Beranda

RESEARCH
22 November 2018

Fixed Income Notes 22 November 2018

  • Harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 21 November 2018 bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan seiring dengan membaiknya persepsi risiko.
  • Perubahan harga yang terjadi hingga mencapai 55 bps dimana harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek terlihat mengalami penurunan sementara itu pada tenor menengah hingga panjang terlihat mengalami kenaikan. Penurunan harga sebesar 2 bps hingga 7 bps yang didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek telah mendoroong terjadinya kenaikan tingkat imbal hasilnya hingga sebesar 3 bps. Adapun kenaikan harga yang berkisar antara 5 bps hingga 15 bps yang didapati pada Surat Utang Negara tenor menengah telah mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasilnya hingga sebesar 2 bps. Sedangkan Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami kenaikan harga hingga sebesar 55 bps yang menyebabkan terjadinya penurunan tingkat imbal hasilnya yang berkisar antara 1 bps hingga 7 bps. Sementara itu perubahan harga yang didapati pada Surat Utang Negara seri acuan telah menyebabkan terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 5 bps untuk tenor 10 tahun di level 7,94% dan tenor penurunan imbal hasil sebesar 2 bps untuk seri acuan dengan tenor 20 tahun di level 8,405%. Sedangkan untuk seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 15 tahun, perubahan harga yang terjadi relatif terbatas sehingga tingkat imbal hasilnya tidak banyak mengalami perubahan, masing - masing di level 7,931% dan 8,278%.
  • Faktor yang mendorong terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin diantaranya adalah membaiknya persepsi risiko yang tercermin pada penurunan angka Credit Default Swap (CDS) di tengah gejolak yang terjadi di pasar saham global. Selain itu, relatif stabilnya pergerakan nilai tukar Rupiah di tengah mata uang regional yang bergerak dengan kecenderungan mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika juga turut menjadi katalis positif di pasar Surat Utang Negara. Dari pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara, pemerintah meraup dana senilai Rp15,0 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp41,62 triliun. Jumlah yang dimenangkan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian lelang sebelumnya yang sebesar Rp20,0 triliun begitu pula dengan nilai penawaran yang juga mengalami penurunan dibandingkan dengan total penawaran lelang sebelumnya yang sebesar Rp59,48 triliun. Gejolak yang terjadi di pasar keuangan global turut mempengaruhi penurunan jumlah penawaran pada lelang kemarin.
  • Disaat harga Surat Utang Negara beregrak dengan kecenderungan mengalami kenaikan, harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika justru terlihat mengalami penurunan. Penurunan harga terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara dimana penurunan harga yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang. Harga dari INDO23 mengalami penurunan sebesar 10 bps yang mendorong terjadinya kenaikan imbal hasilnya sebesar 2,5 bps di level 4,392%. Adapun harga dari INDO43 mengalami penurunan sebesar 25 bps yang menyebabkan terjadinya kenaikan imbal hasilnya sebesar 2 bps di level 5,509%. 
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp10,55 triliun dari 35 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,73 triliun. Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,572 triliun dari 39 kali transaksi dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp1,623 triliun dari 70 kali transaksi. Sementara itu, Project Based Sukuk seri PBS015 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp144,00 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 84,86% dan diikuti oleh perdagangan PBS013 senilai Rp120,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 99,84%. 
  • Sementara itu, volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp387,30 miliar dari 32 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Indosat Tahap I Tahun 2017 Seri B (ISAT02BCN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp106,00 miliar dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 98,63% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Medco Energi Internasional Tahap II Tahun 2018 Seri A (MEDC03ACN2) senilai Rp50,00 miliar dari 1 kali transaksi di harga rata - rata 100,25%.
  • Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika ditutup melemah terbatas, sebesar 15,00 pts (0,10%) di level 14602,50 per Dollar Amerika. Dibuka melemah di level 14635,00 per Dollar Amerika, nilai tukar Rupiah bergerak berfluktuasi di sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14574,50 hingga 14645,00 per Dollar Amerika. Sementara itu nilai tukar mata uang regional bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi, dimana penguatan nilai tukar didapati pada mata uang Yuan China (CNY) sebesar 0,10% yang diikuti oleh mata uang Dollar Singapura (SGD) sebesar 0,08% yang juga didapati pada mata uang Peso Philippina (PHP). Sedangkan mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional, sebesar 0,49% yang diikuti oleh mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,19% dan mata uang Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,15%.
  • Dari perdagangan surat utang global, pergerakan imbal hasilnya bergerak terbatas dengan kecenderungan mengalami kenaikan seiring dengan mulai stabilnya pasar saham di beberapa negara - negara maju. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan kenaikan terbatas masing - masing di level 3,065% dan 3,316%. Kenaikan imbal hasil yang terbatas juga didapati pada surat utang Inggris dan Jerman yang masing - masing ditutup pada level 1,389% dan 0,37%. Adapun imbal hasil surat utang Jepang ditutup dengan penurunan, di level 0,089%. Penurunan imbal hasil juga didapati pada surat utang China, di level 3,365% dan surat utang Thailand di level 2,706%.
  • Harga Surat Utang Negara secara teknikal masih bergerak pada tren kenaikan harga seiring dengan aliran modal asing yang masuk di pasar Surat Berharga Negara di sepanjang bulan November 2018. Hanya saja indikator teknikal juga menunjukkan bahwa pergerakan harga Surat Utang Negara juga mulai memasauki area konsolidasi sehingga pergerakan harga kemungkinan akan terbatas. Terlebih harga Surat Utang negara yang mendekati area jenuh beli (overbought) akan membatasi potensi berlanjutnya tren kenaikan harga.
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak terbatas di tengah pasar keuangan Amerika yang tutup dalam rangka hari libur nasional. Selain itu, minimnya katalis dari dalam negeri juga akan membatasi pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini dan akan mendorong investor untuk menahan diri melakukan transaksi di pasar sekunder. 
  • Rekomendasi :Dengan kondisi pergerakan harga Surat Utang Negara yang kami perkirakan bergerak terbatas pada perdagangan hari ini, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Investor dapat mulai memanfaatkan momentum kenaikan harga untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking) terutama pada seri - seri yang kami lihat relatif lebih mahal dibandingkan dengan seri Surat Utang Negara lainnya dengan tenor yang sama, diantaranya adalah sebagai berikut : *FR0059, FR0064 dan FR0078.* Adapun untuk seri *FR0077, FR0056, FR0071 dan FR0065* dapat mulai dilakukan profit taking apabila pada perdagangan hari ini kembali mengalami kenaikan harga. 
  • Pemerintah meraup dana senilai Rp15,0 triliun dari lelang penjualan Surat Utang Negara seri SPN03190222 (New Issuance), SPN12190801 (Reopening), FR0077 (Reopening), FR0078 (Reopening), FR0065 (Reopening) dan FR0075 (Reopening) pada hari Rabu, tanggal 21 November 2018.
  •  

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group