Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

02 Agustus 2017

Fixed Income Notes 02 Agustus 2017

  • Data ekonomi dorong kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 1 Agustus 2017 
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 4 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 1 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami penurunan yang berkisar antara 1 - 4 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 15 bps. Adapun imbal hasil Surat Utng Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) ditutup dengan penurunan yang berkisar antara 2 - 4 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga 15 bps. Sedangkan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 20 bps. 
  • Pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin turut dipengaruhi oleh faktor kenaikan laju inflasi di bulan Juli 2017 yang di atas perkiraan pelaku pasar. Adapun dari indeks manufaktur mengalami penurunan dibanding periode sebelumnya, penurunan ini mencerminkan aktivitas manufaktur Indonesia sedang mengalami konstraksi dalam dua bulan berturut - turut. Adanya penurunan indeks tersebut memberikan sinyal kepada pelaku pasar akan adanya potensi perlamatan ekonomi mengingat sektor manufaktur menjadi sektor yang diharapkan akan menopang pertumbuhan ekonomi di tengah lesunya sektor perkebunan dan pertambangan. 
  • Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa pada bulan Juli 2017 terjadi inflasi sebesar 0,22%, lebih rendah dari bulan lalu dan dibandingkan bulan Juli 2016 yang masing-masing sebesar 0,69% dan 3,05%. Laju inflasi di bulan Juli 2017 tersebut juga di atas estimasi analis yang rata - rata memperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,19%. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,21 persen; kelompok maknaan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,57 persen; kelompok perumahan, air listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,06 persen; kelompok sandang sebesar 0,06 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,15 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,62 persen; sementara itu kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks yaitu kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,08 persen. Laju inflasi tahunan (YoY) di bulan Juli 2017 tercatat sebesar 3,88% di bawah estimasi analis yang sebesar 3,92%. 
  • Secara keseluruhan, koreksi harga yang terjadi pada perdagangan kemarin tidak mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan sehinga imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami penurunan sebesar 3,5 bps di level 6,693%. Tenor 15 tahun mengalami penurunan sebesar 2 bps pada level 7,341%. Adapun untuk tenor 10 tahun dan 20 tahun sama - sama mengalami penurunan sebesar 3 bps masing - masing dilevel 6,896% dan 7,580%. 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, imbal hasilnya ditutup dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah tren pergerakan imbal hasil surat utang global yang mengalami penurunan. Imbal hasil dari INDO-20 ditutup turun terbatas kurang dari 1 bps di level 2,177% setelah mengalami kenaikan harga terbatas sebesar 1 bps. Sedangkan imbal hasil dari INDO-27 dan INDO-47 masing - masing mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 3,669% dan 4,565% didorong oleh adanya kenaikan harga masing - masing sebesar 15 bps dan 30 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-37 yang ditutup turun sebesar 1 bps di level 4,546% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 20 bps.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp9,10 triliun dari 35 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp2,70 triliun. Project Based Sukuk seri PBS013 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,61 triliun dari 22 kali transaksi di harga rata - rata 99,21% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0059 senilai Rp1,22 triliun dari 85 kali transaksi di harga rata - rata 101,15%. 
  • Dari perdagangan obligasi korporsi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp701,60 miliar dari 32 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi TPS Food I Tahun 2013 (AISA01) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp115 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 101,41% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II TAFS Tahap II Tahun 2017 Seri A (TAFS02ACN2) senilai Rp74 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,48%. 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat terbatas seebsar 1 pts (0,007%) di level 13312,00 per dollar Amerika setelah bergerak dengan kecenderungan mengalami penguatan pada kisaran 13312,00 hingga 13333,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika terjadi di tengah cukup bervariasinya arah pergerakan mata uang regional terhadap dollar Amerika. Mata uang Rupee India (INR) memimpin penguatan mata uang regional diikuti oleh Yuan China (CNY) dan Peso Philippina  (PHP). Adapun mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional yang diikuti oleh Dollar Singapura (SGD) dan Dollar Taiwan (TWD). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan beregrak terbatas dengan berpeluang untuk mengalami penguatan di tengah pelaku pasar yang masih mencermati data inflasi maupun data indeks manufaktur Indonesia yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik pada perdagangan kemarin. Namun demikian, penurunan imbal hasil surat utang global kami perkirakan akan membuka peluang terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara untuk beberapa seri terutama pada Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika. Adapun untuk Surat Utang Negara dengan mata uang rupiah pergerakannya masih akan cenderung berfluktuasi menantikan data ekonomi yang akan disampaikan pada beberapa hari kedepan. 
  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 2,253% dari posisi penutupan sebelumnya di level 2,296%. Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) juga ditutup mengalami penurunan di level 0,481%. Sedangkan surat utang Inggris (Gilt) ditutup dengan mengalami kenaikan di level 1,216%. Imbal hasil surat utang regional juga terlihat mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin dimana untuk surat utang India dengan tenor 10 tahun ditutup naik pada level 6,44% dan surat utang Korea Selatan ditutup naik pada level 2,25%. Tren koreksi harga surat utang global tersebut kami perkirakan akan berdampak terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini jelang disampaikannya data sektor tenaga kerja Amerika pada akhir pekan nanti serta data pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2017 yang akan disampaikan pada hari Senin, 7 Agustus 2017. 
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara secara keseluruhan masih bergerak dengan tren sideways, sehingga dalam jangka pendek harga Surat Utang Negara masih akan cenderung bergerak mendatar. 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading dengan pilihan pada seri - seri FR0069, FR0036, FR0031, FR0034, ORI013, FR0053, dan FR0045. 
  • Pemerintah meraup dana senilai Rp7,62 triliun dari lelang penjualan Sukuk Negara seri SPN-S 02022018 (new issuance), PBS011 (reopening), PBS012 (reopening), PBS013 (reopening), dan PBS014 (reopening) pada hari Selasa tanggal 1 Agustus 2017.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group