Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

01 Oktober 2018

Fixed Income Notes 01 Oktober 2018

Pada perdagangan di akhir kuartal III 2018, harga Surat Utang Negara ditutup dengan mengalami kenaikan harga di tengah meredanya tekanan eskternal serta aksi window dressing oleh investor.

Kenaikan harga yang terjadi pada hari Jum'at, 28 September 2018 hingga sebesar 80 bps dimana kenaikan harga Surat Utang Negara bertenor panjang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan yang didapati pada tenor pendek dan menengah. Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan yang berkisar antara 2 - 10 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil hingga sebesar 4 bps. Adapun harga Surat Utang Negara dengan tenor menengah terlihat mengalami kenaikan hingga sebesar 50 bps yang menyebabkan penurunan imbal hasilnya hingga sebesar 13 bps. Sedangkan harga Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami kenaikan hingga mencapai 80 bps sehingga menyebabkan terjadinya penurunan imbal hasil yang mencapai 10 bps. 

Kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan di akhir pekan kemarin didorong oleh faktor meredanya tekanan dari faktor eksternal yang tercermin pada pergerakan imbal hasil surat utang global yang cenderung mengalami penurunan. Selain itu, nilai tukar mata uang regional yang cenderung mengalami penguatan juga berdampak positif terhadap pergerakan mata uang Rupiah dan pergerakan harga di pasar surat utang. Adapun aktivitas investor yang melakukan perbaikan terhadap portofolio investasi (window dressing) juga turut membantu kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Aktivitas investor yang cukup aktif malekukan transaksi di akhir kuartal III 2018 tercermin pada meningkatnya volume perdagangan Surat Berharga Negara yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan.

Secara keseluruhan, kenaikan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 13 bps di level 7,981% dan sebesar 10 bps untuk seri acuan dengan tenor 20 tahun di level 8,514%. Adapun imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun terlihat mengalami penurunan sebesar 8 bps di level 8,057% dan untuk tenor 15 tahun mengalami penurunan sebesar 4 bps di level 8,312%. Namun demikian, kinerja pasar surat utang di sepanjang bulan September 2018 masih mencatatkan kinerja negatif, yang tercermin pada Indeks Obligasi Komposit (Indonesia Composite Bond Index) yang mencatatkan mengalami penurunan sebesar 0,126% dimana untuk Indeks Surat Berharga Negara (INDOBeX Government) mengalami penurunan sebesar 0,133% dan Indeks Surat Utang Korporasi (INDOBeX Corporate) yang mengalami penurunan sebesar 0,076%. Jika ditinjau dari pergerakan tingkat imbal hasil, rata - rata imbal hasil Surat Utang Negara pada bulan September 2018 mengalami kenaikan sebesar 20 bps dibandingkan dengan posisi di akhir bulan Agustus 2018. 

Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, pergerakan harganya pada khir pekan kemarin juga bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan sehingga mendorong penurunan imbal hasilnya, meskipun kenaikan harga yang terjadi relatif terbatas. Harga dari INDO28 mengalami kenaikan sebesar 10 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 1 bps di level 4,396%. Adapun harga dari INDO43 mengalami kenaikan sebesar 35 bps sehingga mendorong penurunan imbal hasilnya sebesar 2 bps di level 5,021%. Sementara itu, harga dari INDO23 relatif tidak banyak mengalami perubahan sehingga tingkat imbal hasilnya masih berada pada kisaran 4,054%. 

Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan kemarin mencapai Rp16,69 triliun dari 46 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp6,34 triliun. Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp3,11 triliun dari 57 kali transaksi di harga rata - rata 91,15% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0064 senilai Rp1,72 triliun dari 65 kali transaksi di harga rata - rata 89,22%. Adapun Project Based Sukuk seri PBS016 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp174,51 miliar dari 3 kali transaksi dengan harga rata - rata 97,96% dan diikuti oleh perdagangan PBS011 senilai Rp100,0 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 106,91%. 

