Beranda

RESEARCH
27 September 2018

Fixed Income Notes 27 September 2018

Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 26 September 2018 bergerak berfluktuasi jelang berakhirnya Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. 

Perubahan tingkat imbal hasil pada akhir sesi perdagangan berkisar antara 1 - 6 bps dengan rata - rata mengalami perubahan sebesar 2 bps dimana arah perubahan tingkat imbal hasil cukup bervariasi pada keseluruhan tenor. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami perubahan berkisar antara 1 - 4 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 10 bps. Sementara itu imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami perubahan hingga sebesar 2 bps setelah mengalami perubahan harga hingga sebesar 10 bps. Adapun tingkat imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami perubahan hingga sebesar 6 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 45 bps. 

Perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin cukup berfluktuasi dimana pada awal sesi perdagangan tingkat imbal hasil cenderung bergerak mengalami kenaikan seiring dengan pergerakan nilai tukar Rupiah yang mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika di awal perdagangan. Adapun menjelang  berakhirnya sesi perdagangan, perubahan tingkat imbal hasil cenderung mengalami penurunan seiring dengan nilai tukar Rupiah yang berbalik arah mengalami penguatan di akhir sesi perdagangan. Perubahan tingkat imbal hasil yang terbatas pada perdagangan kemarin juga turut dipengaruhi oleh investor yang masih mencermati hasil dari Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika serta dimulainya pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. Volume perdagangan yang tidak begitu besar mengindikasikan bahwa investor cenderung menahan diri guna melakukan transaksi menantikan keputusan dari kedua Bank Sentral tersebut. 

Secara keseluruhan, pergerakan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin mendorong terjadinya penurunan imbal hasil dari Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun masing - masing sebesar 2 bps dan 1 bps di level 8,152% dan 8,201%. Adapun imbal hasil dari Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun terlihat tidak banyak mengalami perubahan, masing - masing di level 8,371% dan 8,650%. Sementara itu imbal hasil dari Obligasi Negara seri FR0077 dan FR0078 yang akan menjadi seri acuan tahun 2019 juga terlihat mengalami penurunan, masing - masing di level 8,065% dan 8,216%.

Imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika juga bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi meskipun dengan kecenderungan mengalami penurunan. Imbal hasil dari INDO19 terlihat mengalami kenaikan dengan ditutup pada level 2,570%. Adapun imbal hasil dari INDO23 dan INDO28 terlihat mengalami penurunan masing - masing sebesar 1 bps dan 2 bps di level 4,092% dan 4,455%. Sementara itu imbal hasil dari INDO43 relatif tidak banyak mengalami perubahan di level 5,071%.

 

Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp6,28 triliun dari 32 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp3,38 triliun. Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,02 triliun dari 32 kali transaksi di harga rata - rata 90,30% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0075 senilai Rp576,72 miliar dari 77 kali transaksi di harga rata - rata 89,13%. Sementara itu dari perdagangan Sukuk Negara, seri dengan volume perdagangan terbesar didapati pada Project Based Sukuk seri PBS004, senilai Rp256 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 74,76% dan diikuti oleh perdagangan PBS013 senilai Rp107,50 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 99,51%.

Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1.17 triliun dari 56 seri surat utang yang ditransaksikan. Obligasi II Bussan Auto Finance Tahun 2018 Seri B (BAFI02B) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp236,0 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,27% dan diikuti oleh perdagangan Sukuk Wakalah Medco Power Indonesia I Tahun 2018 Seri A (SWMEDP01A) senilai Rp121 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,17%.  

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika ditutup menguat terbatas, sebesar 7,00 pts (0,05%) di level 14910,50 per Dollar Amerika. Bergerak dengan kecenderungan mengalami pelemahan di sepanjang sesi perdagangan, nilai tukar Rupiah terlihat mengalami penguatan di akhir sesi perdagangan setelah bergerak pada kisaran 14907,50 hingga 14944,00 per Dollar Amerika. Perubahan nilau tukar yang terbatas juga didapati pada mata uang regional jelang berakhirnya pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika serta beberapa agenda Bank Sentral di kawasan regional. Mata unag regional yang cenderung mengalami penguatan selain Rupiah adalah Rupee India (INR) sebesar 0,09% dan diikuti oleh Yen Jepang (JPY) sebesar 0,05%. Adapun yang terlihat mengalami pelemahan diantaranya adalah Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,08% yang juga dialami oleh oleh Rnggit Malaysia (MYR) dan Yuan China (CNY).

Adapun imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan kecenderungan mengalami penurunan jelang berakhirnya pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Imbal hasil dari US Treasury ditutup dengan mengalami penurunan dimana untuk tenor 10 tahun ditutup pada level 3,054% dan untuk tenor 30 tahun di level 3,186% sebagai respon atas keputusan Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps sebagaimana yang diperkirakan oleh pelaku pasar. Selain itu, pernyataan dari Gubernur Bank Sentral Amerika yang menyatakan bahwa Bank Sentral tidak melihat adanya potensi kenaikan inflasi yang cukup signifikan dalam waktu dekat ini juga menjadi faktor penurunan imbal hasil dari US Treasury. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) juga terlihat mengalami penurunan di level 0,514% dan surat utang Jepang di level 0,117%. Sedangkan surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun terlihat mengalami kenaikan, dan ditutup pada level 1,629%. 

Secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak pada tren kenaikan dengan sehingga masih terbuka peluang untuk mengalami kenaikan harga dalam jangka pendek. Potensi kenaikan harga tersebut didapati pada keseluruhan tenor Surat Utang Negara.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara berpeluang untuk mengalami kenaikan seiring dengan penurunan imbal hasil surat utang global serta kebijakan Bank Sentral Amerika yang memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps. Bank Sentral Amerika diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 1 kali di tahun 2018, 3 kali di tahun 2019 dan 1 kali di tahun 2020 seiring  dengan potensi pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Hanya saja pelaku pasar masih akan mencermati keputusan moneter yang akan diambil oleh Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur yang diadakan pada hari ini, dimana analis memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 - 50 bps. 

Rekomendasi : Dengan pertimbangan beberapa faktor di atas kami menyarankan kepada investor untuk mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder jelang berakhirnya rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. Cermati arah perubahan nilai tukar, dimana mata uang Dollar Amerika terlihat mengalami penguatan terhadap mata uang utama dunia setelah seiring dengan masih berpeluangnya Bank Sentral Amerika untuk melanjutkan kebijakan kenaikan suku bunga acuan hingga dua tahun kedepan. Beberapa seri yang kami lihat cukup menarik di tengah kondisi harga Surat Utang Negara yang masih akan bergerak terbatas, yaitu : *ORI013, SR009, PBS016, PBS002, FR0031, FR0053, FR0061, FR0043, FR0063, R0070 dan FR0073.*

Kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara terus menunjukkan kenaikan. 

Pencatatan Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap IV Tahun 2018.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group