurunan imbal hasil surat utang global tersebut kami perkirakan akan menjadi katalis positif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder.
  • Sementara itu dari dalam negeri, katalis positif masih berasal dari data inflasi di bulan Maret 2017 yang mengalami deflasi sebesar 0,02% di bawah estimasi analis yang memperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,20%. Selain data inflasi, investor akan mencermati pelaksanaan lelang penjualan Sukuk Negara (SBSN) yang akan dilakukan oleh pemerintah pada hari ini dengan target penerbitan senilai Rp6 triliun dari lima seri Sukuk Negara yang ditawarkan kepada investor. Lelang hari ini merupakan lelang perdana di kuartal II 2017 dimana pemerintah mentargetkan penerbitan Surat Berharga Negara melalui lelang senilai Rp138 triliun. Kami perkirakan pelaku pasar akan memanfaatkan lelang tersebut untuk mendapatkan Sukuk Negara dengan tingkat imbal hasil yang cukup menarik dibandigkan dengan imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor yang sama.
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara yang masih berada pada tren kenaikan masih akan membuka peluang terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara dalam jangka pendek. Namun demikian pelaku pasar perlu mencermati potensi terjadinya pembalikan arah pergerakan harga dikarenakan harga Surat Utang Negara yang juga telah berada pada area jenuh beli (overbought) yang terjadi sejak pertengahan bulan Maret 2017.
  • Rekomendasi : Dengan pertimbangan beberapa faktor tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang negara di pasar sekunder. Kami masih melihat beberapa seri Surat Utang Negara yang menawarkan tingkat imbal hasil relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Surat Utang Negara dengan tenor yang mendekati sama seperti seri FR0066, FR0069, FR0036, ORI013, FR0053 dan FR0043.
  • Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 05102017 (New Issuance), PBS011 (reopening), PBS012 (reopening), PBS013 (reopening), dan PBS014 (reopening) pada hari Selasa tanggal 4 April 2017. Pemerintah akan melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Selasa, tanggal 4 April 2017. Seri SBSN yang akan dilelang adalah seri SPN-S (Surat Perbendaharaan Negara - Syariah) dan PBS (Project Based Sukuk) untuk memenuhi  sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2017. Target penerbitan adalah senilai Rp6.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group