Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

03 Januari 2017

Fixed Income Notes 03 Januari 2017

 

  •   Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at, 30 Desember 2016 bergerak bervariasi dengan perubahan tingkat imbal hasil yang relatif terbatas di tengah minimnya volume perdagangan. Perubahan tingkat imbal hasil pada perdagangan di akhir tahun 2016tersebut berkisar antara 1 - 5 bps dimana Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah cenderung bergerak dengan mengalami penurunan sementara itu pada tenor panjang bergerak bervariasi dengan kecenderungan masih mengalami kenaikan imbal hasil yang terbatas.
  •   Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 5 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 5 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami perubahan hingga sebesar 1 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga yang berkisar antara 2 - 5 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 5 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 35 bps.
  •   Perubahan harga yang cenderung terbatas pada perdagangan di akhir pekan kemarin yang juga merupakan transaksi terakhir di tahun 2016 terjadi di tengah rendahnya volume perdagangan. Investor cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi di tengah minimnya katalis dari dalam dan luar negeri. Aktivitas perdagangan di pasar sekunder lebih banyak terjadi pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah seperti FR0053, FR0066 dan ORI012.
  •   Dengan tidak banyaknya perubahan harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin, juga berpengaruh terhadap perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan di pasar sekunder dimana imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun terlihat mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 7,49%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun masing - masing mengalami kenaikan sebesar 1 bps dan 2 bps di level 8,14% dan 8,13%, dan untuk tenor 10 tahun mengalami kenaikan kurang dari 1 bps di level 7,91%.
  •   Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, perubahan tingkat imbal hasil cenderung mengalami penurunan yang terjadi pada sebagian besar seri Surat Utang Negara di tengah imbal hasil surat utang global yang juga mengalami penurunan. Imbal hasil dari INDO-27 dan INDO-47 mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 4,284% dan 5,224% setelah mengalami kenaikan harga yang relatif terbatas hingga sebesar 15 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO-20 mengalami penurunan kurang dari 1 bps di level 2,791%.
  •   Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan kemarin senilai Rp1,06 triliun dari 25 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp417,96 miliar. Obligasi Negara seri FR0056 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp154,9 miliar dari 11 kali transaksi di harga rata - rata 103,12% dan diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Negara seri FR0053 senilai Rp146 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 102,60%.
  •   Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp314,7 miliar dari 32 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Permata Tahap II Tahun 2012 (BNLI01SBCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp65 miliar dari 8 kali transaski di harga rata - rata 102,00% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Medco Energi Internasional III Tahun 2012 (MEDC03) senilai Rp33 miliar dari 6 kali di harga rata - rata 100,02%.
  •   Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah terbatas sebesar 2,00 pts (0,01%) dilevel 13473,00 per dollar Amerika. Bergerak dengan kecenderungan mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13410,00 - 13473,00 pelemahan nilai tukar rupiah terjadi di tengah mata uang regional yang cenderung bergerak bervariasi terhadap dollar Amerika. Penguatan mata uang regional terhadap dollar Amerika diantaranya didapati pada Baht Thailand (THB), Rupee India (INR) dan Dollar Singapura (SGD). Adapun pelemahan mata uang regional didapati pada Yen Jepang (JPY), Rupiah dan Ringgit Malaysia (MYR).
  •   Dalam sepekan terakhir, mata uang rupiah cenderung bergerak mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika yang juga terjadi pada Won Korea Selatan (KRW), Dollar Taiwan (TWD) dan Ringgit Malaysia. Adapun sepanjang tahun 2016, mata uang rupiah mengalami penguatan terhadap dollar Amerika sebagaimana yang juga terjadi pada Yen Jepang, Dollar Taiwan dan Baht Thailand.
  •   Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak terbatasdi tengah pelaku pasar yang masih akan mencermati pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara yang diadakan oleh pemerintah. Pada hari ini pemerintah berencana untuk menerbitkan Surat Utang Negara melalui lelang dengan target penerbitan senilai Rp15 triliun dari lima seri Surat Utang Negara yang ditawarkan kepada investor. Lelang perdana di tahun 2017 tersebut akan menentukan arah pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini.
  •   Selain lelang, pelaku pasar juga akan mencermati data ekonomi yang akan disampaikan oleh Badan Pusat Statistik, yaitu data inflasi di bulan Desember 2016. Analis memperkirakan bahwa di bulan Desember 2016 terjadi inflasi sebesar 0,45% (MoM) dengan inflasi tahunan (YoY) sebesar 3,05%. Dengan demikian, di tahun 2016 inflasi di berada di batas bawah dari target inflasi yang berada pada kisaran 3,0% - 5,0%.
  •   Sementara itu dari perdagangan Surat utang global, peregrakan imbal hasilnya di akhir tahun 2016 juga cenderung mengalami penurunan dimana untuk imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun ada level 2,446% meskipun jika dibandingkan dengan posisi di akhir tahun 2015, imbal hasil dari US Treasury terlihat mengalami kenaikan seiring dengan ekspketasi kenaikan inflasi di tahun 2017 serta keputusan dari Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) sebesar 25 bpd di bulan Desember 2016. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama ditutup pada level 0,19% dan 1,24%.
  •   Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara yang masih berada pada area konsolidasi kami perkirakan akan turut mempengaruhi terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara dalam jangka pendek, dengan kecenderungan arah pergerakan yang mendatar (sideways).
  •   Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder terutama setelah pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara. Strategi trading masih kami sarankan kepada investor di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang masih akan bergerak berfluktuasi di awal tahun 2017 jelang pelantikan Presiden Amerika Serikat serta susunan kabinet beserta program kerja yang akan disampaikan. Di tahun 2017, pemerintah mulai memberlakukan empat seri Surat Utang Negara seri acuan untuk menggantikan beberapa seri sebelumnya, yaitu seri FR0061 (7,00%; 15 Mei 2022) menggantikan seri FR0053, seri FR0059 (7,00%; 15 Mei 2027) menggantikan seri FR0056, Seri FR0074 (7,50%; 15 Agustus 2032) menggantikan seri FR0073 dan Seri FR0072 (8,25%;15 Mei 2036) masih akan menjadi seri acuan untuk tenor 20 tahun. 
  •   Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN03170404 (New Issuance), SPN12180104 (New Issuance), FR0061 (Reopening), FR0059 (Reopening), dan FR0072 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 3 Januari 2017. Pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang Rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2017. Target penerbitan senilai Rp15.000.000.000.000,00 (lima belas triliun rupiah.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group