Beranda

RESEARCH
24 Januari 2019

Fixed Income Notes 24 Januari 2019

  • Pada perdagangan hari Rabu, tanggal 23 Januari 2019, harga Surat Utang Negara mengalami kenaikan ditengah faktor penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
  • Harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 23 Januari 2019 mengalami kenaikan yang didorong oleh penguatan nilai tukar Rupiah. Kenaikan harga terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara dimana kenaikan harga yang terjadi mencapai 45 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil hingga sebesar 5 bps. Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami perubahan hingga sebesar 10 bps yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 3 bps. Sedangkan kenaikan harga  dengan rata-rata berkisar 1,7 bps telah mendorong penurunan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah hingga mencapai 1,3 bps. Sementara itu harga Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami perubahan harga yang bervarisi dengan perubahan hingga sebesar 45 bps yang mendorong terjadinya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 4,6 bps. Dari Surat Utang Negara seri acuan, perubahan harga yang terjadi juga bervariasi, dimana untuk tenor 5 tahun mengalami kenaikan sebesar 6 bps yang mendorong penurunan tingkat imbal hasil sebesar 1,3 bps di level 7,948% dan untuk tenor 10 tahun mengalami kenaikan harga sebesar 14 bps yang menyebabkan terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 2,1 bps di level 8,054%. Sementara itu pada seri acuan dengan tenor 15 tahun mengalami kenaikan sebesar 13 bps yang menyebabkan penurunan imbal hasil sebesar 1,5 bps di level 8,475%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 20 tahun mengalami kenaikan harga sebesar 17 bps sehingga tingkat imbal hasilnya relatif tidak banyak mengalami perubahan di level 8,506%.
  • Harga Surat Utang Negara yang mengalami kenaikan yang terjadi pada perdagangan kemarin didorong oleh faktor eksternal dimana Kementrian Keuangan China menegaskan komitmennya untuk menggelontorkan stimulus fiskal pada tahun ini, termasuk pemotongan tingkat pajak. Selain itu, China juga memperbolehkan pemerintah daerah untuk menerbitkan obligasi khusus (spesial bond) sebesar CNY 2 triliun yang sebelumnya digunakan untuk proyek-proyek strategis. Kami menilai dengan adanya kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah China tersebut dapat menahan perlambatan ekonomi China sehingga berdampak kepada perekonomoian China dan perekonomian negara-negara di kawasan Asia.
  • Pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika masih menunjukkan tren kenaikan seiring dengan penurunan imbal hasil US Treasury dan terus membaiknya persepsi risiko di tengah gejolak yang terjadi di pasar keuangan global. Kenaikan harga terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara dengan kenaikan harga yang cukup besar didapati pada tenor di atas 15 tahun. Harga INDO24 mengalami kenaikan sebesar 5 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 1,06 bps di level 3,963%. Sementara itu INDO29 mengalami kenaikan harga sebesar 15 bps yang menyebabkan penurunan imbal hasil sebesar 1,8 bps di level 4,338%. Adapun untuk INDO44 mengalami kenaikan harga sebesar 36,10 bps sehingga tingkat imbal hasilnya mengalami penurunan sebesar 2,2 bps di level 5,082%
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan hari Rabu, 23 Januari 2019 mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, senilai Rp7,63 triliun dari 39 seri Surat Berharga Negara. Adapun untuk Surat Berharga Negara seri acuan menduduki tiga besar dengan volume pernjualan tertinggi. Untuk Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp1,366 triliun dari 50 kali transaksi di harga rata - rata 101,39% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0068 senilai Rp1,134 triliun dari 34 kali transaksi di harga rata - rata 99,57%. Sementara itu dari perdagangan Sukuk Negara, seri dengan volume perdagangan terbesar didapati pada Sukuk Negara Ritel seri SR008, senilai Rp133,62 miliar dari 12 kali transaksi di harga rata - rata 99,85% dan diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS012 senilai Rp58,00 miliar dari 14 kali transaksi di harga rata - rata 101,28%
  • Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp653,59 miliar dari 38 seri surat utang korporasi yang ditransaksikan. Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap III Tahun 2018 Seri (ADMF04CCN3) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp185,00 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 101,43% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Panin Tahap I Tahun 2012 (PNBN01SBCN1) senilai Rp60 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,85%. Selanjutnya untuk volume obligasi korporasi sebesar Rp50,00 miliar untuk 7 kali transaksi didapati pada Obligasi Berkelanjutan II Adhi Karya Tahap I Tahun 2017 (ADHI02CN1).
  • Nilai tukar Rupiah pada perdagangan hari Rabu, tanggal 23 Januari 2019 ditutup  dengan penguatan sebesar 32,50 pts (0,23%) di level 14187,00 per Dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami penguatan di sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14168,00 hingga 14203,00 per Dollar Amerika. Penguatan nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin terjadi di tengah menguatnya nilai tukar mata uang regional. Mata uang Peso Filipina (PHP) dan mata uang Yen China (CNY) merupakan mata uang yang mengalami penguatan tertinggi masing-masing sebesar 0,44% dan 0,32%. Selanjutnya, mata uang Won Korea Selatan (KRW) mengalami penguatan mata uang regional sebesar 0,32 yang diiringi dengan penguatan mata uang Renminbi Offshore China (CNH) sebesar 0,29% terhadap mata uang Dollar Amerika. Sedangkan arah pergerakan yang berlawanan terjadi pada mata uang Yen Jepang (JPY) dan Ringgit Malaysia (MYR). Keduanya mengalami pelemahan nilai tukar terhadap mata uang regional masing-masing sebesar 0,30% dan 0,14%
  • Imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun ditutup dengan kondisi mengalami kenaikan terbatas sebesar 6 bps berada pada level 2,74%, serta Imbal hasil US Treasury dengan tenor 30 tahun menguat di level 3,068%. Hal ini seiring dengan menguatnya kondisi pasar saham Amerika Serikat dimana indeks saham utamanya mengalami kenaikan sebesar 70 bps di level 24575,62 (DJIA) dan indeks NASDAQ mengalami kenaikan terbatas sebesar 8 bps berada pada level 7025,77. Adapun imbal hasil surat utang Inggris bertenor 10 tahun mengalami penurunan sehingga berada di level 1,326% sedangkan surat utang Jerman dengan tenor 10  tahun mengalami kenaikan sehingga berada pada level 0,233%.
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara berpeluang untuk mengalami kenaikan seiring dengan penurunan imbal hasil surat utang global. Selain itu, mata uang Dollar Amerika yang melemah terhadap mata uang utama dunia yang didukung oleh membaiknya indikator ekonomi di China. Volume perdagangan kami perkirakan juga masih belum begitu besar dikarenakan pelaku pasar yang akan cenderung berhati-hati melakukan transaksi mencermati perubahan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang Dollar Amerika di tengah dinamika perang dagang yang terjadi antara Amerika dan China.
  • Rekomendasi Dengan harga Surat Utang Negara yang masih berpeluang untuk mengalami kenaikan, terutama pada Surat Utang Negara dengan tenor diatas 10 tahun maka kami menyarankan kepada investor untuk mencermati beberapa Surat Utang Negara dan melakukan strategi trading untuk memanfaatkan momentum kenaikan harga tersebut. Beberapa seri Surat Utang Negara yang perlu dicermati adalah berikut ini: FR0053, FR0056, FR0061, FR0070, FR0067 dan FR0068.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group