Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

03 Oktober 2016

Fixed Income Notes 03 Oktober 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at, 30 September 2016 mengalami kenaikan di tengah meningkatnya tekanan terhadap nilai tukar rupiah di penghujung kuartal III 2016. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 8 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 3,3 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor 3 - 10 tahun.
 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 8 bps setelah mengalami koreksi harga yang berkisar antara 3 - 20 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5 - 7 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 3 - 4 bps setelah mengalami koreksi harga yang sebesar 15 - 18 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang mengalai kenaikan berkisarantara 1 - 7 bps setelah mengalami koreksi harga yang berkisar antara 5 - 55bps.
 
  • Momentum windows dressing pada perdagangan di akhir pekan kemarin yang sekaligus merupakan perdagangan terakhir di kuartal III tahun 2016 tidak dapat menahan koreksi harga yang terjadi akibat investor yang ingin merealisasikan keuntungan guna menjaga kinerja keuangan di akhir kuartal III tahun 2016. Koreksi harga yang terjadi perdagangan di akhir pekan kemarin juga didorong oleh faktor pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta meningkatnya persepsi resiko yang tercermin pada kenaikan angka CDS di tengah kekhawatiran investor akan kondisi keuangan Deutsche Bank akan berdampak sistemik ke sistem perbankan global.
 
  • Sehingga secara keseluruhan, koreksi harga Surat Utang Negara yang terjadi pada akhir pekan kemrin telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan masing - masing sebesar 3 bps untuk tenor 15 tahun dan 20 tahun di level 7,261% dan 7,373%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 5 tahun imbal hasilnya mengalami kenaikan sebesar 4 bps di level di kisaran 6,800% dan untuk tenor 10 tahun imbal hasilnya mengalami kenaikan sebesar 7 bps di level 7,022%.
 
  • Kenaikan imbal hasil juga terlihat pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, dimana kenaikan imbal hasil terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara. Imbal hasil dari INDO-20 dittup naik sebesar 1 bps pada level 2,264%. Sementra itu imbal hasil dari INDO-26 dan INDO-46 masing - masing mengalami kenaikan sebesar 2 bps pada level 3,238% dan 4,317% setelah mengalami koreksi harga sebesar 20 bps dan 30 bps.
 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp9,16 triliun dari 37 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp3,61 triliun. Obligasi Negara seri FR0070 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,57 triliun dari 28 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 108,11% dan tingkat imbal hasilnya sebesar 6,96%.
 
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp858 miliar dari 30 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.  Obligasi Berkelanjutan II Medco Energi Internasional Tahap II Tahun 2016 Seri A (MEDC02ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp210 miliar dari 2 kali transaksi. Obligasi dengan peringkat "idA+" dan akan jatuh tempo pada 30 September 2019 tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 100,00% dan tingkat imbal hasilnya sebesar 10,80%. Setelah obligasi MEDC02ACN2, volume perdagangan obligasi korporasi terbesar berikutnya didapati pada Obligasi Berkelanjutan I Danareksa Tahap II Tahun 2014 Seri A (DNRK01ACN2), yaitu senilai Rp200 miliar dari 2 kali transaksi dengan harga rata - rata 100,005% dan tingkat imbal hasilnya sebesar 10,49%.
 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan di akhir pekan kemarin ditutup pada level 13042,00 per dollar Amerika, mengalami pelemahan sebesar 70,00 pts (0,54%) dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Bergerak pada kisaran 12981,00 hingga 13055,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan seiring dengan pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika dengan pelemahan terbesar didapati pada nilai tukar rupiah setelah Bank Indonesia melakukan intervensi guna menjaga likuiditas di pasar valas, diikuti oleh Peso Philippina (PHP) dan Ringgit Malaysia (MYR). Dalam sepekan terakhir, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika menjadikan rupiah memimpin penguatan nilai tukar mata uang regional terhadap dollar Amerika dan diikuti oleh Won Korea Selatan (KRW) serta Rupee India (INR).
 
  • Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak bervariasi dengan peluang untuk mengalami kenaikan setelah harganya mengalami koreksi dalam beberapa hari perdagangan terakhir. Kenaikan harga Surat Utang Negara akan didukung oleh meredanya kekhawatiran investor global atas kondisi Deutsche Bank setelah bank tersebut akan segera melunasi denda (penalti) kepada otoritas pengadilan Amerika Serikat senilai US$5,4 miliar dari denda awal yang sebesar US$14 miliar.
 
  • Sementara itu dari dalam negeri, investor akan menantikan data inflasi bulan September 2016 yang akan disampaikan pada hari ini, dimana analis memperkirakan bahwa pada bulan September terjadi inflasi sebesar 0,18% (MoM) dengan inflasi tahunan (YoY) diperkirakan sebesar 3,05%. Pada bulan Agustus 2016, terjadi deflasi sebesar 0,02% (MoM) dan inflasi tahunan sebesar 2,79%. Data inflasi yang terkendali akan membuka peluang bagi Bank Indonesia untuk kembali menurunkan suku bunga acuannya.
 
  • Sedangkan dari pasar surat utang global, imbal hasil surat utang global ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah kenaikan harga saham global setelah memudarnya kekhawatiran atas kondisi dari Deutsche Bank. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup pada level 1,601% dari posisi penutupan sebelumnya di kisaran 1,561%. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama juga ditutup dengan mengalami penurunan di level -0,122% dari posisi penutupan sebelumnya di level -0,119% setelah sempat menyentuh level -0,15% pada perdagangan di akhir pekan kemarin.
 
  • Rekomendasi : Adapun secara teknikal, koreksi harga yang terjadi pada beberapa hari sebelumnya telah mendorong timbulnya sinyal tren penurunan harga Surat Utang Negara terutama pada Surat Utang Negara dengan tenor di bawah 10 tahun. Kondisi tersebut kami perkirakan akan berdampak terhadap bervariasinya pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini serta peluang terjadinya penurunan harga Surat Utang Negara dalam jangka pendek. Dengan kondisi tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading di tengah harga Surat Utang Negara yang masih bergerak berfluktuasi. Beberapa seri yang cukup menarik untuk diakumulasi setelah mengalami koreksi harga diantaranya adalah seri FR0043, FR0070, FR0050 dan FR0067.
 
  • Penawaran Obligasi Negara Ritel Seri ORI013. Sejak hari Kamis, 29 September 2016, pemerintah mulai  menawarkan Obligasi Negara Ritel seri ORI013 melalui agen penjual yang telah ditunjuk. Melalui ORI013, Warga Negara Indonesia diberi kesempatan untuk berperan dalam pembiayaan pembangunan sekaligus memperoleh pendapatan melalui kegiatan investasi pada instrumen yang aman.
 
  • Pada sepekan kedepan terdapat dua surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp1,7 triliun.
 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group