Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

02 November 2016

Fixed Income Notes 02 November 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 1 November 2016 bergerak bervariasi di tengah pelaku pasar yang masih menantikan beberapa data ekonomi dari dalam dan luar neger dalam sepakan kedepan. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 8 bps dengan kecenderungan mengalami penurunan pada tenor 3 - 20 tahun.
 
  • Harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan pada tenor pendek hingga menengah serta beberapa seri Surat Utang Negara dengan tenor panjang. Kenaikan harga pada perdagangan kemarin didorong oleh faktor teknikal dimana investor kembali melakukan akumulasi pembelian terhadap beberapa seri Surat Utang Negara yang telah mengalami jenuh jual (oversold). Kenaikan harga Surat Utang Negara juga didukung oleh kembali masuknya investor ke instrumen Surat Utang Negara dimana hal tersebut tercermin pada data kepemilikan Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan.
 
  • Berdasarkan data per tanggal 28 Oktober 2016, kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara mengalami kenaikan senilai Rp1,362 triliun dibandingkan dengan posisi per tanggal 27 Oktober 2016. Investor asing kembali melakukan akumulasi yang terlihat sejak tanggal 26 Oktober 2016, sehingga total kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara per tanggal 27 Oktober 2016 senilai Rp676,35 triliun atau setara dengan 38,45% dari total outstanding Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan.
 
  • Sementara itu dari data ekonomi domestik, Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa pada bulan Oktober 2016 terjadi inflasi sebesar 0,14% didorong oleh adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,24%; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,56%; kelompok kesehatan sebesar 0,29%; serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,10%. Dengan inflasi di bulan Oktober tersebut maka tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Oktober) 2016 sebesar 2,11% dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Oktober 2016 terhadap Oktober 2015) sebesar 3,31%. Laju inflasi di bulan Oktober tersebut masih sesuai dengan estimasi analis dimana perkiraan anggka inflasi sebesar 0,12% (MoM) dan sebesar 3,30% (YoY).
 
  • Secara keseluruhan, perubahan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil keseluruhan Surat Utang Negara seri acuan, dimana untuk tenor 5 tahun mengalami penurunan sebesar 3 bps di level 6,880%. Adapun untuk tenor 15 tahun dan 20 tahun masing - masing mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 7,593% dan 7,744%. Sedangkan untuk tenor 10 tahun mengalami penurunan terbatas kurang dari 1 bps di level 7,200%.
 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang asing, perubahan tingkat imbal hasil juga bervariasi namun dengan kecenderungan mengalami kenaikan. Imbal hasil dari INDO-26 mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 3,585% setelah mengalami penurunan harga sebesar 10 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO-46 mengalami kenaikan sebesar 2 bps di level 4,642% setelah mengalami koreksi harga yang sebesar 40 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-20 mengalami kenaikan terbatas kurang dari 1 bps di level 2,314%.
 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, senilai Rp8,82 triliun dari 28 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp3,826 triliun. Obligasi Negara seri FR0059 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,11 triliun dari 69 kali transaksi di harga rata - rata 98,67% diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Negara seri FR0053 senilai Rp1,96 triliun dari 26 kali transaksi di harga rata - rata 105,17%.
 
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp674,55 miliar dari 28 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Medco Energi Internasional Tahap II Tahun 2016 Seri A (MEDC02ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp200 miliar dari 1 kali transaksi di harga 100,25% dan tingkat imbal hasilnya sebesar 10,69%.
 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat terbatas sebesar 1,00 pts (0,01%) di level 13047,00 per dollar Amerika. Bergerak terbatas di kisaran 13027,00 hingga 13052,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah cenderung mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan di tengah kecenderungan mata uang regional yang juga menguat terhadap dollar Amerika. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) dan Ringgit Malaysia (MYR) memimpin penguatan mata uang regional terhadap dollar Amerika. Sebaliknya, mata uang Yen Jepang (JPY) dan Baht Thailand (THB) terlihat mengalami pelemahan terbatas terhadap dollar Amerika.
 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak bervariasi dengan perubahan harga yang relatif terbatas di tengah ketidakpastian jelang berakhirnya pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika serta menjelang pelaksanaan pemilihan umum Presiden Amerika pada pekan depan. Pelaku pasar global kami perkirakan akan cenderung berhati - hati dalam melakukan transaksi di pasar keuangan dalam sepekan kedepan menantikan hasil dari beberapa agenda penting.
 
  • Pada hari Rabu waktu setempat, Bank Sentral Amerika akan mengakhiri agenda Rapat Dewan Gubernur dimana analis memperkirakan bahwa Bank Sentral Amerika belum akan melakukan perubahan terhadap tingkat suku bunga acuan. Selain itu pelaku pasar global juga masih menantikan data sektor tenaga kerja Amerika yang akan disampaikan pada akhir pekan, dimana data tersebut merupakan data yang cukup penting bagi Bank Sentral Amerika untuk menentukan kebijakan moneternya pada pertemuan di bulan Desember 2016.
 
  • Terakhir adalah pelaksanaan pemilihan Umum Presidan Amerika Serikat pada pertengahan pekan depan, dimana hal tersebut juga berpengaruh terhdap pasar keuangan global. Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin beregrak cukup berfluktuasi di tengah ketidakpastian, dimana imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun terbatas di level 1,824% setelah sempat mendekati level 1,880% pada perdagangan di hari Selasa. Sementara itu imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama terlihat mengalami kenaikan terbatas di level 0,17% dari posisi penutupan di hari Senin yang berada pada level 0,161%. Kondisi tersebut mencerminkan investor global yang cenderung berhati - hati dalam melakukan transaksi di pasar surat utang.
 
  • Sedangkan dari faktor teknikal, harga Surat Utang Negara masih berada pada tren penurunan untuk surat utang negara dengan tenor di atas 10 tahun, sehingga masih terbuka peluang untuk mengalami koreksi harga dalam jangka pendek.
 
  • Rekomendasi : Hanya saja beberapa seri yang telah memasuki area jenuh jual (oversold) akan membatasi potensi penurunan harga dan kami melihat justru peluang yang cukup baik bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang untuk kembali melakukan akumulasi di tengah tren penurunan suku bunga di dalam negeri. Kami masih menyarankan strategi trading jangka pendek bagi investor dengan horizon investasi jangka pendek dengan pilihan untuk menggeser portofolio dari tenor panjang ke tenor pendek.
 
  • Pemerintah meraup dana senilai Rp3,555 triliun dari lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara Seri SPN-S19042017 (reopening), PBS013 (reopening), PBS014 (reopening) dan PBS012 (reopening) pada hari Selasa, tanggal 1 Nopember 2016.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group