Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

02 April 2019

Fixed Income Notes 02 April 2019

Jelang lelang hari ini, Pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin, hari Senin, tanggal 1 April 2019 ditutup menguat ditengah sentimen pulihnya ekonomi China sehingga berdampak kepada nilai tukar Rupiah yang cenderung menguat.

Perubahan harga Surat Utang Negara mencapai 40 bps dengan rata-rata kenaikan sebesar 9,2 bps sehingga berdampak adanya penurunan tingkat imbal hasil hingga sebesar 7,4 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara, keseluruhan seri acuannya mengalami kenaikan harga yang berkisar antara 8 bps hingga 36 bps mendorong adanya penurunan imbal hasil yang berkisar antara 1,8 bps hingga 4,1 bps. Kenaikan harga tertinggi didapati pada Surat Utang Negara seri acuan bertenor 15 tahun sebesar 36 bps yang mendorong turunnya imbal hasil sebesar 4,1 bps di level 8,028% dan diiringi dengan Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 20 tahun dan 10 tahun yang mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 18 bps dan 13 bps sehingga berdampak terhadap penurunan imbal hasil masing-masing sebesar 1,7 bps di level 8,112% dan 1,8 bps di level 7,585%. Adapun untuk Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami kenaikan harga hingga sebesar 8 bps sehingga terjadi penurunan imbal hasil sebesar 2 bps di level 7,102%.

Pada perdagangan awal bulan ini, pergerakan harga Surat Utang Negara kembali ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan ditengah sentimen positif semakin dekatnya proses damai dagang antara Amerika dan China. Hal ini didukung oleh data yang dirilis oleh pemerintah China atas meningkatnya Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur pada periode Maret 2019 sebesar 2,64% di level 50,5 (vs 49,2 pada bulan Februari 2019). Angka tersebut sebuah prestasi karena merupakan peningkatan terbesar sejak tahun 2012. Dengan kenaikan PMI Manufaktur China tersebut, para pelaku pasar memandang lebih optimis kondisi pasar saat ini, sehingga akan meningkatkan permintaan aset-aset berisiko di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun tampaknya pada perdagangan kemarin para investor masih menunggu diadakannya lelang hari ini dimana volume perdagangan kemarin dilaporkan menurun bila dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya.

Perubahan harga pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika mengalami penurunan di keseluruhan seri acuannya. Hal ini terjadi di tengah melemahnya imbal hasil US Treasury. Adapun untuk imbal hasil INDO24 dan INDO 29 mengalami kenaikan masing-masing sebesar 1,5 bps di level 3,499% dan 3,2 bps di level 3,897% yang didorong terjadinya koreksi harga sebesar 7,1 bps dan 27 bps. Adapun imbal hasil dari INDO44 dan INDO49 mengalami kenaikan masing-masing sebesar 1,3 bps di level 4,796% dan  0,8 bps di level 4,669% setelah mengalami adanya penurunan harga sebesar 22,2 bps dan 14,6 bps. 

Volume perdagangan Obligasi Negara yang dilaporkan menurun jika dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya sebesar Rp9,50 triliun dari 34 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Adapun untuk volume perdagangan Surat Utang Negara dengan volume tertinggi didapati pada seri FR0078 sebesar Rp2,01 triliun dari 47 kali transaksi dan kemudian dilanjutkan dengan Surat Utang Negara dengan seri FR0068 dan FR0077 masing-masing sebesar Rp1,85 triliun dari 87 kali perdagangan dan Rp1,37 triliun dari 28 kali transaksi. Adapun untuk perdagangan Sukuk Negara, volume Project Based Sukuk terbesar didapati pada seri PBS014 senilai Rp230,80 miliar dari 10 kali transaksi dan diiringi oleh volume Project Sukuk Negara seri PBS012 dan seri PBS006 masing-masing sebesar Rp172,96 miliar dari 13 kali transaksi dan Rp100,00 miliar untuk 5 kali perdagangan.

Pada perdagangan awal pekan ini, volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan meningkat dari perdagangan sebelumnya sebesar Rp1,62 triliun dari 73 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan terbesar didapati pada seri Obligasi Berkelanjutan IV BFI Finance Indonesia Tahap I Tahun 2018 Seri B (BFIN04BCN1) senilai Rp398,00 miliar dari 10 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap VIII Tahun 2019 Seri A (SMFP04ACN8) dan Obligasi Berkelanjutan I Bank BRI Tahap II Tahun 2016 Seri C (BBRI01CCN2) masing-masing senilai Rp135,30 miliar dari 5 kali transaksi dan Rp78,00 miliar untuk 12 kali transaksi. Adapun, selanjutnya didapati seri Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap V Tahun 2019 Seri A (FIFA03ACN5) dengan volume perdagangan sebesar Rp75,00 miliar dari 1 kali transaksi.

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika menguat sebesar 16 pts (0,11%) di level 14225,00 per Dollar Amerika. Penguatan nilai tukar Rupiah tersebut sempat melemah di pertengahan sesi namun menguat kembali hingga akhir sesi perdagangan dan bergerak pada kisaran 14225,00 hingga 14245,00 per Dollar Amerika. Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami penguatan seiring dengan pergerakan nilai tukar mata uang regional terhadap mata uang Dollar Amerika. Adapun mata uang Rupiah Indonesia (IDR) dan mata uang Won Korea Selatan (KRW) keduanya memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,11% dan diikuti oleh mata uang Dollar Singapura (SGD) sebesar 0,10% dan mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,09%. Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami penurunan terbesar didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,11% dan diikuti pelemahan mata uang Peso Filipina (PHP) sebesar 0,01% terhadap mata uang Dollar Amerika.

Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup mengalami penurunan terbatas yang berada pada level 2,492%, hal yang sama juga terjadi pada US Treasury bertenor 30 tahun yang mengalami penurunan terbatas yang berada pada level 2,886% ditengah kondisi pasar saham Amerika yang bergerak menguat. Indeks NASDAQ ditutup menguat sebesar 129 bps sehingga berada pada level 7828,91 dan untuk indeks DJIA juga ditutup dengan mengalami penguatan sebesar 127 bps sehingga berada pada level 26258,42. Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan sehingga berada di level 1,047% sedangkan untuk tenor 30 tahun meningkat sehingga berada pada level 1,591%. Adapun untuk obligasi Jerman (Bund) bertenor 10 tahun mengalami kenaikan di level –0,024% sedangkan untuk tenor 30 tahun mengalami penurunan di level 0,622%.

Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan berpeluang mengalami kenaikan seiring dengan optimisnya para pelaku pasar global terhadap kelanjutan damai dagang antara Amerika dan China serta stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Selain itu, dari faktor domestik diperkuat dengan adanya lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara yang akan dilaksanakan pada hari ini. Pemerintah berencana untuk mengadakan lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara dengan target penerbitan senilai Rp8 triliun dari enam seri Surat Berharga Syariah Negara yang ditawarkan kepada investor. Kami perkirakan pelaku pasar masih akan mencermati pelaksanaan lelang sebelum kembali melakukan transaksi di pasar sekunder. 

Rekomendasi

Dengan beberapa faktor pertimbangan di atas, harga Surat Utang Negara masih akan bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan dalam jangka pendek, maka kami masih menyarankan Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah sebagai pilihan investasi. Selain itu, kami juga tetap menyarankan kepada investor untuk mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan fokus pada pergerakan nilai tukar Rupiah. Adapun seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0069, FR0053, FR0061, FR0070, FR0056, dan FR0059.

Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 03102019 (New Issuance), PBS014 (Reopening), PBS019 (Reopening), PBS021 (Reopening), PBS022 (Reopening) dan PBS015 (Reopening) pada hari Selasa tanggal 2 April 2019.

Pemerintah akan melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Selasa, tanggal 2 April 2019. Seri SBSN yang akan dilelang adalah seri SPN-S (Surat Perbendaharaan Negara - Syariah) dan PBS (Project Based Sukuk) untuk memenuhi  sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2019. Target penerbitan adalah senilai Rp8 triliun dengan seri – seri yang akan dilelang adalah sebagai berikut:

Surat Perbendaharaan Negara seri SPN-S 03102019 (Diskonto; 3 Oktober 2019);

Project Based Sukuk Seri PBS014 (6,5000%; 15 Mei 2021);

Project Based Sukuk Seri PBS019 (8,2500%; 15 September 2023);

Project Based Sukuk Seri PBS021 (8,5000%; 15 November 2026);

Project Based Sukuk Seri PBS022 (8,6250%; 15 April 2034); dan 

Project Based Sukuk Seri PBS015 (8,0000%; 15 Juli 2047).

 

Kami perkirakan jumlah penawaran yang masuk akan berkisar antara Rp15—25 triliun dengan jumlah penawaran terbesar masih akan didapati pada Surat Perbendaharaan Negara serta pada PBS014. Berdasarkan kondisi di pasar sekunder menjelang pelaksanaan lelang, kami perkirakan tingkat imbal hasil yang akan dimenangkan pada lelang hari ini adalah sebagai berikut :

Surat Perbendaharaan Negara seri SPN-S 03102019 berkisar antara 6,31250 - 6,40625;

Project Based Sukuk seri PBS014 berkisar antara 7,12500 - 7,21875;

Project Based Sukuk seri PBS019 berkisar antara 7,28125 - 7,37500;

Project Based Sukuk seri PBS021 berkisar antara 7,46875 - 7,56250;

Project Based Sukuk seri PBS022 berkisar antara 8,25000 - 8,34375; dan

Project Based Sukuk seri PBS015 berkisar antara 8,71875 - 8,81250.

 

Lelang akan dibuka pada hari Selasa tanggal 2 April 2019 pukul 10.00 WIB dan ditutup pukul 12.00 WIB. Hasil lelang akan diumumkan pada hari yang sama. Adapun setelmen akan dilaksanakan pada hari Jum'at, tanggal 5 April 2019 atau 2 hari kerja setelah tanggal pelaksanaan lelang (T+2).  Di tahun 2019, target penerbitan bersih (net issuance) Surat Berharga Negara senilai Rp389,0 triliun dimana pada kuartal I tahun 2019 pemerintah telah menerbitkan Surat Berharga Negara melalui lelang senilai Rp221,61 triliun dari 7 kali lelang Surat Utang Negara dan 6 kali lelang Sukuk Negara. Pada lelang sebelumnya, pemerintah meraup dana senilai Rp8,98 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp29,69 triliun.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group