Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

01 November 2017

Fixed Income Notes 01 November 2017

  • Hasil positif dari lelang penjualan Surat Utang Negara mendorong penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 31 Oktober 2017. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 4 bps dengan rata - rata mengalami penurunan imbal hasil sebesar 2,2 bps dimana penurunan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor pendek dan menengah. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) ditutup mengalami penurunan berkisar antara 2 - 4 bps yang didorong oleh perubahan harga hingga sebesar 10 bps. Adapun imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor menegah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 4 bps dengan adanya kenaikan harga hingga sebesar 20 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) cenderung mengalami penurunan imbal hasil yang berkisar antara 1 - 4 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 40 bps. 
  • Penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan di hari Selasa kemarin didorong oleh hasil positif dari pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara. Sempat bergerak terbatas di awal perdagangan, harga Surat Utang Negara mengalami kenaikan setelah hasil dari pelaksanaan lelang menunjukkan tingginya minat investor yang masuk pada lelang penjualan Surat Utang Negara yang tercermin pada jumlah penawaran yang masuk. Total penawaran yang masuk senilai Rp41,48 triliun dari lima seri Surat Utang Negara yang dilelang. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan penawaran lelang dua pekan sebelumnya yang senilai Rp34,94 triliun dimana pada saat itu rupiah sedang mengalami depresiasi selama beberapa hari. 
  • Dari hasil lelang tersebut pemerintah meraup dana senilai Rp22,50 triliun dari keseluruhan seri Surat Utang Negara yang dilelang. Jumlah tersebut di atas target penerbitan yang sebesar Rp15,0 triliun dan sama dari hasil yang didapat dari lelang sebelumnya yang senilai Rp22,50 triliun seiring dengan cukup kompetitifnya imbal hasil yang diminta oleh investor. Hasil dari lelang tersebut menjadi katalis positif di pasar sekunder, dimana harga Surat Utang Negara setelah pelaksanaan lelang mengalami kenaikan sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasilnya. Adapun penurunan imbal hasil pada perdagangan kemarin juga didorong oleh penguatan nilai tukar rupiah yang masih mengalami penguatan seiring dengan penguatan mata uang regional di tengah penguatan dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. 
  • Secara keseluruhan, pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan di hari Selasa kemarin telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan bertenor 5 tahun terbatas kurang dari 1 bps di level 6,387%, untuk tenor 10 tahun dan 15 tahun masing - masing sebesar 2 bps di level 6,774% dan 7,321%. Adapun untuk tenor 20 tahun imbal hasilnya ditutup mengalami penurunan sebesar 3,5 bps di level 7,472%. 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya bergerak bervariasi seiring dengan bervariasinya pergerakan yang terjadi pada imbal hasil US Treasury. Imbal hasil dari INDO-27, INDO-37, dan INDO-47 mengalami penurunan sebesar 1,5 bps masing - masing di level 3,565%; 4,409%; dan 4,458% didorong oleh adanya kenaikan harga sebesar 15 bps, 20 bps, dan 25 bps. Sedangkan imbal hasil INDO-20 cenderung mengalami kenaikan yang relatif terbatas kurang dari 1 bps di level 2,175% setelah mengalami koreksi harga yang juga terbatas sebesar 2 bps.
  • Volume perdagangan yang dilaporkan pada perdagangan di hari Senin senilai Rp22,40 triliun dari 36 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan di awal pekan. Peningkatan volume perdagangan didorong oleh pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara. Adapun volume perdagangan Surat Utang Negara seri acuan yang dilaporkan mencapai Rp15,94 triliun. Obligasi Negara seri FR0059 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp8,40 triliun dari 113 kali transaksi di harga rata - rata 101,74% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0074 senilai Rp5,65 triliun dari 129 kali transaksi di harga rata - rata 102,38%. 
  • Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp649,9 miliar dari 51 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II FIF Tahap IV Tahun 2016 Seri B  (FIFA02BCN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp110 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,01% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III BFI Finance Indonesia Tahap I Tahun 2016 Seri B (BFIN03BCN1) senilai Rp60 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,01%. 
  • Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat sebesar 20,00 pts pada level 13563,00 per dollar Amerika ditengah spekulasi bahwa presiden Trump kemungkinan akan memilih Jerome Powell sebagai gubernur baru The Fed, dimana Powell dinilai memiliki pandangan yang lebih dovish terkait kebijakan moneter dibandingkan kandidar lain mendorong mata uang regional mengalami penguatan. Bergerak menguat sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13541,00 hingga 13580,00 per dollar Amerika, penguatan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan penguatan mata uang regional yang dipimpin oleh Won Korea Selatan (KRW) dan Yuan China (CNY) di tengah menguatnya mata uang dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan cenderung bergerak bervariasi dengan adanya peluang untuk mengalami kenaikan didukung oleh hasil positif dari pelaksanaan lelang pada hari Selasa serta penguatan nilai tukar rupiah dan surat utang global yang mengalami penurunan pada perdagangan kemarin. 
  • Sementara itu dari perdagangan surat utang global, imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik terbatas pada level 2,378% dan imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 30 tahun ditutup turun terbatas pada level 2,875%. Sedangkan imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Bund) ditutup turun pada level 0,364% dan 1,331%. Dengan pergerakan imbal hasil surat utang global yang cenderung bervariasi, kami perkirakan akan turut mempengaruhi bervariasinya pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika. 
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak pada tren penurunan harga. Hanya saja penurunan harga secara teknikal akan dibatasi oleh faktor pergerakan harga yang juga berada pada area jenuh jual (oversold) membuka potensi pelaku pasar akan melakukan aksi beli dalam jangka pendek. 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami menyarankan kepada investor untuk melakukan strategi trading dengan pilihan pada beberapa seri yang kami lihat memiliki tingkat imbal hasil yang relatif lebih menarik dibandingkan dengan seri lain yang memiliki tenor mendekati sama serta didukung oleh likuiditas yang cukup, diantaranya adalah seri FR0069, FR0053, FR0071, FR0073, FR0065, FR0068 dan FR0072.
  • Pemerintah meraup dana senilai Rp22,50 triliun dari lelang penjualan Surat Utang Negara seri SPN12180201 (Reopening), SPN12180809 (Reopening), FR0061 (Reopening), FR0059 (Reopening) dan FR0074 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 31 Oktober 2017.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group