Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

03 September 2018

Fixed Income Notes 03 September 2018

  • Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika menjadi faktor pendorong kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan di akhir pekan, yang sekaligus menutup perdagangan di bulan Agustus 2018.
  • Pada perdagangan di hari Jum'at, 31 Agustus 2018, imbal hasil Surat Utang Negara rata - rata mengalami kenaikan sebesar 13,6 bps dengan kenaikan imbal hasil yang berkisar antara 1 - 22 bps yang terjadi pada hempir keseluruhan seri Surat Utang Negara. 
  • Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan di akhir pekan tersebut didorong oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika yang cukup besar dan merupakan posisi terendahnya dalam sepuluh tahun terakhir. Kekhawatiran investor terhadap pelemahan mata uang rupiah tersebut, mendorong investor melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder yang tercermin pada meningkatnya volume perdagangan di akhir pekan. 
  • Kenaikan imbal hasil juga didapati pada Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika. Pada perdagangan di akhir pekan kemarin, kenaikan imbal hasil terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar didapati pada surat utang bertenor panjang. Imbal hasil dari INDO23 mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 3,911% setelah mengalami koreksi harga terbatas sebesar 5 bps. Adpaun imbal hasil dari INDO28 mengalami kenaikan sebesar 3 bps di level 4,324% setelah mengalami penurunan harga hingga sebesar 24 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO43 mengalami kenaikan sebesar 4,5 bps sdi level 4,870% setelah adanya koreksi harga sebesar 63 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan kemarin senilai Rp19,42 triliun dari 49 seri Surat Utang Berharga yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan mencapai Rp11,10 triliun. Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,78 triliun dari 78 kali transaksi di harga rata - rata 91,38% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0064 senilai Rp3,76 triliun dari 122 kali transaksi di harga rata - rata 87,41%. Adapun Project Based Sukuk seri PBS005 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp570 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 98,54% dan diikuti oleh perdagangan seri PBS013 senilai Rp374 miliar dari 11 kali transaksi di harga rata - rata 99,80%.
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp634,38 miliar dari 45 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Mandala Multifinance Tahap I Tahun 2018 Seri B (MFIN03BCN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp180 miliar dari 4 klai transaksi di harga rata - rata 100,30% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Tower Bersama Infrastructure Tahap I Tahun 2018 (TBIG03CN1) senilai Rp75 miliar dari 1 kali transaksi di harga 100,05%.
  • Nilai tukar rupiah pada perdagangan di akhir pekan yang juga sekaligus menutup perdagangan di akhir bulan Agustus 2018 ditutup melemah sebesar 40,00 pts (0,27%) di level 14730,00 per Dollar Amerika. Bergerak melemah sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14703,00 hingga 14750,00 per Dollar Amerika, nilai tukar rupiah menjadi salah satu mata uang regional yang mengalami pelemahan cukup besar di akhir pekan kemarin. Selain rupiah, pelemahan mata uang yang cukup besar pada perdagangan di akhir pekan juga didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW), Rupee India (INR) dan Dollar Singapura (SGD). Adapun mata uang Yen Jepang (JPY) dan Yuan China (CNY) justru terlihat mengalami penguatan terhadap Dollar Amerika, ditengah kepanikan investor di pasar valas, mendorong mereka untuk masuk pada mata uang yang lebih tahan terhadap penguatan Dollar Amerika. 
  • Dengan pelemahan di akhir pekan tersebut, maka sepanjang bulan Agustus 2018, nilai tukar rupiah telah mengalami depresiasi terhadap mata uang Dollar Amerika sebesar 2,10%. Adapun mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar di bulan Agustus 2018 adalah Rupee India (INR) yaitu sebesar 3,32%. Sedangkan mata uang Baht Thailand (THB) menunjukkan penguatan terhadap Dollar Amerika sepanjang bulan Agustus 2018 yaitu sebesar 1,66% dan diikuti oleh Yen Jepang (JPY) sebesar 0,97%.
  • Sementara itu dari perdagangan surat utang global, imbal hasil surat utang global cenderung mengalami penurunan ditengah investor global yang mencermati perkembangan terakhir dari ketegangan perang dagang, dimana pemerintah Amerika Serikat akan mengenakan tarif import terhadap produk dari China senilai US$200 miliar yang akan berlaku dalam waktu dekat. Kondisi tersebut menyebabkan investor khawatir akan dampaknya terhadap pasar keuangan global, sehingga mendorong mereka untuk melakukan pembelian terhadap aset investasi yang lebih aman (safe haven assets). Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 2,844% dan untuk tenor 30 tahun ditutup turun pada level 2,994%. Hal yang sama juga didapati pada imbal hasil surat utang Jerman (Bund) yang mengalami penurunan di level 0,33% dan surat utang Inggris (Gilt) di level 1,43% masing - masing untuk tenor 10 tahun.
  • Dengan adanya koreksi harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin, maka secara teknikal, sinyal koreksi harga telah terbentuk untuk Surat Utang Negara dengan berbagai tenor. Hal tersebut kami perkirakan dalam jangka pendek masih akan mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder seiring dengan pola pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika yang telah terbentuk. Pelemahan mata uang rupiah terhadap Dollar Amerika berpengaruh cukup signifikan terhadap pelemahan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder seiring dengan cukup besarnya kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara. 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan tekanan koreksi harga Surat Utang Negara yang terjadi akan mereda seiring dengan adanya hari libur perdagangan di Amerika Serikat, sehingga investor akan kembali fokus pada data ekonomi dalam negeri yang akan disampaikan pada hari ini. Badan Pusat Statistik pada hari ini akan menyampaikan data inflasi bulan Agustus 2018, dimana analis memperkirakan bahwa pada bulan Agustus 2018 terjadi inflasi sebesar 0,06% (MoM) sehingga inflasi tahunan (YoY) akan sebesar 2,89%. Dengan laju inflasi yang terkendali tersebut, kami melihat bahwa instrumen Surat Berharga Negara masih akan memberikan pengembalian investasi yang menarik bagi investor di dalam negeri, terlebih adanya koreksi harga saat ini mendorong semakin lebarnya selisih antara laju inflasi dengan tingkat imbal hasil yang diberikan oleh instrumen Surat Berharga Negara. Namun demikian, dengan masih berfluktuasinya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, akan turut mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder, sehingga akan berpengaruh terhadap portofolio investor terutama investor dengan horizon investasi jangka pendek.
  • Rekomendasi: Dengan masih berfluktuasinya pergerakan harga Surat Utang Negara ditengah isu perang dagang dan pelemahan nilai tukar rupiah, maka kami menyarankan kepada investor utnuk tetap mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara. Adapun seiring dengan koreksi harga yang terjadi pada akhir pekan kemarin, imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah cukup menarik untuk diakumulasi, dengan pilihan diantaranya adalah seri FR0069, FR0036, FR0053, FR0061, FR0063, FR0070 dan FR0056.
  • Pada sepekan kedepan terdapat empat surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp11,05 triliun.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group