Beranda

RESEARCH
24 September 2018

Fixed Income Notes 24 September 2018

  • Pada perdagangan di akhir pekan, Jum'at 21 September 2018, harga Surat Utang Negara masih melanjutkan tren kenaikan yang kembali didukung oleh penguatan nilai tukar rupiah.
  • Kenaikan harga yang berkisar antara 5 - 70 bps pada perdagangan di akhir pekan kemarin telah mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang berkisar antara 2 - 13 bps. Rata - rata penurunan imbal hasil yang terjadi sebesar 5 bps dimana imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami penurunan yang berkisar antara 8 - 13 bps dengan adanya kenaikan harga hingga sebesar 30 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami penurunan imbal hasil berkisar antara 5 - 9 bps yang didorong oleh adanya kenaikan harga berkisar antara 20 - 30 bps. Sedangkan imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami penurunan imbal hasil hingga sebesar 8 bps dengan adanya kenaikan harga yang terjadi hingga sebesar 70 bps. Dengan adanya kenaikan harga yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, imbal hasil Surat Utang Negara dalam sepekan mengalami rata - rata mengalami penurunan sebesar 19 bps dengan penurunan imbal hasil yang berkisar antara 5 - 50 bps. 
  • Kenaikan harga Surat Utang Negara dalam sepekan terakhir didukung oleh faktor relatif stabilnya pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika bahkan mengalami penguatan dalam beberapa hari perdagangan terakhir. Seiring dengan relatif stabilnya niali tukar tersebut, investor asing kembali terlihat melakukan akumulasi pembelian instrumen pasar modal di Indonesia, baik di pasar saham maupun di pasar Surat Berharga Negara. 
  • Dengan adanya kenaikan harga yang terjadi di akhir pekan kemarin, imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami penurunan sebesar 9 bps di level 8,04% dan imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan sebesar 8 bps di level 8,10%. Adapun untuk tenor 15 tahun dan 20 tahun juga mengalami penurunan imbal hasil masing - masing di level 8,43% dan 8,55%.
  • Penurunan imbal hasil juga didapati pada Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika di tengah kondisi imbal hasil dari US Treasury yang justru mengalami kenaikan. Penurunan imbal hasil dari Surat Utang Negara tersebut didukung oleh membaiknya persepsi risiko yang tercermin pada penurunan angka Credit Default Swap (CDS). Imbal hasil dari INDO23 mengalami penurunan sebesar 3 bps di level 4,088% yang didukung oleh kenaikan harga sebesar 13 bps. Adapun imbal hasil dari INDO28 mengalami penurunan sebesar 5 bps di level 4,465% dengan didorong oleh adanya kenaikan harga sebesar 35 bps. Sedangkan imbal hasil dari INDO43 mengalami penurunan sebesar 6 bps di level 5,05% setelah mengalami kenaikan harga hingga sebesar 85 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan kemarin senilai Rp14,10 triliun dari 35 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan perdagangan volume seri acuan yang dilaporkan senilai Rp3,77 triliun. Obligasi Negara seri FR0072 masih menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp5,44 triliun dari 94 kali transaksi di harga rata - rata 97,89% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0063 senilai Rp1,70 triliun dari 39 kali transaksi di harga rata - rata 90,70%. Sementara itu Project Based Sukuk seri PBS015 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp438 miliar dari 12 kali transaksi di harga rata - rata 87,98% dan diikuti oleh perdagangan PBS013 senilai Rp112,92 miliar dari satu kali transaksi di harga 99,50%.
  • Adapun dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan pada akhir pekan kemarin senilai Rp930,75 miliar dari 39 seri yang diperdagangkan. Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap I Tahun 2017 Seri A (SIBMTR01ACN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp300 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,16% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank II Tahap VII Tahun 2016 Seri B (BEXI02BCN7) senilai Rp200 miliar dari dua kali transaksi di harga rata - rata 100,54%. 
  • Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada akhir pekan kemarin ditutup menguat sebesar 32,50 pts (0,22%) di level 14816,50 per Dollar Amerika. Bergerak menguat di sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14800,00 hingga 14837,50 per Dollar Amerika, penguatan nilai tukar rupiah tersebut terjadi di tengah mata uang regional yang juga terlihat mengalami penguatan terhadap Dollar Amerika. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin penguatan mata uang regional, yaitu sebesar 0,45% dan diikuti oleh mata uang Dollar Hong Kong (HKD) sebesar 0,40% dan Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,28%. Adapun mata uang regional yang mengalami pelemahan adalah Yen Jepang (JPY), dengan mengalami pelemahan sebesar 0,22%. Sementara itu dalam sepekan terakhir, pergerakan nilai tukar mata uang regional cukup bervariasi, dimana Dollar Singapura (SGD) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,79% yang diikuti oleh mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,58% dan Dollar Hong Kong sebesar 0,46%.Sedangkan mata uang Yen Jepang memimpin pelemahan mata uang regional dalam sepekan, yaitu sebesar 0,60% dan diikuiti oleh Rupee India (INR) sebesar 0,50%. 
  • Dari perdagangan surat utang global, imbal hasil surat utang global bergerak bervariasi jelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup pada level 3,067% tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya dan tenor 30 tahun ditutup pada level 3,203%. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun masing - masing ditutup dengan mengalami penurunan di level 0,461% dan 1,557%. 
  • Pada sepekan kedepan kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak terbatas menjelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika yang akan diikuti oleh Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. Kondisi tersebut akan mendorong investor untuk berhati - hati dalam melakukan transaksi di pasar sekunder, di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga acuan, baik oleh The FED maupun oleh Bank Indonesia. Selain itu, terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan sepekan kedepan juga turut dipengaruhi oleh adanya rencana lelang penjualan Surat Utang Negara oleh pemerintah. Pada lelang terakhir di kuartal III 2018 tersebut, pemerintah mantargetkan penerbitan Surat Utang Negara senilai Rp10 triliun dari enam seri yang ditawarkan kepada investor, termasuk dua seri baru yang akan menjadi seri acuan tahun depan, yaitu FR0077 dan FR0078. 
  • Rekomendasi : Dengan kemungkinan terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara dalam sepekan kedepan, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Peluang kenaikan harga dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan strategi trading jangka pendek maupun melakukan aksi ambil untung (profit taking). Beberapa seri yang masih cukup menarik untuk dijadikan pilihan diantaranya adalah sebagai berikut : *ORI013, SR009, PBS016, PBS002, FR0031, FR0034, FR0053, FR0061, FR0063, dan FR0070.*
  • Pada sepekan kedepan terdapat dua surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp1,025 triliun.
  • Pencatatan Obligasi Berkelanjutan II Bank CIMB Niaga Tahap IV Tahun 2018 dan Obligasi I Jakarta Lingkar Bersatu Tahun 2018.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group