Sementara itu dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp2,81 triliun dari 47 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap III Tahun 2018 Seri C (ADMF04CCN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp400,0 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,05% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Medco Energi Internasional Tahap II Tahun 2018 Seri A (MEDC03ACN2) senilai Rp290,70 miliar dari 9 kali transaksi di harga rata - rata 100,00%. 

Nilai tukar Rupiah pada akhir pekan kemarin ditutup dengan mengalami penguatan sebesar 20,0 pts (0,13%) dan ditutup pada level 14902,50 per Dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 14894,00 hingga 14945,50 per Dollar Amerika, penguatan yang terjadi mata uang Rupiah seiring dengan panguatan mata uang regional. Mata uang Peso Philippina (PHP0 memimpin penguatan mata uang regional, yaitu sebesar 0,39% dan diikuti oleh mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar  0,29% dan Baht Thailand (THB) sebesar 0,19%. Adapun sepanjang bulan September 2018, mata uang regional bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami pelemahan terhadap mata uang Dollar Amerika. Mata uang Yen Jepang (JPY) di bulan September mengalami depresiasi sebesar 2,09% diikuti oleh Rupee India (INR) sebesar 2,04% dan mata uang Rupiah sebesar 1,16%. Adapun mata uang Baht Thailand di bulan September 2018 terlihat mengalami penguatan terhadap Dollar Amerika, yaitu sebesar 1,20% diikuti oleh Dollar Tawian (TWD) yang sebesar 0,58%.

Dari perdagangan surat utang global, pergerakan imbal hasilnya pada perdagangan di akhri pekan ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi dimana untuk imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan di level 3,067% dan tenor 30 tahun ditutup pada level 3,208%. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun masing - masing mengalami penurunan di level 0,474% dan 1,576%. Penurunan imbal hasil juga didapati pada surat utang India di level 8,020% dan Malaysia di level 4,061%.

Secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih berapa pada tren kenaikan harga, sehingga peluang kenaikan harga di pasar sekunder masih terbuka dalam jangka pendek. Apabila tren kenaikan harga berlanjut, akan membuka peluang perubahan arah tren pergerakan harga dalam jangka menengah panjang. 

Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak terbatas dengan masih berpeluang untuk mengalami kenaikan. Namun demikian, kenaikan harga akan terbatas di tengah kembali naiknya tingkat imbal hasil dari US Treasury serta penguatan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Pelaku pasar pada hari ini juga masih akan mencermati data inflasi yang akan disampaikan oleh Badan Pusat Statistik, dimana pada bulan September 2018 diperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,05% dengan inflasi tahunan (YoY) diperkirakan sebesar 3,08%. Dengan masih terkendalinya laju inflasi, instrumen Surat Utang masih menarik untuk diakumulasi meskipun di tengah ancaman kenaikan tingkat suku bunga acuan. Selain data ekonomi domestik, beberapa data eksternal juga akan disampaikan pada pekan ini, diantaranya adalah data sektor tenaga kerja Amerika Serikat pada akhir pekan nanti, serta kebijakan moneter yang akan diambil oleh beberapa Bank Sentral, yaitu India, Australia dan Meksiko. 

Rekomendasi : Dengan beberapa pertimbangan di atas, maka kami masih menyarankan kepada investor untuk mencermati arah pergerakan harga Surat Utang negara di pasar sekunder. Dalam delapan tahun terakhir, kinerja pasar Surat Berharga Negara di bulan Oktober cenderung mengalami kenaikan dengan probabilitas sebesar 75%, sehingga kami cukup optimis kinerja positif tersebut akan kembali terjadi di tahun 2018. Pilihan Surat Berharga Negara yang kami sarankan dalam kondisi tersebut adalah kombinasi dari Surat Berharga Negara dengan tenor pendek maupun panjang, dengan pilihan sebagai berikut : *FR0053, FR0061, FR0043, FR0063, FR0046, FR0070, FR0042, FR0073, FR0068, FR0072 dan FR0075.

Pada sepekan kedepan terdapat tiga surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp14 triliun.

PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat "idAA+" terhadap obligasi yang akan jatuh tempo yang diterbitkan oleh PT Bank Maybank Indonesia Tbk.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group