Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

03 Januari 2018

Fixed Income Notes 03 Januari 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 2 Januari 2018 bergerak mengalami penurunan merespon data inflasi Desember 2017 yang terkendali di tengah penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 9 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 5 bps didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 10 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 6 bps dengan didorong olah adanya kenaikan harga sebesar 30 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) juga ditutup dengan perubahan yang bervariasi berkisar antara 1 - 9 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 90 bps.
  • Pergerakan imbal hasil yang cukup besar pada perdagangan kemarin didorong oleh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang cukup besar didorong oleh data inflasi yang terkendali mendorong penguatan rupiah di tengah dollar Amerika yang masih melanjutkan tren pelemahan. 
  • Adapun dari data ekonomi domestik, Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa pada bulan Desember 2017 terjadi inflasi sebesar 0,71%. Inflasi di bulan Desember terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 2,26%; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,30%; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,17%; kelompok sandang sebesar 0,13%; kelompok kesehatan sebesar 0,18%; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 0,07%; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,75%. Dengan demikian, inflasi tahun kalender (YTD) di tahun 2017 sebesar 3,61% dan tingkat inflasi tahun ke tahun (YoY) sebesar 3,61%. Data inflasi yang masih sejalan dengan yang diperkirakan oleh pelaku pasar dimana untuk inflasi bulanan diperkirakan sebesar 0,45% dan inflasi tahunan sebesar 3,35% mendorong adanya aksi beli oleh investor pada pasar sekunder. 
  • Sehingga secara keseluruhan, hal tersebut menyebabkan perubahan harga yang juga berdampak terhadap perubahan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin. Imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan pada perdagangan kemarin ditutup bervariasi dengan penurunan imbal hasil yang sebesar 5,5 bps di level 5,925% untuk tenor 5 tahun, adapun turun sebesar 8 bps di level 6,819% untuk tenor 15 tahun, dan turun sebesar 3 bps di level 7,011% untuk tenor 20 tahun. Sedangkan mengalami kenaikan sebesar 4,5 bps di level 6,510% untuk tenor 10 tahun. 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya ditutup bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan pada keseluruhan seri di tengah kenaikan tingkat imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO-23 ditutup turun terbatas kurang dari 1 bps di level 3,042% didorong oleh kenaikan harga 2 bps, INDO-28 turun sebesar 2 bps di level 3,507% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 15 bps. Adapun INDO-48 mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 4,251% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 20 bps. Sedangkan INDO-38 relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan perdagangan sebelumnya di level 4,370%.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin masih cukup besar, senilai Rp13,41 triliun dari 40 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp953,75 miliar. Surat Perbendaharaan Negara seri SPN12180201 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,58 triliun dari 21 kali transaksi di harga rata - rata 99,68% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0074 senilai Rp2,24 triliun dari 75 kali transaksi di harga rata - rata 105,06%. 
  • Adapun Volume perdagangan Project Based Sukuk yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp1,74 triliun dari 1 seri Project Based Sukuk yang diperdagangkan. Project Based Sukuk seri PBS009 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,74 triliun dari 1 kali transaksi di harga rata - rata 100,20%. 
  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp521,3 miliar dari 27 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Toyota Astra Finansial Services Tahap III Tahun 2015 Seri B (TAFS01BCN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp60,4 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 102,72% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap II Tahun 2017 Seri A (SMFP04ACN2) senilai Rp60 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,28%. 
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat sebesar 41,00 pts (0,30%) pada level 13514,00 per dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13504,00 hingga 13554,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut seiring dengan penguatan mata uang regional terhadap mata uang dollar Amerika di tengah tren pelemahan dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional yang diikuti oleh Ringgit Malaysia (MYR) dan Dollar Taiwan (TWD). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak terbatas pada awal perdagangan jelang lelang perdagangan Surat Utang Negara pada hari ini, dengan kecenderungan mengalami kenaikan harga Surat Utang Negara di tengah penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika seiring dengan pelemahan dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia di tengah perkiraan positifnya hasil lelang Surat Utang Negara pada hari ini. 
  • Sedangkan Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup naik pada level 2,462% dari posisi penutupan sebelumnya di level 2,405%. Kenaikan imbal hasil juga terjadi pada surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) yang masing - masing ditutup naik pada level 0,461% dan 1,288% dari posisi penutupan sebelumnya di level 0,426% dan 1,292%. Imbal hasil surat utang regional juga mengalami penurunan dimana penurunan imbal hasil terjadi pada sebagian besar surat utang regional kecuali surat utang China yang justru mengalami kenaikan. Hal tersebut kami perkirakan akan berdampak terhadap perdagangan Surat Utang Negara baik yang berdenominasi mata uang rupiah maupun dollar Amerika. 
  • Adapun dari dalam negeri, pelaku pasar akan menantikan hasil lelang Surat Utang Negara pada hari ini. Sedangkan secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih berada pada area jenuh beli (overbought) dengan masih terlihat pada tren kenaikan harga, sehingga dalam jangka pendek pergerakan harganya masih akan cenderung naik namun dengan perubahan harga yang relatif terbatas. 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang, peluang adanya koreksi harga dapat dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi secara bertahap terhadap Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang masih menawarkan tingkat imbal hasil yang menarik seperti seri FR0069, FR0053, FR0061, FR0058, FR0068, dan FR0072. 
  • Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN03180404 (New Issuance), SPN12190104 (New Issuance), FR0063 (Reopening), FR0064 (Reopening) dan FR0075 (Reopening) pada hari Rabu, tanggal 3 Januari 2018.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group