Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

01 November 2016

Fixed Income Notes 01 November 2016

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 31 Oktober 2016 bergerak bervariasi dengan beberapa seri Surat Utang Negara masih terlihat melanjutkan tren kenaikan imbal hasil. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 13 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 2,4 bps.
  • Perubahan harga Surat Utang Negara yang cukup bervariasi pada perdagangan kemarin turut dipengaruhi oleh faktor teknikal, dimana beberapa seri Surat Utang Negara yang telah berada pada area jenuh jual (oversold) mengalami kenaikan harga. Namun demikian beberapa seri lainnya masih melanjutkan penurunan harga dikarenakan beberapa pelaku pasar masih melakukan penjualan Surat Utang Negara.
  • Namun demikian, di tengah kondisi harga Surat Utang Negara yang cukup bervariasi, volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan tidak begitu besar, mengindikasikan bahwa pelaku pasar cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi.
  • Di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang masih cenderung mengalami penurunan, harga Surat Utang Negara seri acuan justru terlihat mengalami kenaikan sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan. Imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 7,208% dan imbal hasil seri acuan dengan tenor 15 tahun turun sebesar 1 bps di level 7,610%. Adapun imbal hasil seri acuan dengan tenor 20 tahun mengalami penurunan sebesar 4 bps di level 7,76% dan imbal hasil seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami penurunan kurang dari 1 bps di level 6,91%.
  • Seiring dengan koreksi harga yang terjadi di sepanjang bulan Oktober 2016, imbal hasil Surat Utang Negara di bulan Oktober 2016 telah mengalami kenaikan berkisar antara 5 - 40 bps dibandingkan dengan posisi penutupan di akhir September 2016.
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika, tingkat imbal hasil masih terlihat mengalami kenaikan meskipun tidak sebesar kenaikan yang terjadi di akhir pekan di tengah meredanya tekanan jual di pasar sekunder. Imbal hasil dari INDO-26 dan INDO-46 ditutup dengan kenaikan sebesar 1 bps masing - masing di level 3,570% dan 4,621% setelah mengalami koreksi harga yang sebesar 7 bps dan 20 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-20 mengalami kenaikan yang kurang dari 1 bps di level 2,310%.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp4,45 triliun dari 32 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dimana untuk seri acuan, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,73 triliun. Obligasi Negara seri FR0059 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp676,22 miliar dari 69 kali transaksi di harga rata - rata 98,13% dan diikuti oleh volume perdagangan Obligasi Negara seri FR0070 senilai Rp526,58 miliar dari 23 kali transaksi di harga rata - rata 106,33%.
  • Sedangkan dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp652 miliar dari 32 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi berkelanjutan III Astra Sedaya Finance Tahap II Tahun 2016 Seri (ASDF03ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp340 miliar dari 18 kali transaksi di harga rata - rata 99,94% dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan I Maybank Finance Tahap II Tahun 2016 Seri A (BIIF01ACN2) senilai Rp150 miliar dari 22 kali transaksi dengan harga rata - rata sebesar 100,09%.
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat terbatas di level  13048,00 per dollar Amerika, mengalami penguatan sebesar 3 pts (0,02%) dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Bergerak terbatas pada kisaran 13027,00 hingga 13067,00 per dollar Amerika nilai tukar rupiah bergerak cukup berfluktuasi terhadap dollar Amerika di tengah kecenderungan menguatnya mata uang regional terhadap dollar Amerika. Penguatan mata uang regional dipimpin oleh Baht Tahiland (THB) serta diikuti oleh Dollar Taiwan (TWD) dan Ringgit Malaysia (MYR).
  • Sedangkan dalam sebulan terakhir, mata uang reginal terlihat mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika, di tengah menguatnya mata uang dollar Amerika terhadap mata uang global seiring dengan meningkatnya peluang kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika (Fed Fund Rate (FFR) di akhir tahun 2016. Pelemahan mata uang regional terbesar dalam sebulan terakhir didapati pada Won Korea Selatan (KRW) dan diikuti oleh Yen Jepang (JPY) serta Dollar Singapura (SGD).
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak terbatas dengan adanya pekuang untuk mengalami kenaikan terhadap seri - seri Surat Utang Negara yang telah memasuki area jenuh jual (oversold). Pelaku pasar menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Jepang (BOJ) dan Bank Sentral Australia (RBA) yang berakhir pada hari ini dimana analis memperkirakan bahwa BOJ dan RBA tidak akan banyak perubahan terhadap kebijakan moneternya. Selain itu pelaku pasar global kami perkirakan masih akan cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi di tengah ketidakpastian jelang pelaksanaan pemilihan umum Presiden Amerika Serikat.
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan kecenderungan mengalami penurunan dimana untuk imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 1,836% dari posisi penutupan sebelumnya di level 1,848%. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama ditutup turun terbatas pada level 0,163% dari posisi penutupan sebelumnya di kisaran 0,166% setelah sempat menyentuh di bawah level 0,155% pada perdagangan di hari Senin.
  • Adapun dari dalam negeri, pelaku pasar akan menantikan data inflasi bulan Oktober 2016, dimana analis memperkirakan bahwa di bulan Oktober terjadi inflasi sebesar 0,12% (MoM) dengan inflasi tahunan sebesar 3,29%. Selain itu pelaku pasar akan mencermati pelaksanaan lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dimana pemerintah akan mentargetkan penerbitan Surat Berharga Negara senilai Rp3 triliun dari empat seri SBSN yang ditwarkan kepada investor.
  • Sedangkan secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak dalam tren penurunan untuk tenor di atas 10 tahun sehingga masih terbuka peluang terjadinya koreksi harga. Namun demikian, adanya koreksi harga yang terjadi dalam beberapa hari terakhir mendorong harga Surat Utang Negara dengan tenor panjang memasuki area jenuh jual (oversold) sehingga membuka peluang terjadinya kenaikan harga secara teknikal.
  • Rekomendasi : Dengan pertimbangan beberapa faktor tersebut kami menarankan kepada investor dengan horizon investasi jangka pendek untuk melaukan strategi trading dengan melakukan penggeseran portofolio dari tenor panjang ke tenor pendek. Adapun bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang, dapat memanfaatkan koreksi harga untuk melakukan akumulasi secara bertahap di tengah kondisi tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang cukup menarik untuk diakumulasi.
  • Rencana lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara Seri SPN-S 19042017 (reopening), PBS013 (reopening), PBS014 (reopening) dan PBS012 (reopening) pada hari Selasa, tanggal 1 November 2016. Pemerintah akan melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Selasa, tanggal 1 November 2016. Seri SBSN yang akan dilelang adalah seri SPN-S dan SBSN PBS berbasis proyek (Project Based Sukuk) untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2016. Target penerbitan adalah senilai Rp3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah).
 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group