Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

01 April 2019

Fixed Income Notes 01 April 2019

Pada perdagangan akhir bulan kemarin, hari Jumat, tanggal 29 Maret 2019, perubahan harga Surat Utang Negara bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.

Kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan akhir bulan mencapai 58 bps yang mendorong turunnya tingkat imbal hasil Obligasi Negara hingga sebesar 7,8 bps. Adapun untuk Obligasi Negara seri acuan semua serinya mengalami kenaikan harga hingga sebesar 24 bps yang mengakibatkan turunnya tingkat imbal hasil Obligasi Negara hingga sebesar 3,3 bps. Adapun kenaikan harga terbesar didapati pada Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun sebesar 24 bps yang mendorong turunnya imbal hasil obligasi sebesar 3,3 bps di level 7,605% dan dilanjutkan pada Surat Utang Negara bertenor 20 tahun yang ditutup dengan mengalami kenaikan harga sebesar 21 bps mengakibatkan turunya tingkat imbal hasil sebesar  2,1 bps di level 8,130%. Sementara itu, untuk Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 5 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 13 bps dan 5 bps menyebabkan  terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 1,5 bps di level 8,069% dan 1,2 bps di level 7,104%. 

Kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin didorong oleh penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Meskipun nilai tukar Rupiah terhadap Dollar bergerak tipis pada perdagangan kemarin, efek sentimen dagang antara Amerika dan China membuat sebagian besar mata uang di regional Asia menguat, termasuk Indonesia. China beritikad baik untuk merevisi daftar investasi negatif agar meningkatkan kepercayaan Amerika. Hal ini direspon positif oleh Amerika yang akan menyambut kedatangan China di Washington pekan depan. Dengan kondisi tersebut, para pelaku pasar menjadi optimis kembali dan bergairah memasuki pasar-pasar negara berkembang yang mempunyai fundamental ekonomi domestik yang bagus seperti Indonesia. Di sisi lain, sentimen domestik, Bank Indonesia akan menjaga kondisi kebijakan moneter yang ketat dengan terus membeli obligasi pemerintah dalam jumlah tertentu guna menstabilkan pergerakan nilai tukar Rupiah. Dari adanya beberapa sentimen diatas, kami melihat bahwa pelaku pasar cenderung menahan diri (wait and see) untuk melakukan transaksi di pasar sekunder dimana kenaikan harga pada perdagangan kemarin tidak diikuti oleh volume perdagangan yang besar, volume perdagangan cenderung turun dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya.  

Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, tingkat imbal hasil masih terlihat mengalami penurunan pada sebagian besar serinya. Hal ini terjadi ditengah kenaikan imbal hasil surat utang global. Adapun seri INDO29 mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 0,3 bps sehingga berada di level 3,866% yang didorong oleh naiknya harga sebesar 2,5 bps yang diikuti oleh seri INDO44 dan INDO49 yang didapati mengalami penurunan imbal hasil masing-masing sebesar 0,2 bps di level 4,784% dan 0,7 bps di level 4,660% yang berdampak setelah naiknya harga sebesar 3,4 bps dan 12 bps. Sedangkan untuk seri INDO24 mengalami penurunan harga sebesar 2,4 bps yang mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil sebesar 0,5 bps di level 3,488%.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan hari Jumat, tanggal 29 Maret 2019 mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp13,28 triliun dari 50 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Adapun Surat Utang Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,49 triliun dari 96 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0079 senilai Rp1,37 triliun dari 94 kali transaksi. Sementara itu, untuk perdagangan Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp420 miliar dari 10 kali transaksi dan diiringi dengan volume Project Based Sukuk seri PBS0013 sebesar Rp135,00 dari 4 kali transaksi.

Volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp941 miliar dari 45 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Adapun untuk Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap VII Tahun 2019 Seri A (SMFP04ACN7) menjadi obligasi koporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp140,00 miliar dari 4 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan III Bank OCBC NISP tahap I Tahun 2019 Seri A (NISP03ACN1) senilai Rp106,00 miliar dari 3 kali perdagangan. Selanjunya, untuk obligasi korporasi dengan volume Rp66,00 miliar dari 2 kali transaksi didapati pada perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap II Tahun 2018 Seri B (WSKT03BCN2).

Pada perdagangan di akhir bulan kemarin pada tanggal 29 Maret 2019, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami perubahan yang cukup fluktuatif pada awal sesi perdagangan dimana sempat melemah sebanyak 2 kali kemudian ditutup dengan kondisi menguat. Adapun penutupan perdagangan kemarin Rupiah menguat terbatas sebesar 3 pts (0,01%) di level 14241 dan bergerak pada kisaran 14233 hingga 14248 per Dollar Amerika. Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami penguatan di tengah mayoritas penguatan mata uang regional. Mata uang Peso Filipina (PHP) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,48% yang diikuti oleh mata uang Renminbi China (CNY) sebear 0,33% dan mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,24%. Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan tertinggi didapati mata uang Yen Jen Jepang (JPY) yang melemah sebesar 0,15% diiringi dengan pelemahan mata uang Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,06% terhadap mata uang Dollar Amerika.

Adapun Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami penguatan pada level 2,407% yang diikuti dengan US Treasury bertenor 30 tahun yang ikut mengalami kenaikan di level 2,817%. Penguatan imbal hasil US Treasury terjadi ditengah kondisi pasar saham Amerika yang mengalami penguatan, dimana indeks NASDAQ ditutup menguat di level 7729,32 begitu juga untuk indeks DJIA juga turut mengalami kenaikan di level 25298,68. Sementara itu untuk tingkat imbal hasil obligasi Inggris (Gilt) keseluruhan tenornya mengalami penurunan baik pada tenor 5, 10 dan 30 tahun, masing-masing sebesar 0,752%; 0,997%; dan 1,554%. Sedangkan untuk obligasi Jerman (Bund) mengalami kenaikan untuk semua tenor acuannya baik itu bertenor 10, 20, dan 30 tahun masing-masing sebesar -0,068%; 0,279%; 0,574%.

Pada perdagangan awal bulan ini tanggal 1 April 2019, kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan kembali bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi dengan adanya peluang mengalami penurunan di tengah para investor yang masih wait and see terhadap kondisi pasar saat ini. Sementara itu, pemerintah juga berencana untuk menjual SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) dengan cara lelang rutin yang akan diselenggarakan besok, dimana para investor akan menunggu momen lelang yang berpotensi memberikan imbal hasil lebih baik.

Rekomendasi

Dengan masih terbukanya peluang terjadinya koreksi harga, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara dengan fokus pada seri Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah. Arah pergerakan harga Surat Utang Negara masih akan banyak dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Beberapa seri yang cukup menarik untuk dicermati diantaranya adalah sebagai berikut ini : FR0069, FR0053, FR0061, FR0063, FR0070, FR0056, dan FR0059.

Pada sepekan kedepan terdapat delapan surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp9,26 triliun.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group