Beranda

RESEARCH
27 Juni 2018

Fixed Income Notes 27 Juni 2018

  • Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 26 Juni 2018 kembali mengalami kenaikan  seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah di tengah naiknya imbal hasil surat utang global. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 3 - 12 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 6,4 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor 3 - 12 tahun. 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan hingga sebesar 12 bps setelah mengalami koreksi harga yang berkisar antara 5 - 35 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) ditutup dengan mengalami kenaikan berkisar antara 7 - 8 bps setelah mengalami koreksi harga sebesar 30 - 45 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang meskipun ditutup dengan perubahan yang bervariasi namun cenderung mengalami kenaikan hingga sebesar 12 bps setelah mengalami adanya koreksi harga hingga sebesar 70 bps. 
  • Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin turut dipengaruhi oleh faktor kembali melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dalam tiga hari berturut - turut di tengah pelaku pasar yang masih mencermati data neraca perdagangan bulan Mei 2018. Adapun pelemahan nilai tukar rupiah juga mendorong pelaku pasar melakukan aksi jual pada perdagangan kemarin.   
  • Dengan koreksi harga yang terjadi pada perdagangan kemarin, maka imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan sebesar 8 bps di level 7,352% dan imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan sebesar 9 bps di level 7,650%. Adapun imbal hasil dari seri acuan dengan tenor 15 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan sebesar 4 bps di level 8,044% dan imbal hasil seri acuan dengan tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 4 bps di level 8,088%. 
  • Koreksi harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin juga berdampak terhadap pelaksanaan lelang Sukuk Negara, dimana mempengaruhi terhadap jumlah penawaran yang masuk serta tingkat imbal hasil yang diminta oleh investor. Pada lelang kemarin, total penawaran yang masuk senilai Rp7,14 triliun turun dibandingkan dengan lelang sebelumnya yang senilai Rp7,15 triliun. Dari lelang tersebut, pemerintah memutuskan untuk memenangkan lelang senilai Rp5,159 triliun sedikit di atas target indikatif yang sebesar Rp4 triliun. 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, imbal hasilnya cenderung mengalami kenaikan ditengah kembali naiknya imbal hasil US Treasury pada perdagangan kemarin. Dari beberapa seri yang diperdagangkan terlihat mengalami kenaikan imbal hasil dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Imbal hasil dari INDO-23 ditutup dengan kenaikan sebesar 3 bps di level 4,145% setelah mengalami koreksi harga sebesar 15 bps dan imbal hasil dari INDO-28 yang juga ditutup dengan kenaikan sebesar 4 bps di level 4,453% setelah mengalami koreksi harga sebesar 30 bps. Sementara itu imbal hasil INDO-48 ditutup mengalami kenaikan sebesar 3,5 bps di level 5,015% didorong oleh koreksi harga sebesar 50 bps. Adapun imbal hasil INDO-43 mengalami kenaikan yang relatif terbatas kurang dari 1 bps di level 5,141%. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp23,02 triliun dari 34 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp4,61 triliun. Obligasi Negara seri FR0056 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,28 triliun dari 33 kali transaksi di harga rata - rata 102,26% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0072 senilai Rp2,12 triliun dari 128 kali transaksi di harga rata - rata 99,68%. 
  • Sedangkan dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp749,6 miliar dari 37 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Bank Victoria Tahap II Tahun 2018 Seri B (BVIC01BCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp150 miliar dari 9 kali transaksi di harga rata - rata 100,03% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi TPS Food I Tahun 2013 (AISA01) senilai Rp113 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 99,03%. 
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika kembali ditutup dengan mengalami pelemahan yang merupakan pelemahan dalam tiga hari berturut - turut di level 14179,00 per dollar Amerika, mengalami pelemahan sebesar 21,00 pts (0,14%) dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Bergerak melemah sepanjang  sesi perdagangan pada kisaran 14140,00 hingga 14183,00 per dollar Amerika, melemahnya nilai tukar rupiah seiring dengan pelemahan mata uang regional di tengah menguatnya dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Mata uang Yuan China (CNY) memimpin pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika dan diikuti oleh mata uang Rupiah Indonesia (IDR) dan Ringgit Malaysia (MYR). 
  • Pada perdagangan hari kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berpeluang untuk mengalami penurunan di tengah tren pelemahan mata uang rupiah terhadap dollar Amerika seiring dengan menguatnya dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. 
  • Nilai tukar rupiah yang telah beregrak dengan mengalami penurunan dalam tiga hari terakhir kembali berpeluang mengalami pelemahan didukung oleh menguatnya dollar Amerika serta indikator teknikal yang menunjukkan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah mulai memasuki tren pelemahan terhadap dollar Amerika. Hal tersebut kami perkirakan akan mempengaruhi investor asing untuk mulai antisipasi dengan melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder sehingga akan mendorong terjadinya penurunan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. 
  • Sementara itu dari perdagangan surat utang global, pada perdagangan kemarin pergerakan imbal hasilnya ditutup dengan mengalami kenaikan. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik pada level 2,880% setelah sempat menyentuh level 2,890% dari level penutupan sebelumnya di kisaran 2,882%. Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama juga ditutup dengan mengalami kenaikan masing - masing di level 0,337% dan 1,295%. Kenaikan imbal hasil tersebut kami perkirakan juga akan berdampak terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika. 
  • Sedangkan secara teknikal, harga Surat Utang Negara secara umum masih bergerak pada area jenuh jual dengan adanya sinyal tren penurunan pada Surat Utang Negara dengan keseluruhan tenor dimana hal tersebut akan membuka peluang terjadinya koreksi harga dalam jangka pendek. 
  • Rekomendasi : Dengan pertimbangan beberapa faktor tersebut, maka kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami masih merekomendasikan strategi trading jangka pendek di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang masih berfluktuasi. Adpaun seri - seri yang dapat diperdagangkan diantaranya adalah seri FR0056, FR0059, FR0071, FR0073, ORI013, FR0058, FR0074, FR0065, FR0068, FR0072 dan FR0075. 
  • Pemerintah meraup dana senilai Rp5,159 triliun dari lelang penjualan Sukuk Negara seri SPN-S 01122018 (reopening), PBS002 (reopening), PBS004 (reopening), PBS012 (reopening), PBS016 (reopening), dan PBS017 (reopening) pada hari Selasa tanggal 26 Juni 2018.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group