Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

02 November 2017

Fixed Income Notes 02 November 2017

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 1 November 2017 bergerak mengalami penurunan merespon terkendalinya data inflasi Oktober 2017.
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 5 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 2 bps didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 5 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong olah adanya perubahan harga sebesar 10 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) juga ditutup dengan penuruanan yang berkisar antara 1 - 5 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 50 bps. 
  • Terbatasnya perubahan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin turut dipengaruhi oleh hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika yang tetap mempertahankan suku bunga acuannya serta semakin tingginya sinyal bahwa suku bunga acuan Amerika akan dinaikkan di bulan Desember 2017. Adapun Jerome Powell yang semakin di favoritkan untuk maju menjadi gubernur the Fed selanjutnya menjadi berita dovish. 
  • Terbatasnya pergerakan harga juga turut dipengaruhi faktor nilai tukar rupiah yang mengalami pelemahan di tengah menguatnya mata uang dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia sebagai respon atas pernyataan dari anggota Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika yang menyatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) akan terjadi pada Desember 2017. Ekspektasi terhadap kenaikan Fed Fund Rate tersebut mendorong penguatan dollar Amerika sehingga membatasi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. 
  • Sementara itu dari data ekonomi domestik, Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa pada bulan Oktober 2017 terjadi inflasi sebesar 0,01%. Inflasi di bulan Oktober terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,28%; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,18%; kelompok sandang sebesar 0,18%; kelompok kesehatan sebesar 0,21%; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,16%. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,45% dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,13%. Dengan demikian, inflasi tahun kalender (YTD) di tahun 2017 sebesar 2,67% dan tingkat inflasi tahun ke tahun (YoY) sebesar 3,58%. Pelaku pasar tidak banyak terpengaruh oleh data inflasi tersebut dikarenakan data inflasi masih sejalan dengan yang diperkirakan oleh pelaku pasar dimana untuk inflasi bulanan diperkirakan sebesar 0,10% dan inflasi tahunan sebesar 3,68%. 
  • Sehingga secara keseluruhan, kombinasi dari faktor dalam dan luar negeri tersebut menyebabkan terbatasnya perubahan harga yang juga berdampak terhadap terbatasnya perubahan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin. Imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan pada perdagangan kemarin ditutup bervariasi dengan perubahan imbal hasil yang kurang dari 1 bps di level 6,373% untuk tenor 5 tahun, adapun turun 3 bps masing - masing di level 6,737% untuk tenor 10 tahun, di level 7,446% untuk tenor 20 tahun adapun turun 4 bps di level 7,268% untuk tenor 15 tahun.
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya ditutup dengan mengalami kenaikan pada keseluruhan seri di tengah penurunan terbatas tingkat imbal hasil dari US Treasury seiring dengan meningkatnya sinyal kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika di bulan Desember 2017. Imbal hasil dari INDO-20 mengalami kenaikan sebesar 3,5 bps di level 2,211% didorong oleh koreksi harga sebesar 10 bps, adapun INDO27 mengalami kenaikan sebesar 2 bps di level 3,584% setelah ditutup mengalami koreksi harga sebesar 15 bps. Adapun INDO-37 dan INDO-47 mengalami kenaikan relatif terbatas kurang dari 1 bps masing - masing di level 4,414% dan 4,467% setelah mengalami koreksi harga hingga yang berkisar antara 5-15 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin terlihat mengalami penurunan yang cukup besar dibandingkan perdagangan di hari Selasa, senilai Rp7,50 triliun dari 37 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp3,14 triliun. Obligasi Negara seri FR0074 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,76 triliun dari 57 kali transaksi di harga rata - rata 102,18% dan diikuti oleh perdagangan Surat Perbendaharaan Negara seri SPN12180104 senilai Rp786,6 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 99,21%. 
  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp668,8 miliar dari 29 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap I Tahun 2017 Seri A (BMTR01ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp330 miliar dari 12 kali transaksi di harga rata - rata 99,83% dan diikuti oleh perdagangan Berkelanjutan II WOM Finance Tahap II Tahun 2017 Seri A (WOMF02ACN2) senilai Rp60 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,58%. 
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah sebesar 18,00 pts (0,13%) pada level 13580,00 per dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13566,00 hingga 13597,00 per dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut ditengah penguatan mata uang regional terhadap mata uang dollar Amerika. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional yang diikuti oleh Yuan China (CNY) dan Baht Thailand (THB). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak bervariasi dengan peluang terjadinya koreksi harga seiring dengan kenaikan imbal hasil surat utang global serta kembali melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup turun terbatas pada level 2,372% dari posisi penutupan sebelumnya di level 2,378%. Kenaikan imbal hasil justu terjadi pada surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) yang masing - masing ditutup naik pada level 0,382% dan 1,347% dari posisi penutupan sebelumnya di level 0,364% dan 1,331%. Imbal hasil surat utang regional juga mengalami pergerekan bervariasi dimana penurunan imbal hasil terjadi pada sebagian besar surat utang regional kecuali surat utang Singapura, Thailand, dan India yang justru mengalami penurunan. Hal tersebut kami perkirakan akan berdampak terhadap perdagangan Surat Utang Negara baik yang berdenominasi mata uang rupiah maupun dollar Amerika. 
  • Adapun dari dalam negeri, pelaku pasar akan menantikan data GDP bullan Oktober 2017 yang akan disampaikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 6 November 2017. Sedangkan secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih berada pada area oversold, membuka potensi adanya aksi beli pada perdagangan Surat Utang Negara pada hari ini. 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang, peluang adanya koreksi harga dapat dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi secara bertahap terhadap Surat Utang Negara yang masih menawarkan tingkat imbal hasil yang menarik seperti seri FR0069, FR0053, FR0061, FR0070, FR0071, FR0073, FR0065, FR0068 dan FR0072. 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia memberikan peringkat “idBBB+” untuk MTN PT Finansia Multi Finance. 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia memberikan peringkat “idA” terhadap rencana Obligasi PT Mora Telematika Indonesia.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group