Beranda

RESEARCH
27 November 2018

Fixed Income Notes 27 November 2018

  • Harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 26 November 2018 bergerak bervariasi dengan kecenderungan masih mengalami kenaikan di dorong oleh faktor penguatan nilai tukar Rupiah dan membaiknya persepsi risiko. 
  • Kenaikan harga yang terjadi berkisar antara 2 bps hingga 85 bps mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasilnya yang berkisar antara 1 bps hingga 11 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 5 bps. Hanya saja beberapa seri Surat Utang Negara terlihat mengalami penurunan, yaitu pada tenor 5 tahun hingga 10 tahun dan tenor di atas 20 tahun, dengan penurunan harga yang terjadi mencapai 70 bps. Harga dari Surat Utang Negara dengan tenor pendek terlihat mengalami kenaikan hingga sebesar 25 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasilnya berkisar antara 4 bps hingga 11 bps. Adapun harga dari Surat Utang negara dengan tenor menengah terlihat mengalami perubahan hingga mencapai 30 bps yang menyebabkan perubahan tingkat imbal hasilnya hingga sebesar 9 bps. Sementara itu Surat Utang Negara dengan tenor panjang terlihat mengalami perubahan hingga sebesar 85 bps yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 9 bps. Untuk seri acuan, keseluruhan seri mengalami kenaikan harga dimana untuk tenor 5 tahun mengalami kenaikan harga sebesar 30 bps yang menyebabkan penurunan imbal hasilnya sebesar 8,5 bps di level 7,798%. Sedangkan untuk seri acuan dengan tenor 10 tahun, kenaikan harga yang terjadi sebesar 10 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 1,5 bps di level 7,852% dan untuk tenor 15 tahun mengalami kenaikan harga sebesar 60 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 7,5 bps di level 8,137%. Adapun kenaikan harga sebesar 30 bps didapati pada seri acuan dengan tenor 20 tahun sehingga mendorong penurunan tingkat imbal hasilnya sebesar 3,5 bps di level 8,284%. 
  • Pergerakan harga Surat Utang negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin masih didukung oleh faktor penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Selain itu, membaiknya persepsi risiko yang tercermin pada penurunan angka Credit Default Swap (CDS) juga menjadi katalis positif bagi perdagangan Surat Utang negara, baik yang denominasi Rupiah maupun dengan denominasi mata uang Dollar Amerika. Aliran modal investor asing juga terlihat aktif melakukan akumulasi pembelian Surat Berharga Negara, dimana hingga tanggal 23 November 2018, investor asing mencatatkan akumulasi pembelian bersih (net buyt) Surat berharga Negara senilai Rp30,36 triliun di bulan November 2018. Adapun di sepanjang tahun 2018, investor asing mencatatkan akumulasi pembelian bersih senilai Rp58,53 triliun dengan total kepemilikan di Surat Berharga Negara senilai Rp894,68 triliun atau setara dengan 37,55% dari total Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan. Investor cukup aktif melakukan transaksi di pasar sekunder, yang tercermin pada volume perdagangan Surat Berharga Negara senilai Rp10,81 triliun. 
  • Harga Surat Utang negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pada perdagangan kemarin juga terlihat bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan harga yang terbatas seiring dengan penurunan imbal hasil US Treasury. Harga dari INDO28 mengalami kenaikan sebesar 5 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil yang kurang dari 1 bps di level 4,837%. Sementara itu harga dari INDO43 terlihat mengalami kenaikan sebesar 15 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasilnya sebesar 1 bps di level 5,488%. 
  •  
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp10,81 triliun dari 46 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp1,26 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,194 triliun dari 39 kali transaksi dengan harga tertinggi yang dilaporkan di level 102,43% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0061 senilai Rp726,81 miliar dari 19 kali transaksi di harga rata - rata 97,72%. Adapun Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp218,00 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 97,18% dan diikuti oleh perdagangan seri PBS016 senilai Rp160,00 miliar dari 3 kali transaksi di harga 98,60%.
  • Volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp972,36 miliar dari 44 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap II Tahun 2018 Seri B (WSKT03BCN2) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp175,35 miliar dari 15 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry I Tahun 2018 Seri B (SMLPPI01B) senilai Rp102,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,01%.
  • Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 69,00 pts (0,47%) di level 14475,00 per Dollar Amerika. Dibuka pada level 14544,00 per Dollar Amerika, dan bahkan sempat mengalami pelemahan di awal sesi perdagangan, nilai tukar Rupiah bergerak dengan menunjukkan tren penguatan hingga berakhirnya sesi perdagangan dengan bergerak pada kisaran 14457,50 hingga 14558,00 per Dollar Amerika. Mata uang Rupiah pada perdagangan kemarin memimpin penguatan mata uang regional terhadap Dollar Amerika yang diikuti oleh mata uang Peso Philippina (PHP) sebesar 0,19% dan Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,15%. Adapun mata uang Rupee India (INR) mengalami pelemahan sebesar 0,25% terhadap Dollar Amerika, begitu pula mata uang Yen Jepang (JPY) yang mengalami pelemahan sebesar 0,20%. 
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi dimana kenaikan imbal hasil didapati pada surat utang negara - negara maju seiring dengan meredanya tekanan koreksi yang terjadi di pasar saham, mendorong investor untuk mulai berani untuk masuk pada instrumen yang lebih berisiko. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami kenaikan masing - masing di level 3,057% dan 3,315%. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Inggris dan Jerman juga terlihat mengalami kenaikan masing - masing di level 1,412% dan 0,358%. Adapun imbal hasil surat utang yang mengalami penurunan adalah surat utang Jepang yang ditutup turun di level 0,083% begitu pula surat utang Singapura yang ditutup turun di level 2,401%.
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan kembali berpeluang untuk mengalami kenaikan yang didukung oleh faktor teknikal serta stabilnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Hanya saja pada beberapa seri Surat Utang Negara yang telah memasuki area jenuh beli (overbought), kenaikan harga kami perkirakan akan terbatas bahkan terbuka peluang mengalami penurunan harga karena aksi ambil untung yang dilakukan oleh investor. Selain itu, harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika akan kembali dibatasi oleh faktor kenaikan imbal hasil US Treasury.
  • Rekomendasi : Dengan masih adanya peluang kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder, maka kami menyarankan kepada investor untuk memanfaatkan momentum tersebut untuk melakukan strategi trading. Hanya saja dengan keterbatasan pasokan Surat Berharga Negara di pasar sekunder sekunder seiring dengan dibatalkannya jadwal lelang hingga akhir tahun 2018, kami menyarankan kepada investor untuk mulai mencermati seri - seri yang masih memberikan tingkat imbal hasil yang cukup menarik, seperti instrumen Project Based Sukuk (PBS) maupun Islamic Fixed Rate (IFR) yang merupakan instrumen Sukuk Negara. Adapun untuk seri - seri Surat Utang Negara lainnya yang kami lihat masih menarik adalah sebagai berikut :* FR0043, FR0070, FR0071, FR0073, FR0054, FR0058, FR0068 dan FR0072.*
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia mempertahankan peringkat PT Semen Baturaja (Persero) Tbk pada peringkat "idA".

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group