Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

01 Februari 2017

Fixed Income Notes 01 Februari 2017

  • Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 31 Januari 2017 bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah pelaku pasar yang masih menantikan hasil dari pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika.
  • Perubahan tingkat imbal hasil relatif terbatas, berkisar antara 1 - 2 bps dimana pada tenor pendek imbal hasilnya cenderung mengalami penurunan. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) dan menengah (5-7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 10 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) cenderung mengalami kenaikan hingga sebesar 2 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 20 bps.
  • Terbatasnya perubahan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin turut dipengaruhi oleh investor yang masih mencermati pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika yang merupakan pertemuan pertamanya di tahun 2017 setelah memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps di bulan Desember 2016. Meskipun analis memperkirakan bahwa Bank Sentral Amerika masih akan mempertahankan suku bunga acuan, pelaku pasar masih cenderung untuk menahan diri melakukan transaksi guna mencermati kebijakan yang akan diambil oleh Bank Sentral Amerika.
  • Adapun dari pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara, pemerintah meraup dana senilai Rp22 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp49,44 triliun. Jumlah penawaran yang masuk mengalami penurunan dibandingkan dengan lelang sebelumnya yang senilai Rp53,69 triliun namun dari nilai yang dimenangkan, lebih tinggi dari lelang sebelumnya yang sebesar Rp20,35 triliun. Tingginya jumlah penawaran serta cukup agresifnya penawaran yang dilakukan oleh investor terutama pada seri Surat Perbendaharaan Negara mendorong pemerintah untuk memenangkan lelang di batas atas maksimum target penerbitan. Hanya saja, hasil positif dari pelaksanaan lelang tersebut tidak cukup mampu menahan terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara, terutama pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang.
  • Secara keseluruhan, perdagangan kemarin telah mendorong kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 15 tahun masing - masing sebesar 2 bps di level 7,605% dan 7,956%. Adapun untuk tenor 20 tahun imbal hasilnya naik sebesar 1 bps di level 8,145% dan untuk seri acuan dengan tenor 5 tahun tingkat imbal hasilnya mengalami penurunan terbatas kurang dari 1 bps di level 7,226%.
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya cenderung mengalami penurunan terbatas di tengah pergerakan imbal hasil dari US Treasury yang juga cenderung mengalami penurunan. Imbal hasil dari INDO-20 dan INDO-47 masng - masing mengalami penurunan kurang dari 1 bps di level 2,614% dan 5,086% setelah didorong oleh adanya kenaikan harga yang sebesar 5 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-27 terlihat mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 4,159% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 10 bps. Terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika turut dipengaruhi oleh pelaku pasar yang masih menahan diri melakukan transaksi jelang berakhrinya pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp9,26 triliun dari 39 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan mencapai Rp5,86 triliun. Obligasi Negara seri FR0059 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,55 triliun dari 123 kali transaksi di harga rata - rata 95,60% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0061 senilai Rp1,31 triliun dari 51 kali transaksi di harga rata - rata 98,76%.
  • Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp632,45 miliar dari 25 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Bank BII Tahap II Tahun 2012 Seri B (BNII01BCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp226 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,41% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Permata Tahap I Tahun 2012 (BNLI01SBCN1) senilai Rp77 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 99,58%.
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup pada level 13369,00 per dollar Amerika, mengalami pelemahan sebesar 20,00 pts (0,15%) dibandingkan dengan posisi penutupan sebelumnya setelah bergerak pada kisaran 13325,00 hingga 13373,00 per dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut terjadi di saat mata uang regional cenderung bergerak mengalami penguatan terhadap dollar Amerika, dimana penguatan dipimpin oleh Dollar Singapura (SGD), Baht Thailand (THB) dan Rupee India (INR).
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan cenderung bergerak terbatas di tengah pelaku pasar yang masih menantikan keputusan dari Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika serta disampaikannya data inflasi Januari 2017. Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika yang akan berakhir pada hari ini waktu setempat diperkirakan masih akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 0,50% - 0,75% setelah memutuskan untuk menaikkan suku bunga cuan sebesar 25 bps di akhir tahun 2016.
  • Pergerakan imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin cenderung mengalami penurunan jelang berakhirnya Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Imbal hasil dai US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup turun terbatas di level 2,461% begitu pula dengan tenor 30 tahun yang turun pada kisaran 3,072%. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) juga terlihat mengalami penurunan masing - masing di level 0,437% dan 1,426%. Hal tersebut kami perkirakan akan berdampak positif terhadap pergerakan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika pada perdagangan hari ini.
  • Sementara itu dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik akan menyampaikan data inflasi bulan Januari 2017, dimana analis memperkirakan bahwa di Januari terjadi inflasi sebesar 0,71% seiring dengan keputusan pemerintah untuk mengurangi subsidi tarif dasar listrik (TDL) serta naiknya beberapa harga kebutuhan pokok. Inflasi tahunnan (YoY) diperkirakan sebesar 3,19% mengalami kenaikan dibandingkan dengan inflasi tahunan di bulan Desember 2016 yang sebesar 3,02%. Ancaman kenaikan laju inflasi di tahun 2017 kami perkirakan akan membatasi peluang Bank Indonesia untuk kembali menurunkan suku bunga acuan di tahun 2017.
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara secara keseluruhan masih berada pada tren penurunan, sehingga akan membatasi peluang terjadinya kenaikan harga dalam jangka pendek.
  • Rekomendasi : Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut, maka kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Peluang kenaikan harga di pasar sekunder dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan strategi trading dengan pilihan masih pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah seperti seri FR0066, FR0069, ORI013, FR0053 dan FR0070.
  • Pemerintah meraup dana senilai Rp22 triliun dari lelang penjualan Surat Utang Negara seri SPN03170501 (New Issuance), SPN12180201 (New Issuance), FR0061 (Reopening), FR0059 (Reopening), dan FR0074 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 31 Januari 2017.

 

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group